Jumat, 14 Januari 2011

Jaringan Lunak Rongga Mulut dan Basis Gigi Tiruan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rongga mulut (cavum oris) dilapisi oleh jaringan lunak berupa mukosa. Jaringan lunak tersebut berfungsi sebagai pelindung dan menjaga mulut dari bakteri yang berpenetrasi yang dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit. Selain mukosa, dalam rongga mulut juga terdapat organ pelengkap seperti lidah, palatum yang berfungsi dalam proses mastikasi dan berbicara. Tidak hanya itu dalam rongga mulut juga terdapat duktus-duktus kelenjar saliva yang bermuara untuk mengeluarkan air liur yang berfungsi dalam proses pencernaan.


1.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, Penulis mencoba merumuskan beberapa masalah yang berhubungan dengan jaringan material rehabilitative antara lain definisi basis gigi tiruan, jenisnya, alat dan bahan untuk membuat basis gigi tiruan yang terdiri atas model malam dan resin akrilik, proses pembuatannya, definisi resin akrilik sebagai bahan basis gigi tiruan, perbedaan restorasi dan rehabilitative, komposisi, sifat, kegunaan dan cara manipulasi material basis gigi tiruan yang terdiri atas resin akrilik dan model malam serta hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan basis gigi tiruan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
Selanjutnya Penulis ingin membahas juga tentang definisi jaringan lunak mulut, jenisnya, bagian-bagiannya secara anatomis, gambaran histologist, sistem vaskularisasi dan inevasi jaringan lunak mulut serta otot-otot yang bekerja pada region kepala dan leher (head and neck).











BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Basis Gigi Tiruan
2.1.1 Definisi
Base Plate adalah sesuatu sebelum terbentuk secara temporer terbuat dari lak, lilin, atau resin akrilik, yang menggambarkan dasar gigi tiruan dan digunakan untuk membuat catatan hubungan maksilomandibular, untuk mengatur gigi artifisial, atau untuk penempatan percobaan dalam mulut. Disebut juga record base, temporary base, dan trial base.

2.1.2 Jenis Basis Gigi Tiruan
1. Heat-Accelerated Acrylic Denture Plastic
Metode umum untuk memproses material basis gigi akrilik dengan aselerator panas adalah terdiri dari proses proportioning dan mixing bubuk polimer dan liquid monomer dan membiarkan monomer untuk bereaksi secara fisik dengan polimer didalam wadah terkunci (cuvet) sampai adonan itu mencapai konsistensinya sebelum di packing. Semua permukaan stone pada mold dilapisi dengan alginate separator dan dibiarkan mengering.Adonan kemudian dimasukkan ke dalam cetakan basis gigi (cuvet) yang berisi adonan resin akrilik dan diberi tekanan pelan dengan alat flask press sampai tidak ada ruang yang tersisa dan adonan terlihat mengkilat.
Polimerisasi disempurnakan dengan penggunaan panas dan tekanan, yang terus diberikan sampai polimerisasi sempurna. Flask (cuvet) didinginkan dengan temperatur kamar, dan adonan dikeluarkan dari flask (cuvet), finishing, dan polishing. Powder, yaitu polimer ditambah initiator dan liquid, yaitu monomer dan inhibitor diproporsionalkan dengan ratio volume 3 : 1.

2. Chemically-Accelerated Acrylic Denture Plastic
Basis gigi akrilik dengan aselerator kimia biasa disebut juga dengan chemically curing resin, self-curing resin, cold-curing resin, atau autopolymerizing resin, yang sama dengan basis gigi akrilik aselerator panas. Perbedaan umumnya adalah pada reaksi polimerisasi ini dipercepat secara kimiawi, seperti N,N-dihydroxyethyl-para-toluidine.
Aselerator amine bereaksi dengan initiator peroxide pada temperatur kamar dan memproduksi radikal bebas untuk menginisiasi reaksi polimerisasi. Kecuali pada inisiasi, reaksi polimerisasi lainnya sama dengan tipe aselerator panas. Reaksinya adalah exoterm dan polimerisasi tetap menghasilkan penyusutan volume.
Prosedur umum untuk compression molding pada plastis akselerator kimia, sama dengan tipe aselerator-panas, kecuali setelah penutupan cuvet yang terakhir. Adonan dibiarkan untuk polimerisasi pada temperatur kamar atau pada air yang hangat. Material aselerator kimia mulai berpolimerisasi segera setelah powder dan liquid dicampurkan dan diproses lebih cepat melewati tahap konsistensi daripada tipe aselerator panas.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsistensi packing hanya 5 menit untuk tipe aselerator kimia, dibandingkan dengan 15 menit untuk tipe aselerator panas. Penambahan working time dapat dilakukan dengan mendinginkan bahan-bahan dan alat mixing ke dalam lemari pendingin.

2.1.3 Alat dan Bahan
1. Pembuatan model malam
• Pisau wax / Lecron
• Lampu spiritus
• Lempeng kaca
• Jangka sorong / penggaris
• Base Plate Wax
• Air sabun

2. Penanaman model malam
• Cuvet ukuran M / L
• Bowl dan Spatula
• Gelas ukur dan timbangan
• Vibrator
• Kunci pas no. 10
• Alat press
• Gips tipe II
• Vaselin
• Air

3. Pembuangan model malam (Wax elimination)
• Kompor dan Panci
• Tali
• Kunci pas no. 10
• Kuas
• Deterjen
• Air

4. Pengolahan resin akrilik
• Sonde dan Pinset
• Kuas kecil
• Kapas
• Lecron
• Semen spatula
• Alat press
• Cawan porselein
• Kertas cellophan
• Cold mold seal
• Powder polimer dan liquid monomer
• Spuit

5. Pemasakan Resin Akrilik (Curing)
• Kompor
• Tali
• Panci

6. Mengeluarkan model resin akrilik dari cuvet (Deflasking)
• Gergaji besi / pisau gips
• Kunci pas no. 10
• Lecron


2.1.4 Proses Pembuatan
2.1.4.1 Model Malam (Wax)
1. Siapkan model malam dengan memotong sesuai ukuran yang diperlukan.
2. Dengan menggunakan bantuan lampu spiritus, sesuaikan bentuk wax dengan cetakan.
FLASKING
1. Olesi dinding cuvet dengan vaselin tipis saja.
2. Isi cuvet dengan adonan tipe II hingga penuh, getarkan diatas vibrator.
3. Model malam ditanamkan dalam cuvet, permukaan model malam rata dengan gips.
4. Cobakan cuvet atas sebelum adonan mengeras.
5. Setelah adonan gips pada cuvet bawah mengeras permukaan gips diolesi vaselin.
6. Pasangkan cuvet atas, kemudian isi dengan adonan gips tipe II, getarkan diatas vibrator.
7. Pasang tutup cuvet atas, kemudian dipress hingga rapat (metal to metal), sekrup dikencangkan.
8. Tunggu sampai adonan gips mengeras.
WAX ELIMINATION
1. Didihkan air dengan suhu lebih kurang 100°C.
2. Celupkan cuvet yang diikat tali, tunggu lima menit.
3. Angkat cuvet, buka, keluarkan cairan malam.
4. Bersihkan mold space dengan menyiramnya dengan air panas yang dicampur detergen.
5. Bersihkan juga cuvet atas.

