Minggu, 24 April 2011

Tulang dan Otot (Sistem Gerak pada Manusia)

Oleh: Irmi Fitria

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjaga kesehatan, kita membutuhkan kegiatan yang membuat tubuh mengeluarkan keringat. Orang yang berolahraga biasanya akan berkeringat. Keringat yang keluar merupakan sisa pembakaran zat berguna dalam otot. Gerakan tubuh dapat terjadi karena otot berkontraksi. Kontraksi tersebut mengakibatkan anggota tubuh dapat melakukan gerakan sesuai dengan yang kita inginkan. Anggota tubuh yang bergerak itulah yang dinamakan dengan sistem gerak, yang terdiri dari tulang, tulang rawan, sendi, dan otot yang saling bekerja sama dalam mekanisme pergerakan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dihadapi dalam makalah ini adalah:
• Definisi, fungsi, jenis, struktur, mekanisme kontraksi dan relaksasi otot, penamaan otot, otot pada wajah dan penguyahan, dan proses adaptasi jaringan.
• Definisi, fungsi, bagian dan pertumbuhan serta perkembangan tulang.
• Definisi, fungsi, tulang pada axial dan apendikular pada rangka.
• Definisi, fungsi, jenis, dan komponen sendi.
• Definisi, fungsi, jenis,pertumbuhan dan perkembangan tulang rawan.


1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Mampu menjelaskan definisi, fungsi, jenis, struktur, mekanisme kontraksi dan relaksasi otot, penamaan otot, otot pada wajah dan penguyahan dan proses adaptasi jaringan.
2. Mengetahui definisi, fungsi, bagian dan pertumbuhan serta perkembangan tulang.
3. Mengetahui definisi, fungsi, tulang pada axial dan apendikular pada rangka.
4. Menjelaskan definisi, fungsi, jenis, dan komponen sendi.
5. Menjelaskan definisi, fungsi, jenis,pertumbuhan dan perkembangan tulang rawan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 OTOT
2.1.1 Definisi Otot
Otot adalah daging tubuh yang tersusun dari banyak dinding organ berongga dan pembuluh-pembuluh tubuh. Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya.1

2.1.2 Fungsi Otot
Fungsi otot antara lain:
1. Sebagai alat penggerak tubuh termasuk anggota badan, usus paru-paru dan lain-lain.
2. Menentukan postur tubuh.
3. Menyimpan glikogen.
4. Sebagai gerak aktif disebabkan oleh komponen sel-sel otot berkontraksi karena ada satu rangsangan baik panas atau dingin.
5. Mempertahankan sikap & posisi tubuh.
6. Menyokong jaringan lunak.
7. Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dala sistem tubuh.
8. Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot:energi ® panas1

2.1.3 Jenis - Jenis Otot
Secara garis besar otot dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Otot Polos
Jenis otot ini disebut juga sebagai otot tidak lurik atau otot involunteer. Otot polos terutama terdapat di bagian viseral, membentuk bagian kontraktil pada dinding saluran cerna sejak pertengahan esofagus sampai ke anus, termasuk saluran keluar kelenjar yang berhubungan dengan sistem ini. Otot ini terdapat pada system pernapasan, system reproduksi, arteri, vena, pembuluh limfe yang besar, dermis, iris, dan korpus siliaris pada mata. Pada tempat-tempat ini otot polos berfungsi mengatur dan mempertahankan garis tengah lumendarivisera berongga.Sel-sel otot polos dapat tersusun tersebar atau membentuk berkas memanjang atau sebagai lembaran. Sel otot polos berbentuk gelendong, meruncing di kedua ujungnya, dan mempunyai bagian tengah yang lebih lebar, tempat letak intinya. Ukuran tergantung tempatnya, sekitar 15-20 μm pada pembuluh darah kecil sampai 0,2 mm dengan tebal 6μm. Pada dinding rahim yang sedang mengandung sel-sel otot membesar dan memanjang sampai 0,5 mm.
Sitoplasma untuk sel otot disebut sarkoplasma mengandung sepasang sentriol. Dalam sitoplasma terdapat butir-butir glikogen yang penting sebagai sumber energi. Seperti sel–sel lainnya, sel otot diselubungi oleh membran plasma yang dinamakan sarkolema. Untuk nutrisi jaringan otot diperlukan pembuluh darah yang bercabang-cabang masuk di antara berkas-berkasnya.

Agar dapat berkontraksi maka jaringan otot membutuhkan rangsangan dari ujung-ujung saraf. Oleh Bozler dibedakan 2 tipe:

1. Tipe multi unit
Apabila tiap otot polos mendapatkan rangsangan dari ujung-ujung saraf yang berasal dari sebatang serabut saraf sehingga setiap sel otot mendapat impuls dalam waktu bersamaan, akibatnya kontraksi dapat berlangsung bersamaan. Misalnya terdapat pada iris, arteri besar, dan duktus deferens.

2. Tipe viseral
Dalam seberkas otot tidak semuanya mendapatkan ujung saraf tetapi rangsangan akan diteruskan ke otot-otot yang berdekatan melalui hubungan yang mirip gap junction.

Struktur Halus Sel Otot

Sarkoplasma di dekat inti mengandung sejumlah mitokondria halus, mikrotubuli, granular endoplasmic reticulum dan kelompok-kelompok ribosom bebas. Kompleks golgi menempati didekat salah satu ujung inti. Dalam sarkoplasma terdapat berkas-berkas filamen yang membentuk miofibril.

Ada 2 jenis miofilamen, yaitu:
1. Miofilamen halus
2. Miofilamen kasar

Kedua jenis miofilamen ini berjalan sejajar sumbu sel otot polos. Diantara berkas-berkas miofilamen terlihat mitokondria. Apabila dilihat berkas-berkas gabungan miofilamen halus dan miofilamen kasar maka mereka tidak membentuk pola yang teratur namun tersebar di seluruh sel. Sarkolema menunjukkan lekukan ke dalam yang dinamakan kaveola pada pengamatan dengan M.E.


Asal, pertumbuhan, dan regenerasi

Sebagian besar otot polos dibentuk melalui perkembangan sel-sel mesenkim. Dalam hubungannya dengan beberapa kelenjar dan saluran keluarnya seperti kelenjar-kelenjar liur, kelenjar keringat, dan kelenjar lakrimal ada sel dengan banyak ciri khas otot polos yang berkembang dari ektoderm dan disebut sel mioepitel. Sel otot polos dapat bertambah ukurannya akibat rangsangan fisiologis (misalnya dalam rahim selama kehamilan) dan akibat rangsangan patologis (misalnya dalam arteriol pada hipertensi). Pada keadaan dewasa dianggap bahwa sel otot polos berasal dari jaringan pengikat yang belum mengalami diferensiasi lanjut.


2. Otot Rangka / Seran Lintang
Otot rangka terdiri atas serat-serat otot, berkas sel yang sangat panjang sampai 30 cm, silindris, dan berinti banyak dengan garis tengah 10-100μm. Inti lonjong umumnya terletak pada tepi sel di bawah membran sel. Lokasi yang khas ini membantu dalam membedakan otot rangka dari otot jantung dan otot polos yang keduanya memiliki inti di tengah. Otot ini ditemukan di lidah, diafragma, dinding pangkal esophagus, dan sebagian otot wajah.
Sebagian besar dari sel otot rangka yang berbentuk serabut membentuk berkas-berkas yang digabungkan oleh jaringan pengikat. Jaringan pengikat tipis yang melapisi setiap serabut otot melanjutkan diri sebagai pembungkus berkas yang terdiri atas beberapa serabut otot mengandung pembuluh darah kecil. Selubung jaringan pengikat tersebut dinamakan endomisium. Berkas otot tersebut digabungkan lagi menjadi berkas yang lebih besar oleh jaringan pengikat yang lebih tebal dinamakan perimisium. Berkas-berkas tingkat kedua tersebut digabungkan lagi menjadi berkas yang lebih besar oleh jaringan pengikat dinamakan epimisium.
Apabila otot seran lintang diperiksa tanpa alat pembesar, kadang-kadang tampak adanya perbedaan warna pada serabut-serabutnya. Dengan pembesaran tampak bahwa serabut-serabut otot yang berwarna merah berkelompok diantara serabut otot yang berwarna putih (pucat) yang berukuran lebih besar.

Gautier membedakan 3 jenis serabut otot dengan pewarnaan khusus :

• serabut otot merah,
• serabut otot putih,
• serabut otot peralihan
Serabut otot merah yang lebih kecil ternyata lebih banyak mengandung mitokhondria, mioglobin, dan banyak pembuluh darah diantara serabut-serabutnya.
Pada tingkat pengamatan dengan M.E., serabut otot merah ternyata memiliki lempeng Z lebih tebal, lebih kompleksnya struktur sarcoplasmic reticulum pada daerah lempeng Z, mitokondria berukuran lebih besar dan terletak berderet-deret diantara miofibril kalau dibandingkan serabut otot putih. Serabut otot peralihan memiliki sifat-sifat diantara serabut otot merah dan serabut otot putih.

