Minggu, 20 Februari 2011

Perawatan Lanjutan Karies Kompleks

Oleh: Irmi Fitria

PEMBAHASAN
2.1 Perawatan Non-Invasif
1. DHE (Dental Health Education)
Pendidikan kesehatan gigi merupakan metode untuk memotivasi pasien agar membersihkan mulut mereka dengan efektif. Pendekatan ini sebaknya tidak dianggap sebagai instruksi dokter tetapi lebih erupakan dorongan atau ajakan agar pasien sadar akan pentingnya menjaga kebersihan mulut. Pendidikan kesehatan gigi meliputi metode penyikatan gigi, flossing, dan pengontrolan pola makan (diet karbohidrat). Urutan metode dalam pendidikan kesehatan gigi yang diberikan sat pasien datang ke dokter gigi meliputi: pada kunjungan pertama dilakukan pemeriksaan menyeluruh tentang kebersihan mulu, memeriksa kebiasaan pasien dalam membersihkan gigi, dan penjelasan serta anjuran dokter gigi. Pada kunjungan kedua doketer gigi melakukan evaluasi, mengulangi anjuran secara lebih detail.
Metode penyikatan gigi terlebih dahulu untuk memilih bulu sikat gigi yang baik. Syarat-syarat sikat gigi yang baik adalah pilih bulu sikat yang halus sehingga tidak merusak email dan gusi, dan pilih kepala sikat yang ramping atau bersudut, sehingga mempermudah pencapaian sikat didaerah mulut bagian belakang yang sulit terjangkau.1
Metode-metode menyikat gigi adalah:
a. Scrub memperkenalkan cara sikat gigi dengan menggerakkan sikat secara horizontal. Ujung bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi, kemudian digerakkan maju dan mundur berulang-ulang.
b. Roll memperkenalkan cara menyikat gigi dengan gerakan memutar mulai dari permukaan kunyah gigi belakang, gusi dan selurauh permukaan gigi sisanya. Bulu sikat diletakan pada area batas gusi dan gigi dengan posisi paralel dengan sumbu tegaknya gigi.
c. Bass meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi. Sikat gigi digetarkan ditempat tanpa mengubah-ubah posisi bulu sikat.
d. Stillman mengaplikasikan metode dengan menekan bulu sikat dari arah gusi ke gigi secara berulang, seperti metode Bass.
e. Fones mengutarakan metode gerakan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah.
f. Charters meletakkan bulu sikat menekan gigi dengan arah bulu sikat menghadap permukaan kunyah.
Setiap metode yang telah disarankan oleh beberapa dokter gigi ahli memiliki kesulitan tersendiri.Bagi anak-anak disarankan memulai dengan metode scrub dan dilanjutkan dengan metode bass. Secara umum samapai saat ini disimpulkan bahwa cara sikat gigi yang paling efektif adalah dengan mengombinasikan metode-metode tersebut.
Daerah antargigi yang sulit dibersihkan dengan sikat gigi, dapat digunakan benang gigi (flossing).Kemudian disempurnakan dengan berkumur untuk menyegarkan lingkungan mulut.2


2. Kontrol Diet
Kontrol diet adalah menilai asupan makanan dan minuman selama 3-7 hari, kemudian dihitung kandungannya.Setelah dihitung asupan makanannya kemudian diberi penerangan untuk mengurangi atau mengganti makanan yang kariogenik dengan yang tidak bersifat kariogenik.

3. Topikal Aplikasi Flour
Flour digunakan untuk membantu remineralisasi dan menghentikan karies dini serta mengurangi kerentanan gigi terhadap perkembangan karies.

4. Oral Provilaksis
Adanya plak atau debris dipermukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator kebersihan mulut.

5. Pit dan Fisure Sealant
Prosedur:
 Bersihkan permukaan gigi
 Isolasi dan keringkan gigi
 Etsa email
 Cuci dan keringkan permukaan email
 Berikan resin
 Biarkan resin mengalami polimerisasi
 Pemeriksaan lebih lanjut.

