Minggu, 24 April 2011

Trauma From Occlusion (TFO)

Trauma From Occlusion (TFO)
Oleh: Irmi Fitria
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang menjadi salah satu penyebab kehilangan gigi geligi. Hal ini sangat erat hubungannya karena jaringan periodonsium menyangga gigi dan kemampuan jaringan periodonsium ketika menerima rangsang yang datang dari luar. Trauma karena oklusi merupakan salah satu rangsangan yang datang menimpa jaringan periodonsium yang berupa rangsang fisik dan mampu merusak jaringan periodonsium. Etiologinya bermacam-macam sehingga beban yang dihasilkan dari trauma karena oklusi dapat merusak jaringan periodonsium yang tidak mampu menahan beban dari trauma karena oklusi.


1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah trauma from occlusion yang meliputi:
1. Definisi
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Mekanisme
5. Gambaran klinis
6. Gambaran radiografis
7. Dampak
8. Cara pemeriksaan
9. Perbedaan trauma karena oklusi dan trauma oklusi
10. Diagnosis dan prognosis
11. Rencana perawatan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Trauma From Occlusion (TFO)
2.1.1 Definisi
Trauma From Occlusion ( TFO ) adalah kerusakan jaringan periodonsium akibat tekanan oklusi yang melebihi kapasitas adaptasi jaringan periodonsium. Trauma oklusi juga dapat didefinisikan sebagai kerusakan pada bagian dari system mastikasi yang dihasilkan oleh kontak oklusal.1

2.1.2 Etiologi
Beberapa faktor penyebab yang dapat meningkatkan tekanan pada jaringan periodonsium yaitu:
 Ketidakseimbangan oklusi
o Hambatan oklusal pada waktu oklusi sentris ( kontak ke premature dan gerak artikulasi (blocking) )
o Gigi hilang tidak diganti
o Perbandingan mahkota akar tidak seimbang
o Kontak edge to edge
o Alat prostetik dan restorasi yang buruk
 Kebiasaan buruk
o Bruxism
o Cleancing
o Menggunakan tusuk gigi
Etiologi lainnya :
1. Perubahan pada tekanan oklusal
 Besarnya tekanan oklusi meningkat sehingga pelebaran ruang periodontal, peningkatan jumlah dan lebar serat ligament periodontal, dan peningkat densitas tulang alveolar.
 Perubahan arah tekanan oklusi dapat mengakibatkan reorientasi tekanan dalam periodonsium sehingga serat ligament periodontal utama diatur sedemikian rupa untuk mengkomodasi tekanan oklusi sepanjang sumbu utama gigi.
 Durasi tekanan oklusi tekanan konstan pada tulang lebih berefek negatif dibandingkan tekanan intermiten.
 Frekuensi tekanan oklusi semakin banyak frekuensi tekanan intermiten, semakin besar injuri terhadap jaringan periodonsium.

2. Berkurangnya kemampuan jaringan periodonsium uantuk menerima tekanan oklusi.

Stress oklusal yang melebihi batas adaptasi jaringan dapat menimbulkan trauma oklusi, karena :
 Aktifitas abnormal / parafungsi
o Menggeletuk, mengerot dan menggigit benda asing
 Perawatan gigi
o Geligi tiruan sebagian lepasan kurang baik dan orthodontic
 Ketidakharmonisan oklusal
o Kontak gigi yang mengganggu kelancaran gerak menutup disepanjang setiap arah ke posisi intercuspal.1