Macam-macam serat otot seran lintang:

1. Serat merah, serat ini berdiameter relatif kecil, dengan banyak sarkosom besar yang penuh krista. Sarkosom-sarkosom itu terkumpul di bawah sarkolema dan berderet-deret memanjang diantara miofibril.

2. Serat putih, merupakan bagian terbesar dari otot ”putih” dan seratnya lebih besar. Sarkosom-sarkosom yang lebih kecil terdapat berpasangan sekitar garis Z, dan garis Z disini hanya setengah lebarnya garis Z pada serat merah.

3. Serat menengah, serupa serat merah, terdapat pada otot merah, tetapi sarkosomnya lebih kecil dan garis Z-nya lebih tipis. ”Myoneural junction” (taut mioneural) bersifat lebih kompleks pada serat putih, dan penyebaran berbagai jenis serat didalam suatu otot agaknya dipengaruhi oleh sistem saraf. Serat merah berkontraksi lebih lambat jika dibandingkan dengan serat putih dan lebih tahan berkontraksi lama, walaupun sebenarnya ada 2 jenis serat merah, dan salah satunya berkontraksi lumayan cepat. Serat menengah yang secara morfologi mirip serat merah, lebih mirip serat putih dalam hal kecepatan kontraksinya.

Struktur mikroskopis
Sel otot seran lintang merupakan sel panjang yang berinti banyak dengan ketebalan yang sama di seluruh panjangnya yang berukuran sekitar 10-100 μm.
Sangat khas adalah gambaran pada potongan membujur terhadap sumbu panjang serabutnya oleh karena segera tampak gambaran garis-garis melintang yang dipisahkan oleh garis-garis pucat di sepanjang serabut. Gambaran ini disebabkan oleh adanya miofibril-miofibril dalam sarkoplasma yang bersifat membias kembar silih berganti dengan yang biasa, seluruhnya sejajar memenuhi serabut.
Ketebalan miofibril bervariasi namun tidak akan melebihi ukuran 2-3 μm. Penyebaran miofibril dalam sarkoplasma akan jelas pada potongan melintangnya. Biasanya membentuk kelompok-kelompok yang pada potongan melintang tampak sebagai kelompok titik-titik yang dinamakan sebagai Area Cohneim.
Di bawah sarkolema sepanjang serabut otot tampak inti yang berbentuk sebagai kumparan, sehingga apabila serabut tersebut terpotong membujur sebagian besar inti tampak tersebar di tepi dibawah sarkolema.

Struktur halus otot seran lintang
Pada pengamatan secara seksama dengan M.E., ternyata apa yang dimaksudkan dengan sarkolema oleh para pengamat dengan mikroskop cahaya sebenarnya terdiri atas:
a. Plasmalemma yang strukturnya sebagai unit membrane.
b. Lapisan pembungkus ekstraseluler yang bahannya seperti lamina basalis
c. Anyaman halus serabut-serabut retikuler

Serabut otot seran lintang sebagaimana dengan sel lain, dalam sitoplasmanya mengandung berbagai macam organela, namun kesemuanya disesuaikan dengan fungsi serabut otot yang mampu berkontraksi. Mithokondria berukuran besar dengan banyak sekat-sekat di dalamnya, terletak memanjang berderet-deret sepanjang serabut dibawah sarkolema dan diantara miofibril. Kompleks Golgi terdapat lebih dari satu menempati di dekat setiap inti.
Miofibril merupakan seberkas komponen berbentuk filamen yang lebih halus dan panjang dari filamen itu sendiri tidak sepanjang miofibrilnya.

Filamen tersebut seperti halnya dalam otot polos terdiri atas 2 jenis yang berbeda dalam ketebalan dan ukuran panjangnya yaitu:
1. Miofilamen tebal : Ketebalan 100Ǻ dan panjang 1,5μm
2. Mikrofilamen halus : Ketebalan 50Ǻ dan panjang 2μm
Garis melintang tidak lain berbentuk cakram atau lempeng, oleh karena garis-garis melintang yang terlihat pada potongan memanjang serabut otot menempati seluruh ketebalan serabut. Oleh karena itu istilah garis sering diganti dengan lempeng atau cakram.

Dibedakan 2 macam lempeng yaitu:

1. Lempeng A
Lempeng A dapat membias kembar sinar polarisasi. Sediaan otot dengan pewarnaan H.E memperlihatkan warna merah. Ditengah-tengah lempeng A terdapat sebuah lempeng yang lebih sempit yang jernih, yaitu lempeng H dan lempeng ini terbagi lagi oleh lempeng yang gelap, yaitu lempeng M.

2. Lempeng I
Lempeng I sendiri hanya terbagi oleh sebuah lempeng yang lebih tipis dan berwarna gelap ditengah sebagai lempeng Z. Kadang-kadang pada lempeng I didekat perbatasan dengan lempeng A terlihat sebuah lempeng N dilihat sepanjang serabut otot yang dihubungkan dengan kemampuan kontraksinya, maka selama kontraksi lempeng Z relatif tidak mengalami perubahan. Oleh karena itu miofibril dibagi-bagi menjadi satuan kontraksi yang disebut sarkomer yang dibatasi oleh lempeng Z.

Didalam sebuah miofibril, sejumlah miofilamen halus yang panjangnya 2 μm berpangkal pada lempeng Z dan meluas kesetengah lempeng I dan sebagian dari lempeng A sampai batas lempeng H. Dengan demikian lempeng H dibatasi oleh ujung-ujung miofilamen halus dari kedua belah pihak. Sedangkan miofilamen tebal yang berada sebagian diantara miofilamen halus, perluasannya dalam satu sarkomer mulai dari batas lempeng I disatu pihak sampai batas lempeng I di pihak lain.
Hubungan antara miofilamen halus dengan miofilamen tebal dapat lebih dipahami pada potongan melintang melalui lempeng A dekat perbatasan dengan lempeng I. Pada potongan tersebut terlihat bahwa sepotong miofilamen tebal dikelilingi secara teratur oleh 6 batang miofilmen halus dan sebaliknya setiap batang miofilamen halus sendiri dikelilingi oleh 3 batang miofilamen tebal lainnya.diantara kedua miofilamen tersebut dihubungkan oleh molekul-molekul berbentuk batang pendek yang merupakan bagian dari miofilamen tebal sebagai kait-kait yang dinamakan cross bridge.
Organela lain dalam sitoplasma yang terlibat dalam proses kontraksi yaitu sarcoplasmic reticulum yang tidak lain adalah smooth reticulum pada sel-sel biasa. Sarcoplasmic reticulum merupakan anyaman rongga pipih yang dibatasi membran yang mengelilingi miofibril.

Komponen lain dalam sarkoplasma
Dalam sarkoplasma ditemukan glikogen dalam jumlah yang banyak dalam bentuk butir-butir kasar. Bahan ini dipergunakan sebagai persediaan energi.
Komponen lain yaitu mioglobin yang merupakan pigmen seperti hemoglobin dalam eritrosit yang digunakan untuk mengikat oksigen.
Regenerasi otot seran lintang
Sesudah mengalami kerusakan, serat otot memiliki kapasitas terbatas untuk melakukan regenerasi, tetapi kerusakan berat akan diperbaiki dengan pembentukan jaringan ikat fibrosa, dengan meninggalkan parut. Demikian pula halnya bila saraf atau pembuluh darahnya terganggu alirannya, serat-serat otot akan berdegenerasi dan diganti oleh jaringan ikat fibrosa. Walaupun demikian pada otot dewasa terdapat sel-sel satelit. Sel-sel kecil dengan inti tunggal ini terdapat diantara sarkolema dan endomisium dan rupa-rupanya merupakan cadangan sel-sel mioblas embrional.
Histogenesis otot seran lintang
Diawali pembentukan mioblas yang pada mulanya berinti satu yang terletak ditengah sel tanpa miofibril. Mioblas ini akan mengadakan fusi satu sama lain sehingga terbentuk sinsitium yang diikuti pembentukan miofibril. Dengan penambahan miofibril, inti akan terdesak ke tepi sehingga terletak dibawah sarkolema.

3. Otot Jantung
Otot jantung bersifat lurik dan involunteer, berkontraksi secara ritmis dan automatis. Mereka hanya terdapat pada miokard (lapisan otot pada jantung) dan pada dinding pembuluh darah besar yang langsung berhubungan dengan jantung. Suatu serat otot jantung terlihat dibawah mikroskop cahaya sebagai suatu satuan linier terdiri atas sejumlah sel otot jantung yang terikat ”end to end” (ujung-ujung) pada daerah-daerah ikatan khusus yang disebut diskus interkalaris.
Serat otot jantung dibungkus suatu sarkolema tipis mirip yang terdapat pada otot rangka, dan sarkoplasma yang mirip mithokondria. Miofibril-miofibril terpisah-pisah oleh deretan mithokondria, yang mengakibatkan gambaran gurat-gurat memanjang yang nyata.
Otot jantung terdiri atas serabut-serabut otot yang bergaris-garis melintang seperti halnya otot kerangka.
Namun demikian kedua jenis serabut otot tersebut terdapat perbedaan:

1. Serabut otot jantung tidak merupakan sinsitium, melainkan merupakan rangkaian sel-sel tunggal yang berderet-deret ujung ketemu ujung dengan perantara suatu bangunan yang dinamakan : discus intercalaris.