2.1.4.2 Basis Gigi Tiruan
PACKING
1. Siapkan mold space tepi gips yang di bevel.
2. Olesi permukaan mold space dengan Cold Mold Seal dengan menggunakan kuas.
3. Tunggu hingga kering.
4. Siapkan monomer didalam mangkok/cawan porselen.
5. Masukkan bubuk polimer sedikit demi sedikit sampai terlihat seperti pasir basah dan getarkan mangkok tersebut (kelebihan monomer akan naik ke permukaan).
6. Taburi lagi polimer sampai tidak ada kelebihan monomer.
7. Bila telah mencapai fase dough stage, ambil seluruh adonan dengan menggunakan semen spatula dan letakkan dalam mold space. Lapisi permukaan dengan keras cellophane.
8. Pasang cuvet atas beserta tutupny, lakukan pengepresan ringan (jarak antar cuvet 2 mm)
9. Buka cuvet atas dan buang kelebihan adonan.
10. Lakukan sampai cuvet “metal to metal” kontak.
11. Lihat apakan ada porus. Bila ada bagian tersebut ditusuk dengan sonde dan dilapisi monomer.
12. Bila tidak ada lagi kelebihan akrilik dan porus dapat dilakukan pengepresan akhir, kertas cellophane dilepas.
13. Pasang sekrup dan lakukan pres akhir.
CURING
1. Rebus air dalam panci.
2. Masukkan cuvet.
3. Setelah mendidih kembali biarkan selama 20 menit.
4. Cuvet diangkat, tunggu 10 menit.
DEFLASKING
1. Sekrup dibuka tutup cuvet dibuka.
2. Lepaskan cuvet bawah dengan cara mengetuk bagian dasar cuvet.
3. Bongkar secara hati-hati.

2.1.5 Definisi Resin Akrilik
Resin akrilik adalah istilah umum buat bahan resin dari berbagai ester asam akrilat.penggunaan utamanya adalah dalam pembuatan protesa dan gigi sintetik
Dalam kedokteran gigi sering digunakan plastic khusus bidang prosto.Contoh plastic yang sering digunakan adalah akrilik.Akrilik yang paling sering dan sudah diterima dan akrilik mendapat nilai 95% dalam penggunaannya dalam prosto.Akrilik mungkin halus dan lentur atau kaku dan rapuh sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan .Akrilik terbuat dari plastic .Akrilik juga digunakan untuk jaringan lunak pada permukaan baik komplet dan parsial.

2.1.6 Perbedaan Restorasi dan Rehabilitatif
Restorasi adalah suatu tambalan dalam kedokteran gigi karena kehilangan bagian di gigi agar dapat mengembalikan fungsi sebagian maupun permanen,menugar bentuk dan penampilan gigi.Restorasi juga bermakna dalm teknik perbaikan dengan menggunakan material, metode manipulasi, teknik pencampuran dengan seni kedokteran gigi sampai hasilnya berkesimbung.
Sedangkan rehabilitasi adalah pemugaran kembali pada bentuk dan fungsinya yang normal karena telah kehilangan gigi secara sempurna. Contohnya pada occlusal rahabilitasi,pemugaran integritas fungsional lengkung gigi dengan menggunakan inlay, mahkota, jembatan dan protesa sebagian.

2.1.7 Komposisi, Sifat, Kegunaan dan Manipulasi
2.1.7.1 Resin Akrilik
Resin Akrilik
Definisi :
Jenis resin sintetik yang palig banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi sebagai basis dari gigi tiruan, disebut Polymetil Metacrylate (PMMA). Klasifikasi resin ini berdasarkan cara polymerisasinya yaitu :
-Heat Polymerizable Polymers / Heat Cured Acrylic
-Autopolymerizable Polymers / Self Cured Acrylic
-Thermoplastic Blank/Powder (Light Activated Materials)
-Visible Light Cured
-Microwave-Cured Materials

Bahan Polymethyl Metacrylate (PMMA) yang dapat berperan sebagai basis gigi tiruan:
-Pour Type of Denture Basis
-High Impact Strength Materials
-Rapid Heat Polimerized Resin
-Light Activated Denture Base Resin

Poly (Methyl Metacrylate) polymers dikenal pada tahun 1937 sebagai material basis gigi tiruan. Sebelumnya, fenol formaldehid, vynil plastic, porcelain, vulcanite nitroselulosa biasa digunakan untuk basis gigi.
Bentuk Fisik dan Komposisi

Basis Gigi resin ini biasanya tersedia dalam bentuk bubuk, liquid dan gel.
Powder
Umumnya mengandung poly(methyl metacrylate) dan ditambahkan sejumlah kecil dari ethyl, butyl, serta alkil metacrylate lainnya untuk menghasilkan suatu polymer yang lebihtahan terhadap fraktur /impact/tubrukan. Powder juga mengandung suatu initiator seperti benzoil peroxide untuk mengaktifkan reaksi polymerisasi dari monomer liquid setelah ditambahkan ke powder/bubuk.
Plasticizers seperti dibutil phthalate dapat disatukan dengan bubuk/monomer dan bahan ini berfungsi untuk meningkatkan kelunakan/fleksibilitasnya. Partikel inorganic seperti glass fiber / zirconium silikat ditambahkan ke bahan basis gigi tiruan tersebut. Partikel-partikel ini biasanya diolah dengan suatu coupling agents berupa triethoxysilane untuk meningkatkan kelembapan/wetting serta ikatan dari partikel-partikel inorganic dan plastic. Penambahan serat kaca/glass fiber dan alumina meningkatkan kekakuan, menurunkan koefesien termal expansi serta meningkatkan thermal conductivity, diffusivity.