2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan efek :
1. Trauma Akut (Acute TFO)
Dihasilkan dari occlusal impact yang tiba-tiba, seperti saat menggigit benda keras. Restorasi atau alat-alat prostetik juga dapat mengubah arah gaya oklusal sehingga dapat menimbulkan trauma akut.
Trauma akut menyebabkan nyeri pada gigi, sensitivitas terhadap perkusi, dan peningkatan mobilitas gigi. Bila tekanan oklusalnya dikurangi, luka akan sembuh dan gejala di atas akan berkurang. Bila tidak, luka periodontal akan bertambah parah dan menjadi nekrosis, yang diikuti oleh pembentukan abses periodontal, atau menjadi kronis dan tanpa gejala. Trauma akut juga dapat menyebabkan pecahnya sementum.
2. Trauma Kronis (Chronic TFO)
Biasanya disebabkan oleh perubahan pada oklusi karena ausnya gigi, drifting, dan ekstrusi, ditambah dengan parafungsi. Gaya oklusal tidak terlalu besar, tetapi terus-menerus menekan dan mengiritasi jaringan periodontal.
Berdasarkan etiologi :
1. TFO Primer
Adalah gaya oklusal berlebihan pada jaringan periodontal yang sehat (tidak ada migrasi apikal dari epitel jungsional atau kehilangan jaringan ikat gingiva). Salah satu contohnya adalah TFO karena penempatan restorasi atau insersi fixed bridge atau partial denture. Perubahan yang tampak adalah penebalan ligament periodontal, mobilitas gigi, bahkan nyeri. Perubahan ini reversible bila trauma dihilangkan.
2. TFO Sekunder
Adalah gaya oklusal abnormal pada jaringan periodontal tidak sehat yang telah lemah karena adanya periodontitis. TFO sekunder terjadi pada gigi yang jaringan periodontalnya telah mengalami migrasi apikal epitel jungsional dan kehilangan perlekatan. Gigi dengan jaringan periodontal yang tidak sehat dan terinflamasi, ditambah gaya oklusal yang berlebihan akan mengalami kehilangan tulang dan pembentukan poket yang cepat.1,2

2.1.4 Mekanisme
Stage I: Injury
Besar lokasi dan pola kerusakan jaringan tergantung pada besar, frekuensi dan arah gaya yang menyebabkan kerusakan tersebut. Tekanan berlebih yang ringan akan menstimulasi resopsi pada tulang alveolar disertai terjadinya pelebaran ruang ligamen periodontal. Tegangan berlebih yang ringan juga menyebabkan pemanjangan serat-serat ligamen periodontal serta aposisi tulang alveolar. Pada area dimana terdapat peningkatan tekanan, jumlah pembuluh darah akan berkurang dan ukurannya mengecil. Sedangkan pada area yang keteganganya meningkat, pembuluh darahnya akan membesar.
Tekanan yang besar akan menyebabkan terjadinya perubahan pada jaringan periodonsium, dimulai dengan tekanan dari serat-serat yang menimbulkan area hyalinisasi. Kerusakan fibroblast dan kematian sel-sel jaringan ikat kemudian terjadi yang mengarah kepada area nekrosis pada ligamen periodontal. Perubahan pembuluh darah terjadi: selama 30 menit, hambatan dan stase (penghentian) pembuluh darah terjadi: selama dua sampai tiga jam, pembuluh darah terlihat bersama eritrosit yang mulai terbagi menjadi kepingan-kepingan dan dalam waktu antara satu hingga tujuh hari, terjadi disintegrasi dinding pembuluh darah dan melepaskan isinya kejaringan sekitarnya.pada keadaan ini terjadi peningkatan resopsi tulang alveolar permukaan gigi.
Stage II: Repair
Perbaikan selalu terjadi secara konstan dalam jaringan periodonsium yang normal dan trauma oklusi menstimulasi peningkatan aktivitas perbaikan. Jaringan yang rusak dihilangakan, sel-sel dan serat-serat jaringan ikat, tulang dan sementum dibentuk dalam usaha untuk mengantikan jaringan periodonsium yang rusak.
Stage III: Adaptasi
Ketika proses perbaikan tidak dapat menandingi kerusakan yang diakibatkan oklusi, jaringan periodonsium merubah bentuk dalam usaha untuk menyesuaikan struktur jaringan dimana tekanan tidak lagi melukai jaringan. Hasil dari proses ini adalah penebalan pada ligamen periodontal yang mempunyai bentuk funnel pada puncak dan angular pada tulang tanpa formasi poket dan terjadi kelonggaran pada gigi yang bersangkutan.1