2. Sel otot jantung tidak berbentuk silindris biasa, melainkan bercabang-cabang sehingga memberikan kesan adanya anyaman 3 dimensional.

3. Inti sel otot jantung tidak terletak dibawah sarkolema,melainkan ditengah sel.

4. Kontraksi otot jantung diluar pengaruh kehendak kita.

Celah-celah diantara anyaman serabut-serabut otot jantung diisi oleh jaringan pengikat sebagai endomisium.

Struktur halus otot jantung
Dalam beberapa hal struktur halus otot jantung sama dengan otot kerangka, khususnya mengenai hubungan antara miofilamen halus dengan miofilamen tebal, sehingga lempeng-lempeng yang tampak pada miofibril tidak berbeda pula.
Perbedaan yang tampak pada pengamatan dengan M.E yaitu: susunan sarcoplasmic reticulum dan mithokondria yang tidak teratur sehingga berkas-berkas miofilamen membentuk miofibril tidak disusun secara teratur sehingga batas-batas miofibril tidak tegas. Selain itu mitokondria lebih panjang dan lebih banyak jumlahnya serta sekat-sekat dalam mithokondria juga lebih banyak. Kadang-kadang mithokondria menempati satu sarkomer (2,5 μm). Butir-butir glikogen banyak terdapat didaerah lempeng I.
Invaginasi tubuler dari sarkoma yang membentuk tubul T pada otot jantung berukuran lebih besar daripada otot kerangka dan terdapat pada daerah setiap lempeng Z.
Discus intercalaris yang biasanya terdapat pada daerah lempeng Z, ternyata merupakan batas sel yang berbentuk berigi-rigi antara sel-sel otot jantung yang berdekatan. Apabila diamati dengan M.E, discus intercalaris dibedakan menjadi 2 bagian utama yaitu:
Pars transvelaris, yang menempati bagian yang berjalan melintang terhadap serabut otot.
Pars lateralis yang menempati bagian yang sejajar dengan serabut otot.
Pars transvelaris yang tampak sebagai garis berkelok-kelok dibedakan dalam 2 daerah yang berlainan strukturnya. Perbedaan struktur tersebut khususnya dalam aspek hubungan antara 2 sel yang berdekatan.
Struktur pertama mirip struktur desmosom yaitu adanya gambaran pemadatan sarkoplasma didaerah itu. Struktur ini meliputi daerah yang cukup luas, maka dinamakan fascia adhaerens. Fungsi struktur ini diduga keras sebagai usaha mengikat sel otot jantung satu dengan yang lain.
Diantara struktur pertama tersebut, disana-sini terdapat struktur jenis kedua yang mirip struktur gap junction dengan celah yang memisahkan 2 sarkolema sebesar 20Ǻ. Pada daerah ini tidak ada pemadatan sitoplasma.mengingat struktur yang demikian diduga keras hubungan ini berfungsi untuk merambatkan impuls dari satu sel otot jantung ke sel otot jantung di dekatnya.

Regenerasi otot jantung

Otot jantung lebih tahan terhadap trauma bila dibandingkan dengan otot jenis lainnya, tetapi hampir tidak ada tanda-tanda regenerasi setelah terjadinya suatu cedera. Otot jantung yang rusak diperbaiki dengan meninggalkan suatu jaringan parut.

Histogenesis otot jantung

Dapat diikuti sejak embrio sebagai perkembangan dari splanchnopleura yang terdapat diluar endotil primordium jantung. Sejak awalnya telah terbentuk struktur desmososm antar sel-sel otot. Terbentuknya sel otot jantung definitif yaitu pada saat pembuluh darah bersama jaringan pengikat menembus endotil jantung.


Dan ada juga jenis – jenis sebagai berikut :
1. Secara fungsional.
Otot diklasifikasi menjadi otot volunteer ( dikontrol sesuai keinginan ) atau otot involunter ( bawah sadar )
2. Secara structural.
otot diklasifikasi menjadi otot lurik ( dengan garis-garis menyilang ) dan polos ( tidak bergaris ) lurik-lurik tersebut akan terlihat dalam pemeriksaan potongan mikroskopik serabut.
3. Berdasarkan struktur dan fungsinya,
jaringan otot diklasifikasi kedalam golongan berikut :
 Otot polos adalah otot involunterdan otot berlurik
 Distribusi, otot polos terbentuk pada area berikut:
- dinding organ berongga
- dinding duktus dan pembuluh
- organ seperti kulit limpa dan penis
 Struktur
- Sel berbentuk spindel sangat bervariasi panjangnya, tetapi panjangnya tetap lebih pendek dan diameter juga lebih dari pada sel otot rangka.
- Setiap sel mengandung satu nukleus sentral
- Serabut tersebut disatukan dalam unit atau lembar ( lapisan )
 Otot rangka merupakan alat volunter dan otot lurik
 Distribusi
Serabut individual akan bergabung menjadiberkas untuk membentuk kelompok fungsional yang disebut otot, yang melekat pada rangka dan bertanggungjawab untuk pergerakan.
 Struktur
 Satu serabut panjangnya berkisar antara 10 mm sampai 40 mm
 Serabut yang banyak memiliki nukleus ditemukan dibawah sarkolemapada bagian perifer sel.

 Otot jantung adalah otot involunter dan otot lurik.
 Distribusi, otot jenis ini hanya terdapat di jantung.
 Struktur
a) serabut otot jantung bercabang dan membentuk jaringan
b) Nukleusnya tunggal dan terletak di sentral.
c) Lurik menyilang saling berdekatan dan tidak terlihat sejelas di otot rangka.
d) Diskus interkalasi, yang terlihat dibawah mikroskop sebagai pita tebal bersilang, merupakan ciri khas otot jantung. Diskus ini merupakan sambungan antara sel otot jantungdan area yang tahanan listriknya rendah untuk memperluas kontraksi.1,2

2.1.4 Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot
Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamenfilamen aktin dan miosin. Selama kontraksi otot, filamen-filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak.Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H.
Selain itu filamen myosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk komplek aktin-miosin.

Kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa detik. Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi ion Ca2+ di dalam serabut otot yang meningkatkan aktivitas miofibril.
2. Summasi, berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi dengan kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan (summasi unit motor berganda dan summasi bergelombang).
3. Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri.
4. Tetani adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak ada peningkatan tegangan kontraksi.
5. Rigor terjadi bila sebagian terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan, sehingga kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke RS melalui mekanisme pemompaan.
Metode pergeseran filamen dijelaskan melalui mekanisme kontraksi pencampuran aktin dan miosin membentuk kompleks akto-miosin yang dipengaruhi oleh ATP. Miosin merupakan produk, dan proses tersebut mempunyai ikatan dengan ATP. Selanjutnya ATP yang terikat dengan miosin terhidrolisis membentuk kompleks miosin ADP-Pi dan akan berikatan dengan aktin. Selanjutnya tahap relaksasi konformasional kompleks aktin, miosin, ADP-pi secara bertahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP, proses terkait dan terlepasnya aktin menghasilkan gaya fektorial.

• Kontraksi
 Kontraksi otot terjadi akibat impuls saraf yang bersifat elektrik, di hantar ke sel-sel otot secara kimiawi dan hal ini dilakukan oleh sambungan otot saraf. Yang mengandung gelembung – gelembung Asetilkolin. Asetilkolin dilepas kedalam ruang antara saraf dan otot ( celah sinops )dan ketika asetilkolin menempel pada sel otot, ia akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan aktivitas listrik akan menyebar keseluruh sel otot, sehimgga timbul kontraksi. Untuk bisa berkontraksi, serabut otot memerlukan energy yang didapat dari oksidasi makanan, terutama karbohidrat.
 Potensial aksi berjalan sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujung serat
saraf
 Setiap ujung saraf, mensekresi supstansi neurotransmiter yaitu aseltikolin dalam jumlah sedikit
 Asetilkolin bekerja untuk area setempat pada membran. Otot guna membuka
 saluran asetilkolin melalui molekul-molekul protein dalam membran serat otot
 Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium mengalir ke bagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini menimbulkan potensial aksi serat saraf

• Relaksasi
Pada keadaan relaksasi otot ujung – ujung filament aktin yang berasal dari disrus yang berurutan hamper tidak overlap satu sama lainnya. Sedangkan pada waktu yang sama beroverlap dengan filamen miosin secara sempurna.1,3

2.1.5 Penamaan Otot
 Berdasarkan Ukuran:
M. vastus (besar), maximus (besar), longus (lama), minimus (kecil), brevis (pendek).
 Berdasarkan Bentuk:
Deltoideus (segitiga), latisimus (lebar), teres (bulat), trapezius (trapesium), belah ketupat (jajaran genjang)
 Berdasarkan Arah serat:
Rektus (lurus), miring (horizontal), melintang (melintasi), Orbicularis (round)
 Berdasarkan Lokasi:
Pectoralis (dada), gluteus (pantat), brachii (lengan), supra-(di atas), infra-(di bawah), sub-(di bawah, di bawah), lateralis (lateral)
 Berdasarkan Jumlah asal:
Bisep (dua kepala), Triceps (tiga kepala), kuadrisep (empat kepala)
 Berdasarkan Asal dan penyisipan:
Sternokleidomastoid (asal pada tulang dada dan tulang selangka, penyisipan pada proses mastoideus), brakioradialis (asal di brachium atau lengan, penyisipan pada jari-jari)
 Berdasarkan Aksi:
Penculik (untuk menculik struktur), adduktor (untuk adduksi struktur), fleksor (untuk flex struktur), ekstensor (untuk memperpanjang struktur), m. levator (untuk mengangkat atau meningkatkan struktur), masseter (a chewer).4