LIQUID
Komponen liquid dari resin akrilik ini adalah methyl methacrylic namun dapat ditambahkan dengan monomer-monomer lainnya karena monomer-monomer ini dapat dipolymerisasi oleh panas, cahaya, dan sedikit oksigen. Suatu inhibitor (bahan yang mencegah atau mengendurkan reaksi kimia) yaitu berupa hydroquinone. Plasticizers yang ditambahkan untuk menghasilkan suatu produk yang lebih halus adalah dibuthyl phthalate yang mana memiliki berat molekul yang relative rendah dan polimer nantinya dibuat lebih relisient (daya lenting). Selain inhibitor juga ada akselarator kimia, bahan ini digunakan untuk mempercepat dekomposisi ddari peroxide dan memungkinkan terjadinya polymerisasi pada suhu kamar. Sebuah akselarator kimia yang termasuk kedalam liquid seperti tersier amine, sulfide acids, suatu amina yang berupa (N-dimethyl para toluidine).

Type Gel
Tipe ini juga dapat dijadikan sebagai basis gigi tiruan contonya seperti vynil akrilik dalam bentuk gel. Gel ini memiliki komponen yang sama seperti tipe bubuk-liquid, kecuali liquid dan bubuk telah dicampur untuk membentuk sebuah gel dan dibuat dalam bentuk lembaran yang tebal. Di dalam bentuk ini tidak menggunakan akselarator kimia, karena initiator, akselarator dan monomer akan bereaksi pada kontak bagian dalam. Temperatur penyimpanan dari suatu gel dan jumlah dari inhibitor yang tersedia telah memiliki suatu efek yang jelas pada keawetan material ini. Ketika disimpan dikulkas dapat bertahan selama dua tahun.
SIFAT-SIFAT
Kekuatan
Lazimnya “heat –accelarated resin akrilik” masih sering digunakan sebagai dasar basis gigi tiruan. Material ini memiliki tipe rendah dalam kekuatan, lebut dan lumayan fleksible, mudah rapuh dan lumayan tahan terhadap kegagalan dalam bekerja.
Tensile & Compressive Strength
Polymethyl metacrylate dan polivynil akrylik memiliki tensile & compressive strength yang sesuai untuk aplikasi gigi tiruan sebagian/penuh. Fraktur-fraktur dari material ini biasanya disebabkan oleh kecelakaan/jatuh pada gigi tiruan/kesalahan perakitan.
Elongation
Elongation dalam kombinasi dengan ultimate strength adalah suatu indikasi dari kekerasan suatu plastik. Nilai untuk persen elongation dari polyvinyl akrilik dianggap lebih tinggi daripada polymethyl methacrylate dan seperti yang diharapkan, polyvinyl akrylik lebih kuat dan deformasinya lebih besar sebelum terjadi fraktur.
Impact Strength
Adalah suatu ukuran dari energy yang diabsorbsi oleh suatu material ketika itu dihancurkan oleh pukulan secara tiba-tiba. Impact Strength untuk polyvinyl akrylik adalah dua kali dari polymethyl metacrylate yang mengindikasikan bahwa polyvinyl akrilik mengabsorbsi dan lebih banyak energy ketika tubrukan dan ia lebih resisten terhadap fraktur.

Resistance Abrasive
Merupakan suatu sifat bahan material yang tahan terhadap abrasive dan vynil akrylik memiliki resistance abrasive yang paling baik.
Thermal Conductivity
Basis gigi tiruan berbahan dasar resin ini merupakan suatu konduktor yang kurang baik, jika dibandingkan emas, alloy kobalt, bahkan gigi manusia. Thermal conductivity yang bernilai rendah ini menjadikan basis gigi tiruan ini mampu bekerja sebagai suatu insulator diantara jaringan-jaringan mulut terhadap material yang yang bersifat terlalu panas atau terlalu dingin.


Specific Heat
Dapat menunjukka suatu perbandingan dari thermal conductivity dari suatu produk.
Kecepatan gerak yang lebih besar dengan transfer panas melalui suatu material dan spesifik heat untuk polymethyl metacrylate dan polyvinyl akrylik hampir memiliki kemiripan.
Water Sorption & Sollubility
Penyerapan dari air juga dapat mengubah dimensi dari basis gigi tiruan yang terbuat dari akrylik. Perubahan dimensi ini terjadi pada hampir setiap bagian. Basis gigi tiruan ini dari type yang sama bisa memiliki variasi dalam penyerapan air karena adanya bahan tambahan, poly methyl metakrylate memiliki penyerapan air yang relative tinggi dengan nilai 0,69 mg/cm2 , sedangkan polyvinyl akrylik memiliki nilai yang agak rendah yaitu 0,26 mg/cm2. Namun suatu basis gigi tiruan berbahan dasar resin akrylik ini harus memiliki suatu nilai penyerapan air yang tidak lebih dari 0,8 mg/cm2 dan nilai kelarutan yang tidak lebih besar dari 0,04 mg/cm2.
Resisten terhadap Asam, Basa dan Larutan Organik
Ketahanan dari basis gigi tiruan berbahan dasar resin akrilik ini terhadap campuran air yang mengandung asam lemah atau basa sangat baik. Basis gigi ini sangat resisten terhadap larutan organic. Dengan adanya poly (methyl metacrylate) menjadi lebih resisten dibandingkan polyvinyl akrilik, keduanya dapat dilarutkan dalam hydrocarbon aromatik, keton, ataupun ester.


Sumber : soft copy, craig, dental material restorations.

2.1.7.2 Model Malam (Wax)
Wax banyak digunakan dalam klinik kedokteran gigi maupun laboratorium. Meskipun tidak digunakan sebagai hasil akhir tetapi sangat penting perqan wax dalam proses pembuatan suatu material kedokteran gigi.
 Komposisi
Wax terdiri atas banyak komponen, antara lain sebagai berikut:
• Mineral (paraffin, mikrokristalin, barndahl, ozokerite, keresin, dan montan).
• Tumbuhan (carnauba, ouricury, candelilla, japan wax, cocoa butter).
• Hewan (spermaceti).
• Sintetik (acrawax, aerosol OT, castrowax, flexo, epolene, N-10, albacer, aldo 33, durawax 1032).
• Lemak (stearic acid, glyceril, tristearate).
• Rosin (copal, dammer, sandarac, mastic, shellac, kauri).
• Asam lemak.
• Minyak.
• Resin (sintetik, elvax, polyethylene, polystyrene).
• Pewarna.
• Serangga (beeswax).