2.1.5 Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari TFO:
1. Sakit atau rasa ketidaknyamanan.
2. Sensitif pada tekanan.
3. Sakit pada wajah atau sendi temporomandibula.
4. Resesi pada gingival.
5. Celah pada gingival yang hiperplastis dan menyeluruh atau disebut juga Mc Call’s Festoon.
6. Poket periodontal/ kehilangan perlekatan epitel gingival.
7. Kegoyangan gigi.
8. Migrasi dan atau posisi gigi yang abnormal.1

2.1.6 Gambaran Radiografis
Interpretasi Radiografik Kelainan Periodontal
Yang harus dibaca pada radiograf jaringan periodontal
1. Keadaan tulang yang ada
• Kuantitas (tinggi/lebar) dan kualitas (pola/densitas)
• Gambaran keseluruhan
 Luas kerusakan (local/menyeluruh)
 Pola kerusakan (horizontal &/vertical)
 Densitas (rarefraksi/condensed)
 Pola trabekulasi (normal/berubah)

2. Alveolar crest (merupaka bagian penting)
• Kortikal → lamina dura
• Tinggi ; 0,5-1,5mm d bawah CEJ 2 gigi bertetangga
• Bentuk; tergantung posisi gigi
• Outline; halus, rata, kesinambungan, kepadatan, lebar


3. Ruang periodontal
• Ada/tidak, lebarnya


4. Keterlibatan furkasi (akar ganda)
5. Perbandingan mahkota-akar keterlibatan furkasi (akar ganda)1,3

2.1.7 Dampak dari TFO
 Terjadi injuri pada jaringan-jaringan pendukung periodontal.
 Tidak cukupnya stimulasi menyebabkan menebalnya ligamen periodontal, atrofi serabutan, osteoporosis tulang alveolar dan reduksi tulang yang tinggi.
 Hipofungsi dapat dihasilkan dari hubungan open-bite dan tidak adanya fungsi antagonis

2.1.8 Cara Pemeriksaan TFO
Pemeriksaan oklusi untuk melihat ada atau tidaknya Trauma From Occlusion bisa dilakukan dengan:
1. Maximum Intercuspation or Intercuspal position
Pasien diperintahkan untuk menutup mulut dengan posisi intercuspal maksimum tanpa mencari gigitan yang nyaman (posisi menelan ludah). Cara yang paling efisien untuk melihat kontak oklusal adalah dengan meletakkan matriks Mylar antara gigi dan menyuruh pasien untuk menutup mulut dan kemudian matriks dipindahkan. Dari matriks terlihat seberapa banyak gigi yang berkontak. Ada atau tidaknya kontak dapat terlihat untuk gigi molar, premolar, kaninus,dan insisivus.

2. Excursive movement
Kualitas kontak gigi selama pergerakan mandibula dapat dilihat dengan menyuruh pasien menggerakkan rahang bawah ke depan, kanan dan kiri.

3. Initial contact in centric relation closure arc
Jika ada gigi yang berkontak sebelum ada gigi yang lain berkontak sempurna (kurang dari 50%) maka terjadi bloking.

4. Tooth mobility
Kegoyangan gigi dapat diperkirakan dengan tekanan gigi. Setelah gigi berkontak, maka pasien dapat menghentakkan gigi dan dokter dapat melihat kegoyangan gigi pasien.

5. Attrition
Yaitu penggunaan gigi karena sering berkontak. Atrisi yang berlebihan terlihat sebagai kebiasaan parafungsi yang dapat meningkatkan trauma oklusi dan menyebabkan jaringan periodonsium dimana otot penguyahan mayor mengganggu dan mengguncang gigi dalam alveolus.