2.1.6 Otot Pada Wajah
Sebenarnya hanya beberapa bagian otot wajah yang berorigo di sekitar tulang . semua berinsersi ke dalam kulit.
a. Dahi, puncak kepala, pelipis
- M. occipitofrontalis
(bersama M. occipitofrontalis dan M. temporoparietalis disebut sebagai M. epicranius)
O:Venter frontalis:kulit alis mata dan Glabella, membentuk lapisan otot bersama M. procerus, corrugators supercilii, depressor supercilii et orbicularis oculi.
Venter occipitalis:Linea nuchalis suprema.
I:Galea aponeurotica.
F:Menggerakkan kulit kepala, menciptakan kerut miring di dahi.
- M. temporoparietalis
O:Kulit temporal, fascia temporalis.
I:Galea aponeurotica.
F:Menggerakkan kulit kepala.
b. Rima palpebrarum
- M. orbicullaris oculi (terletak di sekitar Aditus orbitae yang berfungsi semacam sphincter).
- O:pars orbitalis:proc frontalis,maxillae,os lacrimale,lig.palpebrale mediale.pars palpebralis:lig.palpebrale mediale.saccus lacrimalis.pars lacrimalis posterior of the os lacrimale,saccus lacrimalis.pars lacrimalis:crista lacrimalis posterior of the os lacrimale,saccus lacrimalis.
I:Pars orbitalis: lig.palpebrale lateral,transisi menjadi suatu otot melingkar membentuk cincin di lateral. Pars palberalis: Lig. Palpebrale laterale. Pars lacrimalis:Canaculi lacrimalis, tepi-tepi kelopak mata.
F:menutup mata, menekan saccus lacrimalis, menggerakkan alis mata.
- M. depressor supercilii (cabang pars orbitalis musculi orbicularis oculi).
O:pars nasalis ossis frontalis, punggung hidung.
I:sepertiga medial kulit mata.
F:Menarik turun kulit dahi dan alis, menciptakan kerutan miring tepat di atas hidung.
- M. corrugator supercilii
O:pars nasalis ossis frontalis
I:segitiga medial (lateral) kulit alis mata, Gale aponeurotica.
F:Menggerakkan kulit dahi dan alis mata kea rah pangkal hidung, menciptakan kerut hidung, menciptakan kerut vertical tepat di atas pangkal hidung.
- M. procerus
O:os nasale, cartilage nasi lateralis.
I:kulit Glabella.
F:Menarik turun kulit dahi dan alis mata.
c. Hidung
- M. nasalis
O:pars alaris:Jugum alveolare dentist insivil lateralis. Pars transversa:Jugum alveolare dentist canini.
I:pars alaris:ala nasi, pinggir cuping hidung. Pars transversa:Cartilago nasi lateralis, membran tendodorsum nasi.
F:Menggerakkan cuping hidung dan hidungnya sendiri. Pars alaris:Membuka lebar cuping hidung. Pars transversa:Mengecilkan lubang hidung.
- M. depressor septi nasi
O:Jugum alveorale dentis insicivi medialis.
I:Cartilago alaris major, cartilago septi nasi.
F:Menggerakkan cuping hidung dan hidungnya sendiri.
d. Mulut
- M. orbicularis oris
O:Pars marginalis dan pars labialis:sebelah lateral Angulusoris.
I:kulit bibir.
F:Menutup bibir, sehingga juga menggerakkan cuping hidung, pipi dan juga kulit dagu.
- M. buccinators
O:Bagian posterior Proc. Alveoralis maxillae, raphe pterygomandibularis, bagian posterior proc. Alveolaris mandibulae.
- M. levator labii superioris
O:Margo infraorbitalis dan bagian Proc. Zygomaticum maxilla di dekatnya; berasal dari massa otot M. orbicularis oculi.
I:Bibir atas.
F:Menarik bibir atas ke lateral dan atas.
- M. depressor labii inferioris
O:Basis mandibulae sebelah medial Foramen mentale.
I:Bibir bawah, dagu, serabut dalam ke mukosa.
F:Menarik bibir ke lateral bawah.
- M. mentalis
O:Jugum alveorale dentis incisive lateralis bawah
I:Kulit dagu.
F:Membentuk lekuk di dagu, eversi bibir bawah (bersama dengan M. orbicularis oris)
- M. transverses menti
O:cabang oblik dari M. mentalis.
I:Kulit dagu.
F:Menggerakkan kulit dagu.
- M. depressor anguli oris
O:Basis mandibulae tepat di bawah foramen mentale
I:Bibir bawah, pipi di sebelah lateral sudut mulut, bibir atas.
F:Menarik sudut mjulut ke bawah.
- M. risiorus (seringkali merupakan bagian dari Platysma atau M. depressor anguli oris)
O:Fascia paratoidea, Fascia masetecicae
I:Bibir atas, sudut mulut.
F:Menarik sudut mulut ke lateral atas, membentuk lesung pipi.
- M. levator anguli oris
O:Fossa canina maxillae
I:Sudut mulut
F:Menarik mulut ke arah atas dan medial
- M. zygomaticus mayor
O:Os zygomaticum di dekat sutura Zygomaticotemporalis
I:Bibir atas sudut mulut
F:Menarik sudut mulut di atas lateral dan ke atas.
- M. Zygomaticus minor
O:Os zygomaticus di dekat sutura Zygomaticomaxillaris
I:Bibir atas, sudut mulut
F:Menggerakkan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu, memperdalam sulcus nasolabialis.
- M. levator labii superioris alaeque nasi
O:Proc. Frontalis maxillae; berasal dari massa otot, M. orbicularis oculi
I:Cuping hidung, sudut mulut, bibir atas, serabut dalam bagian lateral posterior cuping hidung
F:Menggerakkan bibir, alae nasi, pipi dan kulit dagu.5

2.1.7 Otot Pada Penguyahan
- M. temporalis
O:Os temporal di bawah linea temporalis inferior, lapisan dalam fascia temporalis
I:Apeks dan pembukaan medial Proc. Coronoideus mandibulae
F:Serabut anterior menutup mulut, serabut posterior menarik mandibula (=retrusi)
- M. masseter
O:Pars supercilialis: dua pertiga anterior margo inferior Arcus Zygomaticus (tendo). Pars profunda: sepertiga posterior permukaan dalam Arcus Zygomaticus.
I:Pars supercilialis: Angula mandibulae, tuberositas masseterica. Pars profunda:Margo inferior mandibulae
F:Menutup mulut
- M. ptrygoideus medialis
O:Fossa pterygoidea permukaan medial Lamina lateris Proc. Pterygoidei, Proc. Pyramidalis ossis palatine
I:Margo inferior mandibulae, tuberositas pterygoidea
F:Menutup mulut
- M. pteryguideus lateralis
O:Caput superius:permukaan luar Lamina lateralis Proc. Ptrygoidei, tubermaxillae (accesorius). Caput inferius: facies temporalis alae majoris ossis sphenoidalis.
I:Caput superius: discus et capsula articulation temporomandibularis. Caput inferius: Fofea pterygoidea Proc. Conclylaeis mandibulae.
F:Caput inferius:menarik mandibula kea rah dalam (=prostusi).5
2.1.8 Adaptasi Jaringan
1. Atrofi
Organ yang dalam perkembangannya mencapai ukuran defentif dan kemudian secara sekunder menyusut.
Contoh :
• Atrofi endokrin yang terjadi jika pengaruh hormone terhadap jaringan seperti
kelenjar mamae terhenti
• Disuse atrofi yaitu menyerang otot rangka
Jika tungkai yang patah di letakkan dalam jangka waktu beberapa minggu
atau bulan, maka masa ekstrimitas tersebut akan berkurang di sebabkan oleh
otot-otot atrofi yang tidak di gunakan

2. Hipertrofi
Pembesaran jaringan atau organ karena pembesaran setiap sel
Hipertrofi terjadi karena rangsangan sehingga cenderung mengalami regresi paling sedikit sampai tertentu sehingga beban kerja yang abnormal hilang
Contoh : Penonjolan otot pada atlet angkat besi

3. Hyperplasia
Kenaikan jumlah sel yang nyata dalam jaringan yang mengakibatkan pembesaran jaringan / organ tersebut terjadi pada jaringan yang melakukan pembelahan sel.
Contoh :
• Hyperplasia fisiologis : rangsangan hormone pada kehamilan
• Hyperplasia non fisiologis : pembesaran kelenjar prostat pada lansia

4. Metaplasia
Jika system diferensiasi sel ini berada dalam lingkungan yang tidak cocok, maka pada deferensiasinya dapat berubah sehingga sel yang membelah berdeferensiasi menjadi sel yang biasanya tidak ditemukan pada daerah itu.
Contoh : Lap. Serviks ateri mengalami iritasi kronik maka bagian epitel kolumnas diganti dengan epitel skuamosa yang mirip epidermis.