Menurut ikatan kimianya, wax berupa:
CH3 —(CH2)15-42 — CH3 dan

O

CH3—(CH12)15-42—CH2—C—O—CH2—(CH2)28—CH3

Wax diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. Wax pattern untuk membuat model sebelum menjadi hasil.
 Casting wax
 Baseplate wax
 Inlay wax
2. Processing wax untuk membuat pengecoran atau mencetak atau menambal.
 Boxing
 Beading
 Utility
 Sticky wax
 Sifat
Karena komposisinya yang sangat lengkap maka wax memiliki sifat yang berbeda dengan material lain. Beberapa sifat wax antara lain:
 Melting Range
Karena terdiri atas banyak komponen, wax tidak mencair pada temperature tertentu dan tidak memiliki titik cair tetapi memiliki rentang cair. Meskipun telah dipanaskan menjadi wax tetap akan berubah menjadi padat kembali.
 Non-residue (tidak memiliki sisa)
Karena wax akan habis ketika proses, maka wax yang dibakar akan memanas tetapi tidak meninggalkan sisa (ampas) yang dapat menurunkan kualitas dari akhior restorasi.
 Daya alir (flow)
Flow adalah perubahan bentuk di bawah tekanan. Hal ini disebabkan oleh adanya molekul yang saling berikatan sesamanya yang menyebabkan terjadinya reaksi. Pada suhu rendah, wax akan mengalir tetapi pada suhu yang mendekati cair, daya alir meningkat sangat dramatis.
 Thermal expansion
Ketika wax memanas maka wax akan berekspansi. Cara menghitung thermal expansi wax adalah bagian wax dikali 1000 dibagi denagn 0C temperaturnya.
 Residual Stress
Yaitu waktu stress wax yang hasil manipulasi selama pemanasan, pendinginan, pelengkungan, pembentukan atau manipulasi. Stress pada wax akan terjadi ketika suhu wax meningkat sehingga molekul wax dapat bergerak dengan bebas. Munculnya residual stress pada suhu tinggi menyebabkan irreversible deformasi yang dapat merusak wax pattern.
 Ductility.
 Modulus elatis.

 Kegunaan
Secara umum wax berguna untuk membuat model restorasi gigi seperti mahkota atau partial denture yang biasa memakai wax. Secara rinci kegunaan wax adalah sebagai berikut.
 Inlay wax berguna untuk membuat wax pattern menjadi mahkota, inlay atau jembatan.
 Casting wax berguna untuk membentuk wax pattern dari framework metal dari partial denture yang removable (bisa dipindahkan).
 Baseplate wax berguna untuk membuat kontur denture dan menguatkan posisi gigi sebelum dipasang akrilik (pada proses resin akrilik, sebelumnya ditanam model malam).
 Boxing dan utility wax berguna untuk membantu pembuatan model, cetak, dan selama solder.
 Sticky wax berguna untuk memasang metal atau resin berupa lempeng pada posisinya atau melapisi plaster ke model gips untuk membentuk porcelain facings.
 Corrective impression wax berguna untuk pelapis cetakan original untuk membentuk jaringan lunak dan fungsinya.
 Bite registration wax berguna untuk membuat hasil yang tepat pada artikulasi model yang melintang.
 Manipulasi
Proses manipulasi dimulai dari pemanasan, pendinginan, pembentukan, pelengkungan sampai menjadi bentuk yang diinginkan untuk melengkapi kegunaan suatu proses dalam material kedokteran gigi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, wax berfungsi sebagai model dalam restorasi gigi sehingga pada tahap akhir wax akan menghilang dan tidak meninggalkan sisa. Dengan demikian tidak ada cara manipulasi khusus wax karena selalu dipadukan dengan material lain dan wax hanya digunakan pada tahap awal dan kemudian dimanipulasi dengan material lain.