2.2 Konsultasi ke Bagian Periodontis
Penilaian OHI-S
Adanya plak, debris dan kalkulus pada gigi dapat dijadikan indicator kebersihan mulut. Dengan keuntungan antara lain kriteria obyekif, pemeriksaan dilakukan dengan cepat, tingkat reproducibility yang tinggi dimungkinkan dengan masa latihan yang minimum dan dapat mengevaluasi kebersihan gigi dan mulut secara pribadi.
OHI-S mengukur daerah permukaan gigi yang ditutupi debris atau kalkulus.Untuk OHI-S, Green dan vermillion menetapkan gigi indeks yang digunakan adalah 6 1 6.
Apabila salah satu gigi indeks telah hilang, penilaian pada gigi pengganti adalah sebagai berikut:
- M1 RA/ RB tidak ada, maka diganti dengan M2 RA/ RB
- M2 RA/ RB tidak ada, maka diganti dengan M3 RA/ RB
- M3 RA/ RB tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
- I1 atas kanan tidak ada, maka diganti dengan I1 atas kiri
- I1 atas kiri dan kanan tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
- I1 bawah kiri tidak ada, maka diganti dengan I1 bawah kanan.
- I1 bawah kanan dan kiri tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.


Penentuan skor :
1. Debris Indeks (DI)
DI adalah skor dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi tertentu.
Skor debris
Skor 0 = tidak ada debris sama sekali
Skor 1 = debris ada di sepertiga sevikal permukaan gigi
Skor 2 = debris sampai mencapai pertengahan permukaan gigi
Skor 3 = debris sampai mencapai daerah sepertiga oklusal atau insisial permukaan gigi
Jumlah skor debris
DI =
Jumlah gigi yang diperiksa

2. Calculus Indeks (CI)
CI adalah skor dari endapan keras (karang gigi) atau debris yang mengalami pengapuran yang melekat pada gigi penentu.
Calculus Indeks
Skor 0 = tidak ada karang gigi sama sekali
Skor 1 = karang gigi ada di sepertiga sevikal permukaan gigi
Skor 2 = karang gigi sampai mencapai pertengahan permukaan gigi
Skor 3 = karang gigi sampai mencapai daerah sepertiga oklusal atau insisial permukaan gigi
Jumlah skor calculus
CI =
Jumlah gigi yang diperiksa

Lalu untuk mengetahui tingkat kebersihan mulut seseorang digunakan rumus :

IP + IC = OHI-S

Kategori keadaan kebersihan gigi dan mulut.3
Skor OHI-S
0,0 – 1,2 (Baik)
1,3 - 3,0 (Sedang)
3,1 – 6,0 (Buruk)


2.3 Perawatan Invasif
2.3.1 Cara Menghilangkan Denyut
Analgesik dapat digunakan untuk mengobati rasa nyeri atau mengurangi nyeri pasca operasi. Aspirin dan asetaminofen yang paling efektif dan banyak digunakan untuk obat nyeri lokal dengan keparahan ringan sampai sedang. Aspirin mempunyai sifat analgesic, antipiretik dan anti-inflamasi. Aspirin hendaknya digunakan dengan hati-hati karena dapat menyebabkan reaksi anafilaktoid pada orang yang alergik. Kontraindikasi aspirin yaitu pada pasien dengan ulkus peptikum, perdarahan gastrointestinal atau gangguan perdarahan misalnya hemophilia. Aspirin juga tidak disarankan pada anak-anak karena berisiko menyebabkan sindrom Reye.
Asetaminofen mempunyai insidensi efek samping yang lebih rendah daripada aspirin dan lebih efektif dalam dosis kecil, tetapi tidak mempunyai efek anti-inflamasi seperti aspirin. Bila asetaminofen digunakan melebihi dosis maksimum 4 gram/hari, maka akan menyebabkan kerusakan hati.
Analgesik lainnya, Non Steroidal Anti Imflammatory Drugs (NSAIDs) seperti ibuproten dapat digunakan jika diinginkan dan dapat digunakan dalam kombinasi dengan asetaminofen jika diperlukan. Ibuproten adalah derivat asam propionik yang ditentukan dalam dosis 300 mg – 400 mg empat kali sehari. Ibuproten sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan riwayat ulser peptic atau tidak tahan terhadap aspirin.4