5. Dysplasia
Kelainan deferensiasi sel yang sedang berpoliferasi sehingga ukuran, bentuk
dan penampilan sel menjadi abnormal disertai gangguan pengaturan dalam sel.6


2.2 TULANG
2.2.1 Definisi Tulang
Tulang adalah kerangka penyangga tubuh, pelindung organ tubuh dari benturan, dan tempat terkaitnya otot sehingga memungkinkan otot melakukan pergerakan antara sambungan tulang yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, tulang merupakan penunjang utama aktivitas fisik.
Jangan dikira semakin bertambah tua, tulang akan tetap keras dan kuat. Tetapi seiring bertambahnya usia, apalagi nutrisi untuk tulang tidak dihiraukan, lambat laun massa tulang akan menipis hingga beresiko terkena osteoporosis.6

2.2.2 Fungsi Tulang
Fungsi Tulang yaitu:
1. mendukung tubuh dan memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk
karakteristik.
2. sebagai perlekatan otot dan ligamentum.
3. berfungsi sebagai pengungkil yang melalui geraknya pada sendi di bawah control otot, memungkinkan gerak lokomotor dan gerak tubuh lainya.
4. berfungsi melindungi organ vital seperti otak, bola mata, mekanisme auris media
dan isi cavum thoracis dan pelvis.
5. berperan penting pada pengaturan pertumbuhan tubuh.
6. berfungsi untuk penyimpan kalsium dan mineral lain yang digunakan untuk
metabolisme tubuh.
7. pelekatan gigi geligi melalui liga mentum periodontal (jaringan pendukung)
8. ossicula auditus ikut berperan pada konduksi suara.7

2.2.3 Struktur Mikroskopik Tulang
Jika tulang diiris secara melintang pada lapisan tulang yang padat maka terdapat lingkaran2. Dalam pusat tiap lingkaran terdapat kanal(saluran) Havers. Lempeng2 tulang atau lamella tersusun konsentris sekitar saluran dan diantara lempeng2 itu terdapat ruangan kecil2 yang disebut lakuna. ruangan2 ini mengandung sel2 tulang, saling bersambungan 1 dengn yang lain, dan juga disambungkan dengan saluran haves di tengah2 oleh saluran2 kecil bernama kanalikuli. sistim haves yang lengkap terdiri atas :
1. Saluran havers dipusatnya berisi urat saraf, pembuluh darah, dan aliran limfe.
2. Lamela yang tersusun konsentris
3. Lakuna yang mengandung sel tulang
4. Kanalikuli yang memancar diantara lakuna dan menggandengkanya dengan saluran havers.
Daerah diantara system-sistem havers ini terjadi atas lamela interstisiil, sedangkan kanalikuli tersusun agak berlainan. lamela dalam jaringan bentuk jala tersusun kurang teratur dan tidak mempunyai saluran havers, sedangkan pembuluh darah bercabang2 dalam ruangan interstisiil yang berisi sumsum untuk memberi persediaan darah kepada pembuluh darah yang lebih halus.
Permukaan dalam tulang ditutupi oleh lapisan sel-sel pembentuk tulang dan jaringan ikat yang disebut periosteum dan endosteum.
Periosteum adalah membran vaskuler fibrosa yang melapisi tulang, banyak pembuluh darah dan melekat erat pada tulang. Pada tulang yang sedang tumbuh terdapat lapisan sel pembentuk tulang diantara periosteum dan tulang.
Sedangkan endosteum adalah lapisan yang melapisi semua permukaan rongga di dalam tulang dan terdiri atas selapis sel osteoprogenitor gepeng dan sedikit sekali jaringan ikat.6,7

2.2.4 Komponen – Komponen Penyusun Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel, matriks ekstrakurikuler, dan jaringan tulang.
1. Sel-sel yang terdapat dalam tulang, yaitu:
a. Osteosit adalah sel-sel matang yang mengisi lacuna dalam matriks, berbentuk pipih dan punya penjaluran dengan kanalikuli sehinnga aliran ion dan molekul kecil antar sel. Sel ini dibentuk oleh osteoblas.
b. Osteoblas adalah sel pembentuk sel osteosit yang berbentuk pipih atau kubus, yang berfungsi untuk mensintesis unsure-unsur organic tulang dan membentuk tulang-tulang baru selama pertumbuhan, perbaikan, dan membentuk kembali tulang.
c. Osteoklas adalah sel raksasa berinti banyak yang berperan pada resorpsi, menghancurkan, dan membantu kembali jaringan tulang.
2. Matriks tulang, tersusun dari serat0serat kolagen organic yang tertanam pada substansi dasar dan garam-garam anorganik seperti fosfor dan kalsium.
a. substansi dasar tulang terdiri dari sejenis proteoglikan yang tersusun terutama dari kondroitin sulfat dan sejumlah kecil asam hialuronat yang bersenyawa dengan protein.
b. garam-garam tulang berada dalam bentuk kalsium fosfat membentuk suatu garam kristal ( hidroksiapatit ), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Kalsium merupakan zat Mineral penyusun tulang terbesar , 99 % Kalsium terdapat dalam tulang dan 1 % nya terdapat dalam darah .Penyusun utama tulang sesungguhnya adalah Mineral tulang yang mengandung Kalsium dan fosfor dan Protein yang di sebut kolagen . Zat Kalsium dan Zat fosfor membuat tulang keras dan kaku mirip Semen , sedangkan serat – serat kolagen membuat tulang mirip kawat baja pada tembok. Jadi, Kalsium itu seperti semen dan beton pada tubuh kita yang berfungsi membentuk tulang untuk menyangga tubuh.
3. Kedua jenis jaringan tulang, yaitu:
a. Tulang kompak adalah jaringan yang tersusun rapat dan ditemukan sebagai lapisan di atas jaringan tulang berongga. Porositasnya bergantung pada saluran kanalikuli yang mengandung pembuluh darah yang berhubungan dengan saluran Havers.
b. Tulang berongga adalah jaringan yang tersusun dari batang-batang tulang halus dan ireguler yang bercabang dan saling bertumpang tindih untuk membentuk jarring-jaring spikula tulang dengan rongga-rongga yang mengandung sumsum.1

2.2.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Tulang
Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk kondroblas.
Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago). Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH ( menjadi basa ) akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.
Kemudian akan terjadi degenerasi ( kemunduran bentuk dan fungsi ) dan pelarutan dari zat-zat interseluler ( termasuk zat kapur ) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.1

Pertumbuhan tulang biasanya berhubungan dengan resorpsi parsial jaringan yang telah di bentuk dan pembentukan tulang baru pada saat bersamaan. Ini memungkinkan di pertahankannya bentuk tulang tersebut ketika ia sedang tumbuh.

Tulang akan bertambah panjang akibat akifitas lempeng epifisis, juga bertambah lebar akibat aposisi tulang yang dibentuk oleh periosteum. Bila tulang rawan lempeng epifisis berhenti tumbuh, ia diganti oleh jaringan tulang melalui proses osifikasi. Penutupasn apifisis ini mengikuti suatu proses yang kondrogis di setiap tulang dan selesai pada usia sekitar 20 tahun. Sekali epifisis telah menutup, pertumbuhan tulang memanjang daritulang tidak mungkin lagi terjadi, meskipun pertumbuhan melebar masih dapat terjadi.


2.3 RANGKA
2.3.1 Definisi
Rangka adalah kumpulan tulang-tulang yang member bentuk tubuh pada manusia. System rangka adalah suatu system organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup.7
2.3.2 Fungsi
Rangka mempunyai beberapa fungsi antara lain:
• Sebagai alat gerak pasif
• Penyangga tubuh
• Pemberi bentuk tubuh
• Tempat pembentukan sel darah merah
• Melindungi organ-organ vital tubuh
• Tempat tersimpan Ca, fosfat dan vitamin D
• Tempat melekatnya otot-otot
• Menegakkan tubuh8
2.3.3 Tulang-Tulang Yang Terdapat Pada Sumbu Dan Pelengkap
Tulang -tulang pada sumbu (Axial)
1. Tengkorak (Cranium)
 Os occipetale
 Os parietale
 Os frontale
 Os temporale
 Os sphenoidale
 Os ethmoidale
2. Wajah
 Maxilla
 Mandibula
 Pallatum
 Nasale
 Vomer
 Inferior nasala
 Zygomaticum
 Lacrimale
 Hyoid
3. Tulang Dada (Sternum)
 Manubrium sterni
 Corpus sterni (body)
 Processus xipoideus
4. Tulang Rusuk (Costae)
 Costae verae
 Costae spuria
 Fluktuantes
5. Vertebrae
 V. servicalis
 V. toraks
 V. lumbales
 V. sacrales