2.1.8 Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1. Flasking : Penanaman Model
Adalah suatu tahap yang pada dasarnya adalah penanaman model pada kuvet bagian bawah dengan gips plaster (plaster of paris). Untuk metode Pulling the Casting, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Model tertutup gips
b. Wax dan gigi terbuka
c. Pastikan model dapat masuk secara sempurna pada kuvet bawah, jika tidak dapat masuk dengan baik, maka perlu digunakan trimmer.
Flasking dengan metode Pulling the Casting mempunyai langkah-langkah seperti di bawah ini:
1. Kuvet, perlu dipastikan terlebih dahulu apakah terjadi metal to metal atau tidak. Hal ini diperlukan untuk memastikan dan menjadi patokan keadaan kuvet pada saat dipress waktu pembuatan kontra model nantinya.
2. Memastikan model kerja dapat masuk secara baik ke kuvet. Jika model terlalu besar atau kuvet terlalu kecil bisa disesuaikan ukuran model kerja dengan menggunakan model trimmer. Dengan langkah yang benar dan benar-benar dipastikan model kerja masuk ke dalam kuvet.
3. Mengaduk gips dengan perbandingan gips:air sebesar 3:2. Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam mengaduk gips kecepatan pengadukan benar-benar harus diperhatikan.
4. Gips yang sudah diaduk dimasukkan ke dalam kuvet bawah sampai kira-kira setinggi tiga perempat kuvet. Tetapi, dengan lebih banyak gips yang dimasukkan, maka tambalan gips akan semakin mungkin dihindari.
5. Masukkan model ke dalam kuvet bawah yang sudah terisi gips. Tekan secara hati-hati model kerja sampai menyentuh dasar kuvet.
6. Setelah model kerja masuk, segera suspensi air dan gips dibentuk sesuai dengan metode flasking Pulling the Casting, yaitu wax dan model kerja tidak tertutup dengan gips. Permukaan model kerja yang terbuka harus tertutup dengan gips.
7. Merapikan dan memastikan bagian permukaan gips sehingga tidak terjadi undercut, atau tonjolan yang tajam, yang ditakutkan akan mengkait dengan kuvet atas sehingga kuvet atas dan bawah susah dibuka. Sehingga pastikan seluruh permukaan gips landai.
8. Bagian bibir kuvet jangan sampai tertutup oleh gips, karena dimungkinkan terjadi metal to metal contact.
9. Saat gips mengalami setting, kuvet akan terasa panas. Saat menunggu setting usai (dingin kembali) bisa dilakukan beberapa hal, yaitu:
a. Memastikan kuvet atas dan kuvet bawah terjadi metal to metal contact. Bisa dilakukan dengan mengurangi permukaan gips dengan menggunakan lee-crown mess.
b. Menghaluskan permukaan gips dengan ampelas.
10. Pembuatan kontra model dilakukan minimal saat kuvet menjadi dingin kembali (sekitar satu jam).
11. Pembuatan kontra model diawali dengan mengolesi seluruh permukaan yang ada di kuvet bawah dengan vaselin kecuali gigi. Pemberian vaselin harus merata dan jangan sampai tebal di suatu daerah saja, namun ketebalannya harus sama.
12. Memulai pembuatan kontra model dengan memasang kuvet atas tanpa penutupnya.
13. Aduk adonan gips sesuai dengan ketentuan sama dengan waktu penanaman model kerja. Setelah semua gips masuk ke dalam kuvet atas, jangan lupa diketuk-ketuk agar udara yang terjebak keluar sehingga tidak terjadi porus
14. Tutup kuvet atas, kemudian press kuvet tersebut hingga metal to metal contact. Kemudian akan terasa hangat (gips sedang mengalami setting). Dianjurkan jangan melepas press, agar keadaan kuvet tetap rapat.
15. Setelah itu dilakukan proses wax elimination, namun sebaiknya dilakukan minimal setelah satu jam pengerjaan kontra model (gips kembali dingin kembali).
2. Wax Elimination / Boiling Out
Pada metode flasking Pulling the Casting, kuvet tidak boleh dibuka sebelum melakukan wax elimination. Berikut adalah tahap-tahap melakukan wax elimination:
a. Siapkan panci, kemudian isi air sampai kuvet terendam.
b. Masukkan kuvet yang sedang di press ke dalam panci. Untuk kuvet bersekrup disarankan tetap menggunakan press saat boiling out agar memudahkan untuk mengangkat kuvet dari panci nantinya. Kemudian panaskan sampai mendidih selama 1 jam, dan terlihat adanya malam cair di dalam air yang keluar dari kuvet.
c. Setelah mendidih dan sudah 1 jam, kuvet dapat diangkat dari panci. Lalu buka kuvet atas dan kuvet bawah. Siram dengan air mendidih untuk menghilangkan sisa-sisa malam pada kuvet, sampai benar-benar bersih dan tidak ada yang menempel lagi, terutama pada bagian bukal flange. Apabila wax yang digunakan pada saat wax elimination kualitasnya kurang baik, atau air yang disiramkan kurang panas, hal ini bisa menyebabkan residual atau sisa-sisa wax dapat tertinggal sehingga mengganggu daya kerja separating medium (CMS dan cellophan) dan dapat terbentuk permukaan yang baru. Separating medium adalah suatu bahan yang digunakan untuk mencegah perlekatan dari dua permukaan dan macamnya tergantung dari indikasi penggunaannya.
d. Pada kuvet terbentuk mould space (ruang cetakan) yang nantinya akan diiisi resin pada proses packing. Tunggu sampai dingin dan kering untuk selanjutnya dilakukan packing.
3. Packing
Flask seharusnya sudah cukup dingin ketika material akan di-pack. Untuk mengisi mould yang sudah terbentuk di dalam flask, kita memelukan suatu material yang cukup padat dan kuat untuk membiarkan bagian flask dipres bersama dengan tekanan yang cukup untuk berkondensasi dengan material. Namun harus tetap lembut dan nyaman untuk dipakai pada pasien. Dalam proses packing, material yang paling sering digunakan adalah resin akrilik atau methyl methacrylate untuk heat-curing.
Pada dasarnya, proses packing adalah proses yang dilakukan untuk mem-“packing” resin akrilik itu sendiri. Proses tersebut secara bertahap adalah sebagai berikut:
a. Buat canal minimal 3 buah di luar mould space yang berfungsi sebagai jalan keluarnya kelebihan resin akrilik saat pengepresan dengan press besar.
b. Olesi kuvet bawah, terutama bagian mould space dengan salah satu separating medium yaitu CMS (Could Mould Seal). Guna CMS dalam pengerjaan ini adalah untuk memblocking saat processing, agar air tidak masuk ke dalam kuvet. Selain itu, CMS berfungsi untuk membatasi kuvet atas dan kuvet bawah agar mudah terpisah saat dibuka setelah processing. Dalam mengoles CMS, cukup sekali ulas dan jangan diulas berkali-kali. Jika kita mengulanginya secara berkali-kali maka lapisan yang terbentuk pertama kali akan robek oleh pulasan kuas yang kedua sehingga olesan yang terbentuk tidak menutup sempurna dan resin yang dihasilkan bisa porus. Bila tidak ada CMS, kita bisa menggantinya dengan kanji.
c. Ke dalam stellon pot, kita masukkan monomer. Dalam menyiapkan resin akrilik, monomer yang digunakan harus sesuai perbandingannya dengan polimer (monomer harus bisa membasahi polimer secara merata)yaitu umumnya 1 : 2,5 tetapi tergantung dari produk yang digunakan. Pencampuran monomer dan polimer harus hati-hati. Tidak boleh diaduk karena dapat menyebabkan porus. Sebaiknya stellon pot ditutup agar monomer tidak mudah menguap. Resin akrilik bisa diisikan ke mould space pada saat fase di mana resinnya sudah tidak berbentuk benang dan serat serta sudah bisa dibentuk, yaitu yang disebut fase dough. Apabila sudah masuk fase rubbery, resin sudah mengeras sehingga tidak dapat dibentuk lagi.
d. Kuvet atas dan kuvet bawah harus ditutup tetapi sebelum ditutup harus dilapisi dengan cellophan yang sebelumnya sudah dibasahi air. Fungsi cellophan adalah untuk membatasi resin dengan kuvet atas.
e. Tujuan ditutupnya kuvet atas dan kuvet bawah adalah untuk pengepressan dengan trial closure (press besar) sehingga bisa menekan keluar bila ada kelebihan resin. Setelah dipress, kuvet dibuka kemudian bersihkan kelebihan resin dengan menggunakan lee crown mess. Jika sudah tidak ada kelebihan resin kemudian press sekali lagi dengan trial closure hingga kuvet atas dan kuvet bawah metal to metal contact. Kemudian buka kuvet lalu lepas cellophan dan tutup lagi kuvet tersebut untuk dilakukan pengepresan dengan press kecil. Setelah dipress dengan press kecil jangan dibuka. Minimal satu jam setelah pengepressan dilakukan processing tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam.
4. Prosessing
Dalam processing kita bisa menggunakan dua alternatif yaitu cara konvensional dengan panci dan kompor gas dan cara modern dengan curing unit.
a. Processing dengan panci dan kompor gas
Kuvet yang telah berisi resin akrilik dimasukkan ke dalam panci yang telah diisi air, kemudian dipanaskan di atas api kompor sedang. Suhu dibiarkan naik perlahan hingga mencapai kurang lebih 70o C. Suhu ini dipertahankan hingga 1 jam 30 menit dengan mengecilkan api kompor atau menambahkan air dingin jika suhu diperkirakan naik. Suhu dinaikkan dari 70o C menjadi 100o C (mendidih) dan dibiarkan selama 30 menit.
b. Processing dengan Curing Unit
Alat kuring unit yang dipergunakan terbuat dari bak stainless steel berukuran 35x48x53 cm. Alat ini dilengkapi dengan sensor panas yang dihubungkan dengan pembaca suhu di bagian dalam bak. Pada bagian luar bak dipasang komponen pengatur panas dan waktu. Alat kuring unit yang digunakan telah dikalibrasi untuk pengendalian suhu dan waktu. Pemrosesan resin akrilik dilakukan dengan mengisi bak kuring unit dengan 5 liter air. Pengaturan kuring unit untuk suhu dan waktu dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama diatur pemanasan mulai suhu kamar dinaikkan perlahan-lahan hingga mencapai suhu 70o C. Suhu ini dipertahankan sampai 1 jam 30 menit. Tahap kedua suhu dinaikkan menjadi 100o C dan dipertahankan selama 30 menit.
5. Deflasking
Merupakan proses pengambilan hasil pekerjaan, baik berupa protesa (gigi tiruan) atau retainer. Deflasking merupakan tahap yang cukup penting, maka kita harus berhati-hati dalam melakukannya karena akan berakibat fatal jika gagal dan dapat mengakibatkan kerusakan pekerjaan yang telah kita lakukan. Jadi, harus benar-benar diperhatikan langkah-langkahnya, yaitu:
a. Setelah kuvet sudah direndam sampai dingin, kita mencoba membuka kuvet atas dan kuvet bawah. Jika susah dibuka, kita bisa membukanya dengan bantuan lee-crownmess atau wax mess pada ketiga ujung kuvet.
b. Melepas hasil pekerjaan bisa dilakukan dengan menggergaji, tetapi akan dikhawatirkan merusak hasil pekerjaan itu sendiri jika tidak berhati-hati. Namun, ada cara yang lebih aman, yaitu dengan merendamnya hingga semalaman (over night), maka gips akan menjadi jenih sehingga menjadi melunak. Kita dapat membukanya dengan bantuan wax mess atau lee-crown mess.
6. Finishing dan Polishing
Menghilangkan sisa-sisa material dari permukaan dan kontur resin akrilik merupakan tahap kelanjutan dari deflasking. Semua kecuali daerah basal (yang menempel dengan palatum untuk maxilla) harusnya halus yang mana tidak ada daerah kasaran ataupun tonjolan. Untuk daerah basal tidak di¬-polishing untuk daerah basal dengan tujuan agar bisa menempel erat dengan palatum. Daerah basal dilingkupi resin akrilik sehingga regangan pada permukaan tidak seimbang. Penghilangan beberapa daerah yang masih kasar pada daerah resin akrilik yang menghadap ke lingual akan menyebabkan regangan yang semula tidak seimbang menjadi seimbang dan akan membuat daerah basal lebih menyatu. Semua permukaan selain permukaan basal harus dibuat semengkilat mungkin.
Pengerjaan finishing dan polishing menggunakan bur yang dipasang pada mini drill yang juga tersambung dengan adaptor.
a. Finishing :
1. Pasang bur Arkansas di mini drill.
2. Kerjakan finishing pada resin akrilik, mata bur akan menggerus tonjolan atau permukaan kasar pada resin akrilik.
3. Lakukan finishing dengan bur Arkansas hingga tidak ada lagi permukaan kasar.
4. Setelah tidak ada permukaan kasar ataupun tonjolan, basahi ampelas halus dengan air lalu perhalus lagi permukaan resin akrilik dengan ampelas halus tersebut.
b. Polishing :
1. Setelah proses finishing, lakukan polishing untuk membuat resin akrilik semakin halus dan mengkilat.
2. Tahap awal polishing adalah dengan menggunakan pumice (yang dicampur dengan air). Pumice perbandingannya lebih banyak dari air. Poleskan pumice pada permukaan mata bur.
3. Lakukan polishing secara perlahan, yaitu memoles area permukaan resin akrilik hingga terlihat halus dan terasa halus ketika diraba.
4. Untuk membuat resin akr ilik menjadi mengkilat, gunakan kain wol atau kain flannel yang sudah dibasahi air. Gosok permukaan resin akrilik dengan kain tersebut.
Smber: http://psikopatkampung.blogspot.com/