2.3.2 Perawatan Endodontik dan Material yang Digunakan
A. Endodonti Konvensional
1. Perawatan Pulpa
Yang termasuk perawatan pulpa ini ialah:
a. Pulp Capping
-Pulp capping indirect
-Pulp capping direct
b. Pulpotomi
-Pulpotomi vital
-Pulpotomi devital
2. Perawatan Saluran Akar
Yang termasuk perawatan saluran akar ialah:
a. Pulpektomi, yaitu tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dalam seluruh akar dan korona gigi.
Indikasi:
 Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis sebagian, atau gigi sudah non vital.
 Sekarang juga sudah sering dilakukan pada gigi permanen.
 Saluran akar dapat dimasuki instrumen

b. Pulpektomi vital, sering dilakukan pada gigi-gigi anterior, namun saat ini juga sering pada gigi-gigi posterior.
Teknik perawatannya :
Kunjungan I :
1. Foto X-ray
2. Anastesi local
3. Isolasi
4. Preparasi kavitas dengan bur bulat, pendarahan dihentikan dengan H2O2 3%
5. Pembersihan biomekanikal dengan jarum eksterpasi , bur gates, reamer,file, dan lain-lain.
6. Menentukan panjang kerja, foto jarum, Endometer lanjutan biomekanikal.
7. Irigasi H2O2 3% + ultrasonic Na(O)Cl 5%, keringkan dengan paper point.
8. Pengisian saluran akar , biasa digunakan gutta-percha
9. Tambalan sementara Zn(PO)4
Kunjungan II :
1. Isolasi
2. Preparasi kavitas
3. Tambalan tetap
Interval kunjungan: 2-3 hari ; 1-2 minggu.
c. Pulpektomi devital
d. Pulpektomi non vital
e. Apeksifikasi
3. Perawatan Periapikal

B. Endodonti Ultrasonik
Pemakaian ultrasonic dalam preparasi saluran akar memberikan keuntungn- keuntungan yakni cepat dan efektif dalam mempreparasi saluran akar serta pembersihan dan desinfektannya baik. Tetapi yang terpenting adalah seorang dokter gigi haruslah mendalami dan mengetahui anatomi saluran akar dengan baik.2

Material Endodonti
Gutta perca merupakan suatu bahan pengisi yang sangat diperlukan karena tidak mengerut setelah insersi kecuali dibuat plastis dengan suatu pelarut atau pemanasan. Bahan tersebut mudah disterilkan sebelum dimasukkan dan tidak mendorong pertumbuhan bakteri, radiopak, mudah dikeluarkan dari saluran akar dan paling sedikit mengiritasi jaringan periapikal dari semua bahan pengisi saluran akar.
Gutta percha dikombinasikan dengan semen saluran akar atau sealer untak menjamin pengisian dan penutupan saluran akar yang tepat.5,6

Komposisi Gutta-percha :
Komponen Komposisi (%)
Zinc Oxide 66
Metal sulfates(radiopacity) 11
Gutta-percha 20
Additives like colophony(rosin,dll) 3


2.3.3 Tahapan Preparasi Restorasi Indirect (Inlay)
Inlay adalah restorasi indirect yang menggunakan substansi padat ( seperti logam emas dan porselen ) yang ditumpatkan pada kavitas dan dlekatkan dengan semen.

Teknik preparasinya adalah :
1. Preparasi kavitas sama seperti pada preparasi biasanya tetapi preparasinya harus retentive dan resisten baik bagi tumpatan maupun bagi jaringan gigi itu sendiri
2. Mempreparasi perlindungan tonjol ( onlay-inlay ) dengan cusp protection
3. Mengecek kavitas yang halus bebas dari semua bentuk undercut
4. Preparasi garis akhir ( bevel )
5. Melapisi kavitas dengan GIC

Teknik restorasinya adalah :
1. Percetakan
- Sendok cetak khusus
- Pengisolasian gigi
- Pembuatan cetakan
- Pemeriksaan cetakan
2. Inlay sementara yang akurat, fungsinya :
- Melindungi pulpa
- Mencegah pertumbuhan kedalam dari jaringan gingival
- Mencegah perubahan kontak oklusal dan aproksimal
- Merestorasi keamanan dan penampilan
3. Tahap pengerjaan di laboratorium
4. Kunjungan klinis kedua dan seterusnya