Tulang-tulang pelengkap (Apendikular)
1. Tulang bahu
 Scapula
 Klavikula
2. Coxae
 Ileum
 Pubis
 Ichium
3. Ektrimitas superior
 Humerus
 Ulna
 Radius
 Os karpalia
 Fallanges
4. Ektrimitas inferior
 Femur
 Tibia
 Fibula
 Patella
 Os tarsalia
 Fallanges9


2.4 SENDI
2.4.1 Definisi Sendi
Sendi adalah pertemuan dua buah tulang atau beberapa tulang dari kerangka baik berupa tulang maupun rawan.1,8
2.4.2 Fungsi sendi
Untuk mengatur pergerakan badan. Pergerakan dapat berupa gerakan:
1. Gerakan minim sekali perlu pada sendi tulang kepala dan sendi Simphysis.
2. Gerakan inteligen terdapat pada sendi menyeluruh pada lengan bawah,pergelangan tangan dan ruas jari.
3. Gerakan engsel terdapat pada lutut untuk menahan gerakan tubuh.
Gerakan luas terdapat pada sendi paha yang perlu mengatur gerak melangkah.8

2.4.3 Struktur Miroskopik
Pada persendian, ujung dari setiap tulang dilapisi oleh tulang rawan dan pada ujungnya dilumuri oleh cairan sinovial yang berfungsi untuk melancarkan gerak, mengurangi gesekan dan kerusakan antara tulang rawan.
Pada suatu persendian, tulang disatukan oleh bagian yang menyerupai kantung yang disebut ligament, berupa tali pengikat yang lentur dan kuat berbentuk kapsul sehingga membuat tulang bergerak, namum menahannya sehingga tidak terpisah atau bergerak terlalu jauh.
Dalam beberapa persendian, ada tulang rawan yang menutupi ujung-ujung tulang dan terdapat pula bantalan tulang rawan diantara tulang tersebut. Bantalan ini dinamakan cakram artikular. Kemudian, ada satu cakram di setiap persendian pada tulang punggung, dan antara tulang punggung, yang disebut vertebra. Dua tulang rawan tambahan ini disebut meniskus. Adanya meniskus membantu lutut terkunci, sehingga dapat berdiri tanpa kesusahan. 7

2.4.4 Jenis-jenis Sendi
a. Sendi Fibrosa
Sendi yang tidak dapat bergerak,misalnya persambungan tulang bergigi yang terdapat pada kepala antara tulang pipih yang menyatukan Os frontal, Os poriental, Os tempora dan Os etmodial.

b. Sendi Kartilaginosa

Sendi dengan gerakan sedikit,permukaan dipisahkan oleh bahan antara yang memungkinkan sedikit pergerakan. Misalnya : sendi pada simfisis pubis dipisahkan oleh tulan rawan. Sendi pada tulang rawan dijumpai pada epifis dan diafis tulang pipa.

c. Sendi Sinavial(diarthosis)
Persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak ragamnya dan semua mempunyai ciri yang sama.

Ciri-ciri sendi yang bergerak bebas:
1. Ujung tulang masuk dalam formasi persendian ditutup oleh tulang rawan hialin
2. Ligamen untuk mengikat tulang-tulangnya bersama
3. Sebuah rongga persendian terbungkus oleh sebuah kapsul dari jaringan fibrus dan diperkuat oleh ligamen
Sendi sinavial terdiri dari:
1. Sendi putar
Tongkol sendi tepat masuk tepat dalam mangkok sendi yang dapat memberikan seluruh arah. Misalnya: sendi panggul dan sendi bahu yang terdapat di bahu.
2. Sendi engsel
Satu permukaan bundar diterima oleh yang lain,sedemikian rupa sehingga gerakan hanya dalm satu bidang dan dua arah, misalnya: sendi siku dan sendi lutut

3. Sendi kondiloid
Seperti sendi engsel tetapi dapat bergerak dalam dua bidang dan empat arah lateral kebelakang dan kedepan,misalnya: pergerakan tangan
4. Sendi berporos atau sendi putar
Pergerakan sendi memutar seperti pergerakan kepala sendi dimana atlas berbentuk cincin berputar di sekitar prosesus odontoid. Contoh lain adalah gerakan radius di sekitar ulna pronasi dan supinasi.
5. Sendi pelana atau timbal balik
Misalnya sendi rahang dan tulang matavarpalia pertama(pergelangan tangan) yang dapat memberikan banyak kebebasan untuk bergerak ibu jari dapat berhadapan dengan jari lainnya.7,8

2.4.5 Macam – Macam Pergerakan Pada Sendi
Berikut ini jenis gerakan pada sendi:
1. Bergeser adalah Berupa pergeseran antara tulang, contohnya gerakan pada sendi-sendi di antara tulang-tulang carpalia dan tarsalia, terjadi pada sendi geser.
2. Extensi adalah Berupa gerakan pelurusan sendi. Extensi bisa terjadi pada sendi engsel, contohnya extensi sendi lutut.
3. Flexi adalah Berupa gerakan pembengkokan sendi. Flexi terjadi pada sendi engsel, contohnya flexi sendi jari-jari. Sedangkan flexi-extensi pada pergelangan tangan merupakan gerakan sendi ellipsoidal.
4. Abduksi adalah Berupa gerakan yang menjauhi sumbu tubuh. Terjadi pada sendi peluru, contohnya mengangkat lengan ke samping, atau gerakan ibu jari menjauhi telunjuk oleh sendi pelana di antara metacarpal 1 dan os. Carpal (trapezium)
5. Adduksi adalah Berupa gerakan yang mendekati sumbu tubuh, gerakan ini berlawanan dengan gerakan abduksi
6. Rotasi adalah Berupa gerakan berputar, terjadi pada sendi putar. Misalnya atlas (cervix 1) berputar terhadap processus odontoideus dari axis (cervix 2) sewaktu menggelengkan kepala.
7. Circumduksi adalah Berupa gerakan dimana ujung distal satu tulang membentuk 1 lingkaran, sedangkan ujung proksimalnya tetap. Contohnya gerakan memutar lengan 1 lingkaran mengitari sendi bahu, terjadi pada sendi peluru dengan arah gerakan 3 poros
8. Pronasi adalah Gerakan memutar lengan bawah untuk membalikkan telapak tangan, sehingga telapak tangan menghadap ke bawah bila lengan bawah ditaru diatas meja
9. Supinas adalah Gerakan berlawanan dengan pronasi
10. Protaksi adalah Gerakan mendorong mendibula ke luar
11. Retraksi adalah Gerakan menarik mandibula ke dalam.7,8

2.5 TULANG RAWAN

2.5.1 Definisi
Tulang rawan adalah suatu jaringan penunjang yang liat dan lentur yang bahan dasar dan kandungannya terdiri dari bahan yang kental dan bening yang mengandung Glikosaminoglikans, yaitu kompleks Protein Kondromukoid , asam kondrin sulfat, dan asam Hialuronat. sel nya di sebut kondrosit pinggiran berbentuk elips makin ke dalam semakin menjadi bundar.7
2.5.2 Fungsi Tulang Rawan
Tulang rawan berfungsi melapisi ujung tulang yang membentuk sendi, sehingga sendi dapat bergerak bebas tanpa menimbulkan rasa sakit. Fungsi tulang rawan ini dapat diibaratkan dengan fungsi ban yang melapisi velg kendaraan, sehingga mobil dapat bebas bergerak tanpa hambatan. Apabila tulang rawan sendi rusak dan menipis, ujung tulang pembentuk sendi akan saling bertemu dan bergesekan secara langsung tanpa pelapis tulang rawan, sehingga gerakan sendi menjadi terbatas (kaku) dan menimbulkan rasa nyeri.7

2.5.3 Struktur Mikroskopik Tulang Rawan
Tulang rawan berkembang dari mesenkim membentuk sel yg disebut kondrosit
Kondrosit menempati rongga kecil (lakuna) di dalam matriks dgn substansi dasar seperti gel (berupa proteoglikans) yg basofilik. Kondrosit dibentuk oleh sel tulang rawan yang masih muda yang dinamakan kondroblas. Kemudian tulang tersebut dibungkus oleh sebuah lapisan yang disebut Perikondrium.
Kalsifikasi menyebabkan tulang rawan tumbuh menjadi tulang (keras).9

2.5.4 Jenis-Jenis Tulang Rawan
1. Tulang rawan hialin
Pada kartilago hialin dalam keadaan segar tampak sebagai massa bening putih kebiruan . Sel – sel nya berbentuk bulat lonjong dengan inti bulat besar terletak di tengah dengan satu atau lebih anak inti ( nucleolus ).

2. Tulang Rawan Elastis
Warnanya kekuningan.Kandungannya selain serat kolagen.banyak terdapat serat Elastis yang menjadikaqnnya lebih kenyal dari tulang rawan lain.matriks mengandung serat kolagen dan jaringan- jaringan serat elastis yang luas.