2.2 Jaringan Lunak Mulut
2.2.1 Definisi
2.2.2 Anatomi
2.2.3 Histologi
Histologi
1.Palatum
a. palatum molle:mempunyai epitel non-keratin yang tipis diatas lamina propria.Lamina propria mempunyai jaringan ikat dan lapisan elastic untuk kemampuan bergerak.Submukosa dihubungkan dengan mukosa palatum lunak yang tipis dan melekat di otot untuk memungkinkan mekanisme bicara dan menelan.
b.palatum durum:mempunyai epithelium orthokeratin yang tebal diatas lamina propria.Hanya pada bagian lateral dari palatum keras yang mempunyai submukosa.Submukosa di bagian anterior-lateral mengandung jaringan lemak,submukosa bagian posterior-lateral mengandung kelenjar saliva minor.submukosa tidak terdapat pada bagian tengah palatum sehingga jaringan ini kuat yang merupakan hasil dari kekuatan lamina propria yang melekat pada tulang.Jadi,lamina propria terlihat sebagai mucoperosteum.
2.Bibir
Bagian pusat bibir terdiri atas serat-serat otot rangka,yaitu m.orbikularis oris.Dengan pulasan khusus akan terlihat jaringan ikat padat fibroelastis di bagian pusat ini.Di sebelah kanan terlihat kulit bibir dan di kiri terlihat lapisan mukosa mulut
Kulit bibir dilapisi epidermis terdiri atas epitel berlapis gepeng bertanduk.di bawah epidermis terdapat dermis dengan kelenjar sebasea,folikel rambut,dan kelenjar keringat yang semuanya merupakan turunan epidermis.dermis juga mengandung m.arektor pili dan berkas neurovascular pada tepi bibir.
Mukosa bibir dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.sel-sel p[ermukaan tanpa engalami pertandukan ,dilepas atau terkikis sedikit demi sedikit ke dalam mulut.di bawah epitel mukosa,terdapat lamina propria,jaringan ikat yang merupakan pada dermis dari epidermis.di dalam submukosa terdapat kelenjar labialis yang tubuloasinar yang sebagian besar terdiri dari mukosa dan sedikit serosa berbentuk bulan sabit.sekretnya membasahi mukosa mulut dan saluran keluarnya yang kecil bermuara didalam rongga mulut.
Peralihan epidermis kulit epitel mukosa mulut menggambarkan batas mukokutaneas.tampak garis-garis merah atau vermilium(merah terang) batas bibir,epitel bibir dan mukosa mulut relative lebih licin dibandingkan dengan epitel di epidermis.papila bibir dan mukosa mulut dibawahnya sangat banyak,tinggi dengan banyak kapiler darah.warna darah tampak melalui sel-sel diatasnya.memberi warna merah yang khas pada bibir.epitel mukosa bibir juga lebih tebal dibandingkan dengan epidermis kulit.
3.Lidah
Mukosa lidah terdiri dari epitel berlapis gepeng dan lamina propria tipis berpapila yang mengandung jaringan limfod difus.permukaan dorsal lidah ditandai tonjolan-tonjolan mukosa yang disebut papilla.papila yang paling banyak adalah paila poliformis dengan ujung-ujung yang mengalami pertandukan.papila yang tidak sebanyak itu adalah papilla fungiformis yang memiliki permukaan bulat dengan epitel tanpa lapisan tanduk dan lamina propria sebagai pusatnya.semua papilla terdapat pada permukaan dorsal lidah dan tidak terdapat pada permukaan ventral yang dilapisi mukosa licin.
Bagian pusat lidah terdiri dari berkas-berkas otot rangka yang malang melintang.akibatnya,otot lidah terlihat terpotong memanjang,melintang,dan oblik pada suatu potongan.didalam jaringan ikat sekitar berkas otot terdapat banyak pembuluh darah dan saraf.
Terlihat sebagian kelenjar lingual anterior di pertentangan bawah lidah dekat apeks dan terpendam di dalam otot.kelenjar ini merupakan jenis kelenjar campuran yang mengandung acini serosa ,mukosa dan campuran dengan serosa berbentuk bulan sabit.duktus interlobular bermuara ke dalam duktus ekskretorius yang lebih besar.kemudian bermuara ke dalam rongga mulut pada permukaan ventral lidah.
4.kelenjar saliva
Kelenjar saliva mayor dan minor dibentuk dari epithelium dan jarinagn lunak.jarinagn ini menghasilkan saliva.jaringan lunak mengelilingi epitel dan melindungi dan mendukung kelenjar.jarinagn lunak terbagi kedalam kapsul.tiap septum membantu menghasilkan bagian dalam dari kelenjar menjadi lubang besar dan kecil.kedua kapsul me,bawa pembuluh darah dan saraf.
a.kelenjar saliva mayor
kelenjar saliva utama adalah terdapat 3 pasang kelenjar yang mempunyai saluran yaitu parotid,submandibular,dan sublingual.pada kelenjar parotid ini hanya tersedia 25% dari total volum saliva dan terletak di bagian belakang ramus mandibula dan di bagian bawah kuping.yang paling menonjol itu seusnya dan saluran sekretnya disebut saluran parotid yang bermuara ke rongga mulut.
Kelenjar submandibula tidak berkapsul.kelenjar ini menghasilkan serus dan mucus yang tercampur dalam saliva.duktus submandibula merentang bagian depan dari bawah mulut .
Kelenjar sublingual tidak betkapsul,yang terkecil.letaknya di bagian fossa sublingual di depan submandibular di bagian dasr mulut.sekretnya yang dominna mucus.
b.kelenjar saliva minor