Tahap-tahap preparasi Inlay
1. Outline from
 Seluruh jaringan karies, pit dan fisure yang dalam, email dan cusp yang tidak terdukung oleh dentin dimasukkan dalam preparasi.
 Luas preparasi tergantung dari luas karies atau luas tumpatan lama.
 Perluasan ke proksimal (dinding gusi atau servikal) sampai dibawah titik kontak.
2. Resistance and retention form
 Dasar kavitas pada jaringan dentin.
 Karies gigi vital yang dalam -> beri pelindung pulpa Ca(OH)2
 Kavitas tidak boleh undercut
 Resistensi di dapat dari dinding yang halus line atau point angle yang tajam
 Retensi di dapat dari dovetail, dinding kavitas yang divergen dari gingiva ke oklusal 2-5 derajat.
3. Retensi tambahan
 Membuat design yang khusus.
 Membuat groove yang berjalan dari dinding servikal ke dinding oklusal.
 Membuat gingival retention groove pada axio-gingiva line angle.
4. Convenience from
 Pembuangan jaringan karies dentin yang terinfeksi
 Penyelesaian jaringan email -> cavo-surface angle atau margin harus dibevel. Guna bevel pada preparasi inlay logam untuk mendapatkan hubungan yang rapat antara inlay dengan gigi dan untuk mengimbangi kontraksi logam.
Pemerikasaan hasil akhir preparasi
1. Bersihkan kavitas dengan semprotan air kemudian keringkan dengan chip blower.
2. Hasil akhir preparasi diperiksa dengan kaca mulut dan sonde, yang diperiksa seperti sudut-sudut tajam, bevel pada cavo-surface line angle, dinding kavitas terlihat rata dan halus, dan semua garis sudut kavitas terlihat dari oklusal yang menandakan tidak adanya undercut.
3. Buat cetak percobaan malam biru; line atau point angle harus tajam dan tidak ada sisa malam biru yang tersangkut di kavitas .
Pencetakan
1. Pencetakkan dilakukan dengan menggunakan bahan cetak rubber bare atau elastomer dengan teknik doubke impression.
2. Cetakkam ini dicor dengan gips stone (moldano) -> model gigi.
Pembuatan pola malan dilakukan secara direk
1. Bersihkan kavitas, kemudian pasang matriks dengan longgar
2. Basahkan kavitas dan matriks dengan lubrikan
3. Lunakkan malam inlay di atas api, kemudian isikan ke dalam matriks. Panaskan daerah gingiva matriks sampai malamnya melunak lagi.
4. Tekan matriks ke gigi, bantu dengan ibu jari. Pasang baji agar adaptasi gingiva baik.
5. Potong kelebihan malam inlay di permukaan oklusal, lepaskan matriks, lalu ukir anatomi gigi dan perbaiki kontak proksimal.
6. Periksa oklusi dengan antagonis, kemudian haluskan seluruh permukaan malam.
Penentuan hubungan gigi RA dan RB
1. Tiga lapis malam merah ± 2x lebar Bukal dan Lingual gigi dan sepanajang 5 gigi (2 lapis menghadap gigi preparasi, satu lapis menghadap gigi antagonis, diantaranya di beri kain kasa).
2. Dipanaskan -> gigitkan dalam keadaan oklusi sentrik untuk mendapatkan teraan hubungan gigi RA dan RB.
3. Sisa malam dibukal dan lingual ditekuk ke arah atas dan bawah di tekan dengan jari untuk mendapatkan bagian bukal.
4. Setelah mengeras, teraan malan dikeluarkan.
5. Model gigi ditempatkan pada teraan malam tersebut -> hubungan gigi RA dan RB sesuai pasien
6. Model gigi dan hubungan gigi dibawa ke labotarium gigi.
Pemasangan Sprue
Lapisi kawat untuk sprue dengan malam. Panaskan ujung sprue dan letakkan pada tepi ridge dengan sudut 450, atau pada bagian tertebal pola malam. Haluskan persambungan sprue dan pola malam, bila perlu dengan penambahan malam. Tahan sprue pada tempatnya sampai mengeras. Angkat pola malam dari kavitas dengan sekali gerakan lalu dipasng pada casting ring dan siap untuk dicor dengan logam.7


2.3.4 Tahapan Restorasi Inlay dan Material yang Digunakan
Tumpatan sementara
Tujuan tumpatan sementara adalah
1. Mencegah sensitifitas gigi yang baru di preoarasi.
2. Mencegah penetrasi bakteri.
3. Mengembalikan ooklusi gigi, mencegah over erupsi bergesernya gigi serta masuknya jaringan gusi ke dalam kavitas.
4. Mencegah rusaknya sisa jaringan gigi.
5. Mengembalikan kontak proksimak, mencegah terselipnya makanan diantara gigi.
6. Mengembalikan fungsi estetik.
Syarat bahan tumpatan sementara adalah
1. Mudah digunakn
2. Tidak mengiritasi
3. Efektif
4. Harganya murah

Penyelesaian inlay dan sementasi
Setelah pengecoran, inlay kasar diperiksa bentuk anatomi dan kecekatannya pada kavitas (inlay yang baik mempunyai self retention). Setelah baik, sprue potong. Diperiksa oklusinya, kemudian inlay dihaluskan dan dipoles.
Tahap sementasi:
Kavitas dibersihkan dan dikeringkan. Bubuk dan likuid semen fosfat diaduk diatas kaca pegaduk samapi konsistensi krim(dapat diangkat setinggi 1 inci tanpa putus). Bagian dalam inlay dan seluruh dindidng kavitas dilapisi dengan semen. Masukkan inlay ke dalam kavitas dan ditekan samai semen mengeras. Ada semntasi yang baik, kelebihan semen akan keluar dari selurh tepi inlay, menandakan bahwa seluruh permukaan inlay yang berhadapan dengan dinding kavitas telah terisi dengan semen.7


2.3.5 Penanganan Discolour (Bleaching)
Penanganan untuk discolour (bleaching) dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Vital Tooth Whitening
Langkah-langkah bleaching untuk gigi yang masih vital adalah:
 Strips
1. Hydrogen peroksida diletakkan pada strips film polietilen.
2. Strips diletakkan pada gigi dua kali sehari dalam dua minggu selama 30 menit.
 Prefabricated trays
1. Bahan bleaching yang tipis dicampurkan dengan agent pada maksilla atau mandibula.
2. Biasanya dipakai 30-60 menit berturut-turut selama 5-10 hari.
 Paint on
1. Carbamide peroksida dicampurkan ke dalam gel yang tebal yang ditempelkan ke gigi yang akan dibleaching.
2. Gigi akan menjadi putih.
 Dentrifice
1. Digunakan untuk menjaga pembersihan gigi sehingga terlihat putih.
2. Sebagian merupakan material abrasive.
3. Sebagian mengandung hydrogen peroksida.
 Mounthrinse
1. Sebagian mengandung agen yang berfungsi menghilangkan noda pada gigi.
2. Mengandung alcohol.

2. Non-Vital Tooth Whitening
Gigi yang tidak vital lagi dalam melakukan bleaching perlu dilakukan hal-hal berikut untuk mencegah pulpa terkontaminasi dengan material bleaching antara lain:
 Isolasi dengan rubber dam untuk mencegah terkontaminasi dengan saluran akar yang dirawat.
 Restorasi korona yang berhubungan dengan perawatan saluran akar yang dipindahkan.
 Pengisi (filler) pada endodontic dipindahkan ke bawah ujung gingival margin apabila terjadi kerusakan dan apabila masih bagus tidak perlu dilakukan.
 Perawatan saluran akar ditutup biasanya denga GIC atau filling material.
 Medikasi pulpa dengan basis semen.
 Kamar pulpa dilindungi dengan restorasi sementara.
 Pasien kembali dalam 3-7 hari untuk evaluasi.
Prosedur bleachingnya sama dengan gigi vital dan untuk prosedur di atas dilakukan beberapa kali sampai serta untuk prosedur akhir dilakukan:
 Isolasi dengan rubber dam.
 Restorasi sementara dilepas.
 Kamar pulpa dialiri air.
 Restorasi korona dipasangkan, umumnya resin komposit.3

2.3.6 Material yang Digunakan dalam Bleaching
 Hydrogen peroksida
1. Agen oksidasi kuat, dapat pecah dalam oksigen dan air (terurai).
2. Ion oksigen mengurai ikatan molekul noda pada gigi menjadi kecil bahkan sampai menjadi molekul.
3. Biasanya konsentrasinya 15-30%.
 Carbamide peroksida
1. Terurai menjadi hydrogen peroksida dan urea.
2. Urea terurai menjadi ammonia dengan pH tinggi untuk memfasilitasi bleaching.
3. Menurut penelitian pH netral, 10 % zat ini aman dan efektif sebagai agen bleaching.
 Desensitizers
1. Sebagai pemutih yang meredusi sensitivitas.
2. Biasanya digunakan: potassium nitrat, sodium fluoride dan kalsium fosfat.
 Carbopol
1. Bentuknya kental.
2. Menghasilkan hydrogen peroksida dari carbamide peroksida.
 Glycerin
1. Gel untuk mengontrol air agen bleaching pada gigi ke jaringan.
 Sodium hidroksida
1. Basis kimia.
 Perasa (flavor)3

2.3.7 Cara Menghilangkan Ngilu
Sama halnya dengan nyeri, maka ngilu juga bisa diberikan obat antinyeri (analgesic). Hal-hal yang bisa dilakukan adalah:
1. Komponen anamnesis
 Determinasikan penyebab ngilu.
 Evaluasi prosedur oral hygiene yang bisa menyebabkan hilangnya gingival atau struktur gigi.
 Analisis makanan asam yang dikonsumsi dalam diet dan waktu menggosok gigi.
 Kebiasaan buruk seperti bruxism yang dapat menyebabkan abfraksi.
 Analisis level stress.
2. Edukasi pasien
 Jelaskan mekanisme sampai gigi pasien menjadi ngilu.
 Deskripsikan dan jelaskan bagaimana bisa terjadinya ngilu.
 Gunakan komunikasi yang baik.
3. Pengobatan
 Menggunakan pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit (analgesic) dan menghilangkan factor penyebab ngilu.
 Lakukan pendekatan yang bagus untuk perawatan lebih lanjut.
 Pendekatan pengobatan dari konservatif untuk pengobatan lebih lanjut.
 Prognosis dalam kasus ngilu.
 Pilihan pengobatan baik dan perhatian diri sendiri atau intervensi dari dokter gigi untuk mengurangi ngilu.
4. Penilaian
 Evaluasi pengobatan.
 Pengawasan penggunaan analgesic.3

2.4 Pertimbangan Oklusi
2.4.1 Oklusi Sentris
Sentris oklusi/oklusi obitual adalah posisi gigi yang alamiah yang memungkinkan terjadi kontak maksimum ketika gigi berkontak. Oklusi sentries berhubungan dengan fungsi gigi.Ketika gigi tertutup, perbedaan antara hubungan mandibula dengan TMJ pada maxilla sangat signifikan.
Oklusi sentries adalah kedudukan maksimum kontak antar gigi geligi. Centric Relation adalah bentuk oklusi yang tidak alami, dimana antara maxilla dan mandibula dapat dibuat pergerakannya.
Ketika gigi normal oklusi berada pada posisi centric oklusi, tiap gigi pada rahang akan bersentuhan dengan gigi pada rahang antagonisnya kecuali incisive sentral mandibula dan molar 3 maxilarry.
Ketika gigi normal beroklusi dengan sentries oklusi, rahang maxilla secara alami akan bergantung (overhang) ke mandibula yang disebut overjet.8

2.4.2 Oklusal Adjustment
Setelah dilakukan restorasi perlu dilakukan pengecekan oklusi (oklusal adjustment) dengan beberapa hal berikut:
1. Periksa jumlah dan kedudukan gigi geligi pada tiap lengkung rahang
2. Periksa keadaan gigi geligi pada tiap lengkung rahang
3. Periksa keausan gigi
4. Periksa gigi yang goyang
5. Periksa bidang oklusal tegak, bidang oklusal, oklusal bebas
6. Periksa jumlah dan keadaan persentuhan gigi posterior dan hubungan geligi incisive sentries
7. Periksa keadaan persentuhan gigi dalam hubungan sentries dan periksa keadaan tersebut bila rahang bawah mengganjal dengan hubungan sentrik ke oklusi sentries
8. Periksa rahang bawah selama bekerja pada oklusi sentries
9. Periksa rahang bawah pada saat tidak bekerja pada oklusi sentries
10. Periksa keadaan gigi selam pergerakan rahang atas dan rahang bawah protusif dan latero protusif

Untuk melakukan pergerakan oklusi biasanya digunakan kertas articulator sehingga akan menunjukkan titik persentuhan cups korona, Batas pinggir cups dan poros gigi. Apabila ada kelebihan bahan tambal maka dengan hati-hati sehingga oklusi akan normal kembali. Pada restorasi amalgam disarankan agar menunggu amalgam setting baru dibuang kelebihannya.9


2.4.3 Prematur Kontak
Prematur kontak adalah kontak pada gigi dirahang antagonis yang terjadi sebelum persentuhan titik oklusi terbentuk sempurna.
Pergantian posisi gigi dari sentries relasi ke sentries oklusi (sentries relasi tidak sama dengan sentries oklusi). Keadaan dapat menyebabkan terjadinya premature kontak dimana satu/dua gigi awalnya berkontak sebelum gigi lain berkontak ke gigi lain.Prematur kontak dapat menyebabkan oklusal diharmoni. Pergantian antara gigi sentries relasi dengan sentries oklusi juga berhubungan dengan kelainan bentuk gigi, kelainan persentuhan oklusi, kelainan pada perawatan penambalan dan panjang rahang tidak berhubunga dengan hereditas tetapi berhubungan dengan keadaan gigi geligi.8


2.4.4 Curve Spee
Hanya sedikit bidang oklusal yang datar. Pada umumnya geligi pada bidang oklusal melengkung pada tempat tersebut, ketinggian gigi geligi menanjak mulai sebelah distal premolar dan molar 3. Kelengkungan ini diberi nama lengkung spee. Keadaan ini berbeda untuk tiap gigi geligi dan tidak memiliki tengah lengkung yang signifikan. Penyebab antropologi dan fungsi lengkung spee ini belum jelas.9


3.1 Kesimpulan
Karies merupakan suatu keadaan di mana gigi kehilangan mineral secara berlanjut dan kronik dari email di korona atau permukaan akar gigi yang disebabkan oleh flora bakteri dan produk-produknya.
Sebelum terjadinya karies ada baiknya jika dilakukan perawatan non-invasif untuk mencegah terjadinya karies dan apabila sudah terjadi maka dilakukan perawatan invasive dengan prinsip minimal intervensi untuk tetap mempertahankan jaringan gigi yang masih bisa melanjutkan proses remineralisasi. Apabila kavitas sudah meluas atau sudah kehilangan struktur dari gigi misalnya cusp pada gigi posterior dan edge insisal pada gigi posterior dibutuhkan perawatan dengan restorasi indirect dan dilakukan perawatan saluran akar. Namun, apabila gigi sudah berubah warna maka harus dilakukan perawatan pemutihan gigi (bleaching).


3.2 Saran
Dari penulisan makalah ini penulis berharap makalah ini ada kiranya bermanfaat untuk semua kalangan baik dari mahasiswa maupun pihak umum. Sebelum terjadinya karies ada baiknya dilakukan perawatan non-invasif dan apabila sudah terjadi kavitas dilanjutkan dengan perawatan invasive dengan prinsip minimal intervensi agar gigi yang belum terinfeksi masih bisa dipertahankan.


DAFTAR PUSTAKA
1. R. J. Andlaw WP. Perawatan Gigi Anak. Jakarta: EGC. 1992, hal. 31-61.
2. B. Finn and Sidney. Clinical Pedodontic 4th Ed. Philadelphia: WB Saunders Company. 1973.
3. Esther M. Wikins. Clinical Practice of Dental Hygienist. Philadelphia: Linpincott, page 310-313, 746-747 dan 711-718.
4. Mary Mycek. Farmakologi dengan Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya Medika, hal. 134-143.
5. Gunnar Bergenholtz, Preben, and Claes Reit (Ed). Textbook of Endodontology. Copenhagen: Munskgaard. 2003. Page 67-68.
6. Rasinta Tarigan. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: Widya Medika. 1994.
7. Theodore, Herald and Edward (Ed). Sturdevant’s: Arts and Science of Operative Dentistry. St. Louis: Mosby, page 709-803.
8. Mary Bath and Margareth J.F. Dental Embryology, Histology and Anatomy. USA: Elsevier. 2005, page 326-367 dan 342-343.
9. Gross Martin (alih bahasa). Oklusi dalam Kedokteran Gigi Restoratif. Surabaya: Universitas Airlangga Press. 1982, hal. 52-53.

2 komentar:

  1. mantap kali kakak..kmrn tutor ina ambil pny kakak..mksh kak ya..

    BalasHapus
  2. sama2 dek...
    lama ga posting lg, ni baru sempat...
    alhamdulilah jika bermanfaat.. :):)

    BalasHapus