3. Tulang Rawan Fibrosa
Mengandung jalinan serat kolagen yang padat dan keras, sebagai perantara antara jaringan pengikat rapat dari tulang rawan hialin.fibrokartilago terdiri dari berkas- berkas jaringan ikat kolagen dan di antaranya terdapat daerah – daerah kecil dengan matriks tulang rawan hialin yang tidak mempunyai perikondrium.6

2.5.5 Pertumbuhan Tulang Rawan
Ada 2 cara yaitu :
1. Appositional growth; tumbuh dari luar ® sel pembentuk kartilago di dlm perikondrium menyekresi matriks baru ke permukaan luar kartilago yang sudah ada
2. Interstisial growth; tumbuh dari dalam ® kondrosit yg berikatan dg lakuna di dlm kartilago membelah & menyekresi matriks baru & memperluas kartilago dari dalam
Pertumbuhan tulang rawan berakhir selama periode dewasa.10


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem gerak pada manusia meliputi tulang dan otot. Tulang disebut alat gerak pasif dan otot disebut alat gerak aktif. Salah satu fungsi tulang adalah menegakkan tubuh. Susunan tulang-tulang akan membentuk sistem rangka. Manusia dan hewan vertebrata memiliki sistem rangka endoskeleton. Pembentukan tulang dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk kondroblas. Kondroblas inilah yang akan memebentuk tulang rawan.
Tulang rawan ada 3 jenis, yaitu tulang rawan hialin, elastis, dan fibrosa. Ketiga tulang rawan tersebut mempunyai banyak perbedaan. Tulang rawan berfungsi melapisi ujung tulang yang membentuk sendi, sehingga sendi dapat bergerak bebas tanpa menimbulkan rasa sakit.
Sendi terbentuk karena adanya dua tulang yang berhubungan. Pada persendian dapat terjadi pergerakan karena didukung oleh, minyak sinovial, kapsul sendi, dan ligament. Sendi ada 3 jenis, yaitu Sendi Fibrosa, Sendi Kartilaginosa, dan Sendi Sinavial.
Otot manusia meliputi 3 jenis, yaitu otot polos, lurik, dan otot jantung. Ketiga otot tersebut mempunyai perbedaan dan persamaan.untuk menggerakkan tubuh, otot melakukan kontraksi. Kontraksi otot terjadi mengikuti teori model geseran (luncuran filament).
Sistem gerak tersusun dari jaringan-jaringan, dan jaringan tersusun dari sel-sel. Dalam merespon perubahan lingkungan, sel perlu beradaptasi. Adaptasi sel meliputi atrofi, hipertrofi, hyperplasia, metaplasia, dan dysplasia. Adaptasi mengakibatkan bentuk sel berubah dari bentuk yang normalnya.



DAFTAR PUSTAKA
1. Leeson. 1996. Buku Ajar histology Dasar. Jakarta: EGC.
2. Ganong, William. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
3. Tambayong, Jan. 1995. Synopsis Histologi. Jakarta: EGC.
4. http://www.medicalmnemonics.com/, diunduh 1 Maret 2010 pukul 15.20 WIB.
5. Puzt dan Pobst. 2006. Sobotta, Atlas Anatomi Manusia.jakarta: EGC.
6. Tobing dan Sitohang. 1996. Dasar Histologi. Jakarta: EGC.
7. Junquiera, dkk. 1998. Histology Dasar. Jakarta: EGC.
8. Carneiro,dkk. 1998. Histology Dasar. Jakarta: EGC.
9. Carter, Michael. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
10. Cambridge, Ltd. 1999. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.

Trauma From Occlusion (TFO)

Trauma From Occlusion (TFO)
Oleh: Irmi Fitria
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang menjadi salah satu penyebab kehilangan gigi geligi. Hal ini sangat erat hubungannya karena jaringan periodonsium menyangga gigi dan kemampuan jaringan periodonsium ketika menerima rangsang yang datang dari luar. Trauma karena oklusi merupakan salah satu rangsangan yang datang menimpa jaringan periodonsium yang berupa rangsang fisik dan mampu merusak jaringan periodonsium. Etiologinya bermacam-macam sehingga beban yang dihasilkan dari trauma karena oklusi dapat merusak jaringan periodonsium yang tidak mampu menahan beban dari trauma karena oklusi.


1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah trauma from occlusion yang meliputi:
1. Definisi
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Mekanisme
5. Gambaran klinis
6. Gambaran radiografis
7. Dampak
8. Cara pemeriksaan
9. Perbedaan trauma karena oklusi dan trauma oklusi
10. Diagnosis dan prognosis
11. Rencana perawatan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Trauma From Occlusion (TFO)
2.1.1 Definisi
Trauma From Occlusion ( TFO ) adalah kerusakan jaringan periodonsium akibat tekanan oklusi yang melebihi kapasitas adaptasi jaringan periodonsium. Trauma oklusi juga dapat didefinisikan sebagai kerusakan pada bagian dari system mastikasi yang dihasilkan oleh kontak oklusal.1

2.1.2 Etiologi
Beberapa faktor penyebab yang dapat meningkatkan tekanan pada jaringan periodonsium yaitu:
 Ketidakseimbangan oklusi
o Hambatan oklusal pada waktu oklusi sentris ( kontak ke premature dan gerak artikulasi (blocking) )
o Gigi hilang tidak diganti
o Perbandingan mahkota akar tidak seimbang
o Kontak edge to edge
o Alat prostetik dan restorasi yang buruk
 Kebiasaan buruk
o Bruxism
o Cleancing
o Menggunakan tusuk gigi
Etiologi lainnya :
1. Perubahan pada tekanan oklusal
 Besarnya tekanan oklusi meningkat sehingga pelebaran ruang periodontal, peningkatan jumlah dan lebar serat ligament periodontal, dan peningkat densitas tulang alveolar.
 Perubahan arah tekanan oklusi dapat mengakibatkan reorientasi tekanan dalam periodonsium sehingga serat ligament periodontal utama diatur sedemikian rupa untuk mengkomodasi tekanan oklusi sepanjang sumbu utama gigi.
 Durasi tekanan oklusi tekanan konstan pada tulang lebih berefek negatif dibandingkan tekanan intermiten.
 Frekuensi tekanan oklusi semakin banyak frekuensi tekanan intermiten, semakin besar injuri terhadap jaringan periodonsium.

2. Berkurangnya kemampuan jaringan periodonsium uantuk menerima tekanan oklusi.

Stress oklusal yang melebihi batas adaptasi jaringan dapat menimbulkan trauma oklusi, karena :
 Aktifitas abnormal / parafungsi
o Menggeletuk, mengerot dan menggigit benda asing
 Perawatan gigi
o Geligi tiruan sebagian lepasan kurang baik dan orthodontic
 Ketidakharmonisan oklusal
o Kontak gigi yang mengganggu kelancaran gerak menutup disepanjang setiap arah ke posisi intercuspal.1

2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan efek :
1. Trauma Akut (Acute TFO)
Dihasilkan dari occlusal impact yang tiba-tiba, seperti saat menggigit benda keras. Restorasi atau alat-alat prostetik juga dapat mengubah arah gaya oklusal sehingga dapat menimbulkan trauma akut.
Trauma akut menyebabkan nyeri pada gigi, sensitivitas terhadap perkusi, dan peningkatan mobilitas gigi. Bila tekanan oklusalnya dikurangi, luka akan sembuh dan gejala di atas akan berkurang. Bila tidak, luka periodontal akan bertambah parah dan menjadi nekrosis, yang diikuti oleh pembentukan abses periodontal, atau menjadi kronis dan tanpa gejala. Trauma akut juga dapat menyebabkan pecahnya sementum.
2. Trauma Kronis (Chronic TFO)
Biasanya disebabkan oleh perubahan pada oklusi karena ausnya gigi, drifting, dan ekstrusi, ditambah dengan parafungsi. Gaya oklusal tidak terlalu besar, tetapi terus-menerus menekan dan mengiritasi jaringan periodontal.
Berdasarkan etiologi :
1. TFO Primer
Adalah gaya oklusal berlebihan pada jaringan periodontal yang sehat (tidak ada migrasi apikal dari epitel jungsional atau kehilangan jaringan ikat gingiva). Salah satu contohnya adalah TFO karena penempatan restorasi atau insersi fixed bridge atau partial denture. Perubahan yang tampak adalah penebalan ligament periodontal, mobilitas gigi, bahkan nyeri. Perubahan ini reversible bila trauma dihilangkan.
2. TFO Sekunder
Adalah gaya oklusal abnormal pada jaringan periodontal tidak sehat yang telah lemah karena adanya periodontitis. TFO sekunder terjadi pada gigi yang jaringan periodontalnya telah mengalami migrasi apikal epitel jungsional dan kehilangan perlekatan. Gigi dengan jaringan periodontal yang tidak sehat dan terinflamasi, ditambah gaya oklusal yang berlebihan akan mengalami kehilangan tulang dan pembentukan poket yang cepat.1,2

2.1.4 Mekanisme
Stage I: Injury
Besar lokasi dan pola kerusakan jaringan tergantung pada besar, frekuensi dan arah gaya yang menyebabkan kerusakan tersebut. Tekanan berlebih yang ringan akan menstimulasi resopsi pada tulang alveolar disertai terjadinya pelebaran ruang ligamen periodontal. Tegangan berlebih yang ringan juga menyebabkan pemanjangan serat-serat ligamen periodontal serta aposisi tulang alveolar. Pada area dimana terdapat peningkatan tekanan, jumlah pembuluh darah akan berkurang dan ukurannya mengecil. Sedangkan pada area yang keteganganya meningkat, pembuluh darahnya akan membesar.
Tekanan yang besar akan menyebabkan terjadinya perubahan pada jaringan periodonsium, dimulai dengan tekanan dari serat-serat yang menimbulkan area hyalinisasi. Kerusakan fibroblast dan kematian sel-sel jaringan ikat kemudian terjadi yang mengarah kepada area nekrosis pada ligamen periodontal. Perubahan pembuluh darah terjadi: selama 30 menit, hambatan dan stase (penghentian) pembuluh darah terjadi: selama dua sampai tiga jam, pembuluh darah terlihat bersama eritrosit yang mulai terbagi menjadi kepingan-kepingan dan dalam waktu antara satu hingga tujuh hari, terjadi disintegrasi dinding pembuluh darah dan melepaskan isinya kejaringan sekitarnya.pada keadaan ini terjadi peningkatan resopsi tulang alveolar permukaan gigi.
Stage II: Repair
Perbaikan selalu terjadi secara konstan dalam jaringan periodonsium yang normal dan trauma oklusi menstimulasi peningkatan aktivitas perbaikan. Jaringan yang rusak dihilangakan, sel-sel dan serat-serat jaringan ikat, tulang dan sementum dibentuk dalam usaha untuk mengantikan jaringan periodonsium yang rusak.
Stage III: Adaptasi
Ketika proses perbaikan tidak dapat menandingi kerusakan yang diakibatkan oklusi, jaringan periodonsium merubah bentuk dalam usaha untuk menyesuaikan struktur jaringan dimana tekanan tidak lagi melukai jaringan. Hasil dari proses ini adalah penebalan pada ligamen periodontal yang mempunyai bentuk funnel pada puncak dan angular pada tulang tanpa formasi poket dan terjadi kelonggaran pada gigi yang bersangkutan.1

2.1.5 Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari TFO:
1. Sakit atau rasa ketidaknyamanan.
2. Sensitif pada tekanan.
3. Sakit pada wajah atau sendi temporomandibula.
4. Resesi pada gingival.
5. Celah pada gingival yang hiperplastis dan menyeluruh atau disebut juga Mc Call’s Festoon.
6. Poket periodontal/ kehilangan perlekatan epitel gingival.
7. Kegoyangan gigi.
8. Migrasi dan atau posisi gigi yang abnormal.1

2.1.6 Gambaran Radiografis
Interpretasi Radiografik Kelainan Periodontal
Yang harus dibaca pada radiograf jaringan periodontal
1. Keadaan tulang yang ada
• Kuantitas (tinggi/lebar) dan kualitas (pola/densitas)
• Gambaran keseluruhan
 Luas kerusakan (local/menyeluruh)
 Pola kerusakan (horizontal &/vertical)
 Densitas (rarefraksi/condensed)
 Pola trabekulasi (normal/berubah)

2. Alveolar crest (merupaka bagian penting)
• Kortikal → lamina dura
• Tinggi ; 0,5-1,5mm d bawah CEJ 2 gigi bertetangga
• Bentuk; tergantung posisi gigi
• Outline; halus, rata, kesinambungan, kepadatan, lebar


3. Ruang periodontal
• Ada/tidak, lebarnya


4. Keterlibatan furkasi (akar ganda)
5. Perbandingan mahkota-akar keterlibatan furkasi (akar ganda)1,3

2.1.7 Dampak dari TFO
 Terjadi injuri pada jaringan-jaringan pendukung periodontal.
 Tidak cukupnya stimulasi menyebabkan menebalnya ligamen periodontal, atrofi serabutan, osteoporosis tulang alveolar dan reduksi tulang yang tinggi.
 Hipofungsi dapat dihasilkan dari hubungan open-bite dan tidak adanya fungsi antagonis

2.1.8 Cara Pemeriksaan TFO
Pemeriksaan oklusi untuk melihat ada atau tidaknya Trauma From Occlusion bisa dilakukan dengan:
1. Maximum Intercuspation or Intercuspal position
Pasien diperintahkan untuk menutup mulut dengan posisi intercuspal maksimum tanpa mencari gigitan yang nyaman (posisi menelan ludah). Cara yang paling efisien untuk melihat kontak oklusal adalah dengan meletakkan matriks Mylar antara gigi dan menyuruh pasien untuk menutup mulut dan kemudian matriks dipindahkan. Dari matriks terlihat seberapa banyak gigi yang berkontak. Ada atau tidaknya kontak dapat terlihat untuk gigi molar, premolar, kaninus,dan insisivus.

2. Excursive movement
Kualitas kontak gigi selama pergerakan mandibula dapat dilihat dengan menyuruh pasien menggerakkan rahang bawah ke depan, kanan dan kiri.

3. Initial contact in centric relation closure arc
Jika ada gigi yang berkontak sebelum ada gigi yang lain berkontak sempurna (kurang dari 50%) maka terjadi bloking.

4. Tooth mobility
Kegoyangan gigi dapat diperkirakan dengan tekanan gigi. Setelah gigi berkontak, maka pasien dapat menghentakkan gigi dan dokter dapat melihat kegoyangan gigi pasien.

5. Attrition
Yaitu penggunaan gigi karena sering berkontak. Atrisi yang berlebihan terlihat sebagai kebiasaan parafungsi yang dapat meningkatkan trauma oklusi dan menyebabkan jaringan periodonsium dimana otot penguyahan mayor mengganggu dan mengguncang gigi dalam alveolus.

6. Penggunaan kertas artikulasi
Berguna untuk mengindentifikasi kontak oklusal yang dapat merusak mandibula, kegoyangan gigi atau menyebabkan trauma pada gigi dan periodonsiumnya. Dalam kasus spesifik, metode ini digunakan untuk melihat hubungan oklusi, lokalisasi sisi pengunyahan gigi, oklusal adjustment dan melihat peningkatan perubahan oklusi.5

2.1.9 Perbedaan TFO dan TO
Trauma karena oklusi adalah gaya oklusal yang berlebihan terhadap penyesuaian kapasitas jaringan yang menghasilkan injuri pada jaringan. Trauma oklusi adalah oklusi yang dapat menyebabkan trauma, contohnya premature kontak.
Ketika tekanan oklusal melebihi kapasitas adaptif jaringan periodonsium, maka akan terjadi kerusakan jaringan periodonsium. Kerusakan ini disebabkan karena trauma oklusi. Trauma from occlusion adalah kerusakan jaringan periodonsium akibat tekanan oklusi yang melebihi kapasitas adaptasi jaringan, sedangkan oklusi yang menyebabkan kerusakan disebut traumatic oklusi.
Trauma karena oklusi mengarah pada kerusakan jaringan bukan pada tekanan okusalnya. Daya oklusi yang berlebihan dapat mengganggu fungsi otot pengunyahan dan menyebabkan nyeri yang berupa sentakan, cedera Temporo Mandibular Joint (TMJ) atau menghasilkan penggunaan gigi yang berlebihan.1

2.1.10 Diagnosis dan Prognosis
Diagnosis: Gigi 31 mengalami Trauma From Occlusion (TFO) karena adanya blocking.
Prognosis: baik, karena masih ada dukungan tulang, OH baik, gigi goyang ⁰2, kooperatif pasien dan tidak disertai penyakit sistemik.1


2.1.11 Rencana Perawatan6
I. Terapi Inisial
•DHE + fisioterapi oral
•RA/RB=scaling dan root planning
•Oklusal adjustment
Evaluasi untuk melihat keberhasilan perawatan.
IV. Terapi Pemeliharaan setelah perawatan berhasil.
II. Terapi Bedah tidk dilakukan (-).
III. Rekonstruksi tidak dilakukan (-).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trauma From Occlusion (TFO) merupakan akibat dari adanya trauma oklusi misalya adanya premature kontak. Trauma karena oklusi mengarah pada kerusakan jaringan periodonsium bukan kepada tekanan oklusalnya.
TFO yang tidak dirawat akan berbahaya karena dapat mengganggu oklusi dan bisa menyebabkan cedera pada jaringan periodonsium.


DAFTAR PUSTAKA
1. Carranza, Fermin A. Periodontal Respons to External Forces: in Carranza’s Clinical Periodontology 10th Ed. St. Louis: WB. Saunders. 2006, page. 467-474.
2. Nield-Gehrig, JS., Willmann, DE. Foundations of Periodontics for the Dental Hygienist. Lippincott Williams & Wilkins: Maryland. 2003. 214-215.
3. Whites, Eric. Essential of Dental radiography and Radiology 3rd. USA: Elsevier. 2003, page. 247-250.
4. Lindhe, Jan. Clinical Periodontology and Implant Dentistry 4th. Copenhagen: Blackwell-Munskgaard. 2003, page. 356-360.
5. Mc Devit, Michael J and Bibb, Carol A. Occlusal Evaluation and Theraphy: in Carranza’s Clinical Periodontology Carranza 10th Ed. St. Louis: WB. Saunders. 2006, page. 848-849.
6. Carranza, Fermin A and Takei, Henry H. The Treatment Plan: in Carranza’s Clinical Periodontology 10th Ed. St. Louis: WB. Sauders. 2006, page. 628.