2.2.4 Vaskularisasi dan Inervasi

 Palatum dan Akar Lidah
Vaskularisasi
Arteri :
1. Nasopalatine Arteri ; incisive canal
2. Ascending palatino arteri ; cabang tonsil
Inervasi
Nerves :
Nervus Glossopharyngeal (IX)
1. Greater palatine nerves; mempersarafi daerah gingiva, membran mukosa, dan kebanyakan kelenjar di palatum keras.
2. Lesser palatine nerves; mempersarafi daerah palatum lunak.
3. Nasopalatine nerve; mempersarafi membran mukosa di daerah anterior dari palatum keras.

 Lidah
Vaskularisasi
Arteri :
Arteri Lingual :
1. Arteri Sublingual (mandibula)
2. Arteri Lingual Dalam

Arteri Karotid Eksternal :
1. Arteri Superior Tiroid
2. Arteri Lingual ; sublingual
Vena Lingual ; vena sublingual pada bagian vena lingual dalam.


Inervasi
Badan lidah : Nervus Lingual ( mandibular N V3 )
Epiglotis Vallecula : Nervus Vagus (X)
Palatine tonsil : Naervus Glossopharyngeal (IX)
Nervus Superior Laryngeal

 Kelenjar Saliva
Vaskularisasi
Arteri :
1. Arteri Infraorbital
2. Arteri Facial
3. Arteri Submental ; arteri submandibular
4. Arteri Lingual ; arteri sublingual
Vena :
1. Vena Retromandibular
2. Vena Facial
3. Vena Submental
4. Vena Sublingual

Inervasi
1. Nervus Facial dari cabang Servikal
2. Nervus Hypoglossal (XII)
3. Nervus Sub Laryngeal
4. Nervus Lingual


Superficial Arteries of Face and Scalp
Lateral View



Veins of Face and Scalp
Lateral View




Inervasi Pada Gigi dan Gingiva
Pandangan Lateral






Lidah



Pembuluh Saraf dan Darah Pada Lidah

Palatum

2.2.6 Otot-otot Kepala dan Leher (Head and Neck)
Sebenarnya hanya beberapa bagian otot wajah yang berorigo di sekitar tulang . semua berinsersi ke dalam kulit.
a. Dahi, puncak kepala, pelipis
- M. occipitofrontalis
(bersama M. occipitofrontalis dan M. temporoparietalis disebut sebagai M. epicranius)
O:Venter frontalis:kulit alis mata dan Glabella, membentuk lapisan otot bersama M. procerus, corrugators supercilii, depressor supercilii et orbicularis oculi.
Venter occipitalis:Linea nuchalis suprema.
I:Galea aponeurotica.
F:Menggerakkan kulit kepala, menciptakan kerut miring di dahi.
- M. temporoparietalis
O:Kulit temporal, fascia temporalis.
I:Galea aponeurotica.
F:Menggerakkan kulit kepala.
b. Rima palpebrarum
- M. orbicullaris oculi (terletak di sekitar Aditus orbitae yang berfungsi semacam sphincter).
- O:pars orbitalis:proc frontalis,maxillae,os lacrimale,lig.palpebrale mediale.pars palpebralis:lig.palpebrale mediale.saccus lacrimalis.pars lacrimalis posterior of the os lacrimale,saccus lacrimalis.pars lacrimalis:crista lacrimalis posterior of the os lacrimale,saccus lacrimalis.
I:Pars orbitalis: lig.palpebrale lateral,transisi menjadi suatu otot melingkar membentuk cincin di lateral. Pars palberalis: Lig. Palpebrale laterale. Pars lacrimalis:Canaculi lacrimalis, tepi-tepi kelopak mata.
F:menutup mata, menekan saccus lacrimalis, menggerakkan alis mata.
- M. depressor supercilii (cabang pars orbitalis musculi orbicularis oculi).
O:pars nasalis ossis frontalis, punggung hidung.
I:sepertiga medial kulit mata.
F:Menarik turun kulit dahi dan alis, menciptakan kerutan miring tepat di atas hidung.
- M. corrugator supercilii
O:pars nasalis ossis frontalis
I:segitiga medial (lateral) kulit alis mata, Gale aponeurotica.
F:Menggerakkan kulit dahi dan alis mata kea rah pangkal hidung, menciptakan kerut hidung, menciptakan kerut vertical tepat di atas pangkal hidung.
- M. procerus
O:os nasale, cartilage nasi lateralis.
I:kulit Glabella.
F:Menarik turun kulit dahi dan alis mata.
c. Hidung
- M. nasalis
O:pars alaris:Jugum alveolare dentist insivil lateralis. Pars transversa:Jugum alveolare dentist canini.
I:pars alaris:ala nasi, pinggir cuping hidung. Pars transversa:Cartilago nasi lateralis, membran tendodorsum nasi.
F:Menggerakkan cuping hidung dan hidungnya sendiri. Pars alaris:Membuka lebar cuping hidung. Pars transversa:Mengecilkan lubang hidung.
- M. depressor septi nasi
O:Jugum alveorale dentis insicivi medialis.
I:Cartilago alaris major, cartilago septi nasi.
F:Menggerakkan cuping hidung dan hidungnya sendiri.
d. Mulut
- M. orbicularis oris
O:Pars marginalis dan pars labialis:sebelah lateral Angulusoris.
I:kulit bibir.
F:Menutup bibir, sehingga juga menggerakkan cuping hidung, pipi dan juga kulit dagu.
- M. buccinators
O:Bagian posterior Proc. Alveoralis maxillae, raphe pterygomandibularis, bagian posterior proc. Alveolaris mandibulae.
- M. levator labii superioris
O:Margo infraorbitalis dan bagian Proc. Zygomaticum maxilla di dekatnya; berasal dari massa otot M. orbicularis oculi.
I:Bibir atas.
F:Menarik bibir atas ke lateral dan atas.
- M. depressor labii inferioris
O:Basis mandibulae sebelah medial Foramen mentale.
I:Bibir bawah, dagu, serabut dalam ke mukosa.
F:Menarik bibir ke lateral bawah.
- M. mentalis
O:Jugum alveorale dentis incisive lateralis bawah
I:Kulit dagu.
F:Membentuk lekuk di dagu, eversi bibir bawah (bersama dengan M. orbicularis oris)
- M. transverses menti
O:cabang oblik dari M. mentalis.
I:Kulit dagu.
F:Menggerakkan kulit dagu.
- M. depressor anguli oris
O:Basis mandibulae tepat di bawah foramen mentale
I:Bibir bawah, pipi di sebelah lateral sudut mulut, bibir atas.
F:Menarik sudut mjulut ke bawah.
- M. risiorus (seringkali merupakan bagian dari Platysma atau M. depressor anguli oris)
O:Fascia paratoidea, Fascia masetecicae
I:Bibir atas, sudut mulut.
F:Menarik sudut mulut ke lateral atas, membentuk lesung pipi.
- M. levator anguli oris
O:Fossa canina maxillae
I:Sudut mulut
F:Menarik mulut ke arah atas dan medial
- M. zygomaticus mayor
O:Os zygomaticum di dekat sutura Zygomaticotemporalis
I:Bibir atas sudut mulut
F:Menarik sudut mulut di atas lateral dan ke atas.
- M. Zygomaticus minor
O:Os zygomaticus di dekat sutura Zygomaticomaxillaris
I:Bibir atas, sudut mulut
F:Menggerakkan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu, memperdalam sulcus nasolabialis.
- M. levator labii superioris alaeque nasi
O:Proc. Frontalis maxillae; berasal dari massa otot, M. orbicularis oculi
I:Cuping hidung, sudut mulut, bibir atas, serabut dalam bagian lateral posterior cuping hidung
F:Menggerakkan bibir, alae nasi, pipi dan kulit dagu.5
Otot Pada Penguyahan
- M. temporalis
O:Os temporal di bawah linea temporalis inferior, lapisan dalam fascia temporalis
I:Apeks dan pembukaan medial Proc. Coronoideus mandibulae
F:Serabut anterior menutup mulut, serabut posterior menarik mandibula (=retrusi)
- M. masseter
O:Pars supercilialis: dua pertiga anterior margo inferior Arcus Zygomaticus (tendo). Pars profunda: sepertiga posterior permukaan dalam Arcus Zygomaticus.
I:Pars supercilialis: Angula mandibulae, tuberositas masseterica. Pars profunda:Margo inferior mandibulae
F:Menutup mulut
- M. ptrygoideus medialis
O:Fossa pterygoidea permukaan medial Lamina lateris Proc. Pterygoidei, Proc. Pyramidalis ossis palatine
I:Margo inferior mandibulae, tuberositas pterygoidea
F:Menutup mulut
- M. pteryguideus lateralis
O:Caput superius:permukaan luar Lamina lateralis Proc. Ptrygoidei, tubermaxillae (accesorius). Caput inferius: facies temporalis alae majoris ossis sphenoidalis.
I:Caput superius: discus et capsula articulation temporomandibularis. Caput inferius: Fofea pterygoidea Proc. Conclylaeis mandibulae.
F:Caput inferius:menarik mandibula kea rah dalam (=prostusi).


DAFTAR PUSTAKA
 Bath, Mary. 2006. Dental Embryology, Histology and Anatomy. USA: Elsevier.
 Craig and Power’s. 2002. Restorative Dental Materials. USA: Mosby.
 Craig, et all. 2004. Dental Materials, Properties and Manipulation. USA: Elsevier.
 Hiatt and Gartner.2001. Text Book of Head and Neck. USA: The Point.
 Brend and Shellhard. 1998. Anatomy of Orofacial Structures. USA: Mosby.

Jaringan Lunak Rongga Mulut dan Basis Gigi Tiruan


DAFTAR PUSTAKA
v  Bath, Mary. 2006. Dental Embryology, Histology and Anatomy. USA: Elsevier.
v  Craig and Power’s. 2002. Restorative Dental Materials. USA: Mosby.
v  Craig, et all. 2004. Dental Materials, Properties and Manipulation. USA: Elsevier.
v  Hiatt and Gartner.2001. Text Book of Head and Neck. USA: The Point.
v  Brend and Shellhard. 1998. Anatomy of Orofacial Structures. USA: Mosby.
v    

Jaringan Lunak Rongga Mulut dan Basis Gigi Tiruan