6. Penggunaan kertas artikulasi
Berguna untuk mengindentifikasi kontak oklusal yang dapat merusak mandibula, kegoyangan gigi atau menyebabkan trauma pada gigi dan periodonsiumnya. Dalam kasus spesifik, metode ini digunakan untuk melihat hubungan oklusi, lokalisasi sisi pengunyahan gigi, oklusal adjustment dan melihat peningkatan perubahan oklusi.5

2.1.9 Perbedaan TFO dan TO
Trauma karena oklusi adalah gaya oklusal yang berlebihan terhadap penyesuaian kapasitas jaringan yang menghasilkan injuri pada jaringan. Trauma oklusi adalah oklusi yang dapat menyebabkan trauma, contohnya premature kontak.
Ketika tekanan oklusal melebihi kapasitas adaptif jaringan periodonsium, maka akan terjadi kerusakan jaringan periodonsium. Kerusakan ini disebabkan karena trauma oklusi. Trauma from occlusion adalah kerusakan jaringan periodonsium akibat tekanan oklusi yang melebihi kapasitas adaptasi jaringan, sedangkan oklusi yang menyebabkan kerusakan disebut traumatic oklusi.
Trauma karena oklusi mengarah pada kerusakan jaringan bukan pada tekanan okusalnya. Daya oklusi yang berlebihan dapat mengganggu fungsi otot pengunyahan dan menyebabkan nyeri yang berupa sentakan, cedera Temporo Mandibular Joint (TMJ) atau menghasilkan penggunaan gigi yang berlebihan.1

2.1.10 Diagnosis dan Prognosis
Diagnosis: Gigi 31 mengalami Trauma From Occlusion (TFO) karena adanya blocking.
Prognosis: baik, karena masih ada dukungan tulang, OH baik, gigi goyang ⁰2, kooperatif pasien dan tidak disertai penyakit sistemik.1


2.1.11 Rencana Perawatan6
I. Terapi Inisial
•DHE + fisioterapi oral
•RA/RB=scaling dan root planning
•Oklusal adjustment
Evaluasi untuk melihat keberhasilan perawatan.
IV. Terapi Pemeliharaan setelah perawatan berhasil.
II. Terapi Bedah tidk dilakukan (-).
III. Rekonstruksi tidak dilakukan (-).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trauma From Occlusion (TFO) merupakan akibat dari adanya trauma oklusi misalya adanya premature kontak. Trauma karena oklusi mengarah pada kerusakan jaringan periodonsium bukan kepada tekanan oklusalnya.
TFO yang tidak dirawat akan berbahaya karena dapat mengganggu oklusi dan bisa menyebabkan cedera pada jaringan periodonsium.


DAFTAR PUSTAKA
1. Carranza, Fermin A. Periodontal Respons to External Forces: in Carranza’s Clinical Periodontology 10th Ed. St. Louis: WB. Saunders. 2006, page. 467-474.
2. Nield-Gehrig, JS., Willmann, DE. Foundations of Periodontics for the Dental Hygienist. Lippincott Williams & Wilkins: Maryland. 2003. 214-215.
3. Whites, Eric. Essential of Dental radiography and Radiology 3rd. USA: Elsevier. 2003, page. 247-250.
4. Lindhe, Jan. Clinical Periodontology and Implant Dentistry 4th. Copenhagen: Blackwell-Munskgaard. 2003, page. 356-360.
5. Mc Devit, Michael J and Bibb, Carol A. Occlusal Evaluation and Theraphy: in Carranza’s Clinical Periodontology Carranza 10th Ed. St. Louis: WB. Saunders. 2006, page. 848-849.
6. Carranza, Fermin A and Takei, Henry H. The Treatment Plan: in Carranza’s Clinical Periodontology 10th Ed. St. Louis: WB. Sauders. 2006, page. 628.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar