CALONDOKTERGIGI
Sabtu, 24 November 2012
Prostodontologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang berhubungan gigi tiruan baik gigi tiruan jembatan, gigi tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan kerangka logam maupun gigi tiruan penuh. Dokter gigi yang mengambil spesialisasi gigi tiruan disebut dengan prostodontis.
Selasa, 11 September 2012
SISTEM STOGMATOGNATIK
Oklusi
Definisi Oklusi
Oklusi adalah kontak maksimum gigi di antara rahag atas dan rahang bawah. Oklusi adalah keadaan di mana gigi geligi tersusun secara pas (fit) satu dengan yang lainnya di dalam dan di antara rahang.
Ada beberapa macam oklusi, yaitu:
a. Oklusi normal adalah oklusi yang memiliki bentuk dan posisi gigi dan jaringan sekitar berada dalam batas-batas normal.
b. Oklusi normal individu adalah oklusi yang terbentuk dari sedikit anomaly pada bentuk dan posisi gigi serta jaringan sekitar tampak normal untuk seseorang dan belum tentu normal pada individu lain.
c. Oklusi ideal adalah bentuk dan posisi gigi serta kedudukan dengan jaringan sekitar harus normal sehingga jarang dijumpai.1
Klasifikasi Oklusi
Klasifikasi oklusi dibagi menjadi:
a. Oklusi statis yang mengacu pada posisi di mana gigi geligi atas dan gigi bawah saling berkontak.
Pada saat oklusi statis, mandibula berada dalam dua posisi utama:
1. Posisi kontak retrusi (relasi sentrik) adalah letak ujung mandibula berada dalam posisi paling retrusi.
2. Posisi intercusp (oklusi sentrik) adalah posisi gigi yang memungkinkan terjadinya kontak maksimum ketika gigi beroklusi.2
b. Oklusi fungsional/dinamis mengacu pada gerak fungsional dari mandibula dan karena itu gigi geligi bawah berkontak dengan gigi geligi atas.
Pada sebagian besar gigi geligi, gerak antero-posterior dan lateral dari posisi intercusp akan menyebabkan hilangnya kontak oklusal pada sebagian lengkung gigi. Pada gerak ke depan, gigi-gigi insisivus bawah akan overjet dan berkontak dengan bagian palatal gigi insisivus atas, menyebabkan gigi-gigi posterior keluar dari kontaknya.
Pada saat pengunyahan normal, gigi-gigi harus berada pada posisi yang tepat agar bisa terjadi gerak fungsional tanpa halangan dari gigi yang malposisi. Jika terdapat beberapa gigi yang malposisi baik karena perkembangan, restorasi, ortodonsi, kontak gigi selama pengunyahan dapat menyebabkan kesalahan kontak, gangguan fungsi pengunyahan, penyakit periodontal dan gangguan TMJ.3
Kunci Oklusi
Menurut Andrew, ada beberapa dasar oklusi normal (6 kunci oklusi):
1. Hubungan molar sebagai hubungan molar dan caninus kelas I.
2. Sudut mahkota gigi dibentuk oleh garis sepanjang sumbu gigi terhadap dataran oklusi.
3. Inklinasi gigi berada dalam arah labio lingual terhadap dataran oklusi.
4. Tidak terdapat rotasi.
5. Tidak terdapat diastema.
6. Curve of Spee relative datar.4
Maloklusi
Definisi Maloklusi
Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi atau malrelasi lengkung geligi (rahang) diluar rentang kewajaran yang dapat diterima.5
Klasifikasi Maloklusi
• Klasifikasi Sistem Angel’s
1. Oklusi Kelas I Angle
Neutro Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di groove bukal molar pertama mandibula.
2. Oklusi Kelas II Angle
Disto Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di sebelah mesial groove bukal molar pertama mandibula.Dimana kedudukan posisi mandibula berada disebelah distal terhadap kranium.
- Kelas II divisi 1
Insisiv atas proklinasi, meskipun insisiv atas inklinasinya normal tetapi terdapat jarak gigit dan tumpang gigit yang bertambah.
- Kelas II divisi 2
Insisiv sentral atas retroklinasi. Kadang-kadang insisiv lateral proklinasi, miring ke mesial atau rotasi mesiolabial. Jarak gigit biasanya dalam batas normal tetapi terkadang sedikit bertambah.
3. Oklusi Kelas III Angle
Mesio Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di sebelah distal groove bukal molar pertama mandibula. Dimana kedudukan posisi mandibula lebih ke mesial terhadap kranium.
a. Kelas 1 Angle
b. Kelas 2 Angle Divisi 1
c. Kelas 2 Angle Divisi 2
d. Kelas 3 Angle
• Klasifikasi Dewey, yaitu modifikasi dari kelas I dan kelas III Angle.
1. Modifikasi Angle’s kelas I
- Tipe 1: Angle kelas I dengan gigi anterior maksila crowding.
- Tipe 2: Angle kelas I dengan gigi anterior maksila labio version.
- Tipe 3: Angle kelas I dengan gigi Insisivus maksila lingual version terhadap Insisivus mandibula (anterior crossbite).
- Tipe 4: Molar dan Premolar pada bucco atau linguo version, tapi Insisivus dan kaninus dalam jajaran normal (crossbite posterior).
- Tipe 5: Molar ke arah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi tersebut (contohnya hilangnya molar dan premolar kedua desidui lebih awal).
2. Modifikasi Angle’s kelas III
- Tipe 1: suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran yang normal, tetapi oklusi di anteriror terjadi edge to edge.
- Tipe 2: Insisivus mandibula crowding dengan maksila (akibat insisivus maksila yang terletak ke arah lingual).
- Tipe 3: lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi crossbite pada insisivus maksila yang crowding dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus.
• Klasifikasi Lischers, modifikasi dengan klasifikasi Angle:
1. Neutroklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas I
2. Distoklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas II
3. Mesioklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas III
Nomenklatur Lischer untuk malposisi perindividual gigi-geligi menyangkut penambahan “versi” pada sebuah kata untuk mengindikasikan penyimpangan dari posisi normal:
1. Mesioversi, lebih ke mesial dari posisi normal
2. Distoversi, lebih ke distal dari posisi normal
3. Linguoversi, lebih ke lingual dari posisi normal
4. Labioversi, lebih ke labial dari posisi normal
5. Infraversi, lebih rendah atau jauh dari garis oklusi
6. Supraversi, lebih tinggi atau panjang melewati garis oklusi
7. Axiversi, inklinasi aksial yang salah, tipped
8. Torsiversi, rotasi pada sumbunya yang panjang
9. Transversi, perubahan pada urutan posisi
• Klasifikasi Bennette, klasifikasi ini berdasarkan etiologinya:
1. Kelas I : abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal.
2. Kelas II : abnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu lengkung sesuai kerusakan perkembangan tulang.
3. Kelas III : abnormal hubungan di antara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu lengkung dan kontur fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang.
• Klasifikasi Simons
Simons (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi terhadap wajah dan cranial dalam tiga bidang ruang:
1. FHP (Frankfort Horizontal Plane)
FHP atau bidang mata-telinga ditentukan dengan menggambarkan garis lurus hingga margin tulang secara langsung di bawah pupil mata hingga ke margin atas meatus eksternal auditory.
a. Attraksi: saat lengkung gigi atau bagian dari penutup bidang FHP menunjukkan suatu yang mendekati.
b. Abstraksi: saat lengkung gigi atau bagian dari penutup bidang FHP menunjukkan suatu yang menjauhi.
2. Bidang Orbital
Maloklusi menggambarkan penyimpangan antero-posterior berdasarkan jaraknya adalah:
a. Protaksi: Gigi, satu atau dua, lengkung dental, atau rahang terlalu jauh ke depan.
b. Retraksi: satu gigi atau lebih lengkung gigi dan atau rahang terlalu jauh ke depan.
3. Bidang Midsagital
a. Kontraksi: sebagian atau seluruh lengkung dental digerakkan menuju bidang midsagital.
b. Distraksi: sebagian atau seluruh lengkung gigi berada pada jarak yang lebih normal.
Sistem Stogmatognatik
Definisi
Sistem stomatognatik adalah kesatuan system yang berbeda pada rongga mulut dan berfungsi dalam oklusi, mastikasi, bicara, artikulasi dan sebagainya.
Bagian-Bagian Sistem Stogmatognatik
Sistem stomatognati terdiri atas:
a. Gigi
a. Mahkota
b. Akar
b. Jaringan gigi
a. Email
b. Dentin
c. Pulpa
c. Jaringan periodontal
a. Gingival
b. Ligament periodontal
c. Sementum
d. Tulang alveolar
d. Membrane mukosa
e. Palatum
f. TMJ
a. Kondilus
b. Fossa
c. Disk
g. Saliva
a. Sekresi saliva
b. Flow saliva
h. Inervasi
i. Vaskularisasi
j. Otot-otot mastikasi7
Kewajiban Dan Kewenangan Dokter Gigi
Definisi Kode Etik
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Kode etik profesi merupakan suatu pedoman untuk menjalankan profesi dalam rangka menjaga mutu moral dari profesi itu sendiri, sekaligus untuk menjaga kualitas dan independensi serta pandangan masyarakat terhadap profesi tersebut, termasuk juga terhadap profesi hukum.8
Etika Profesi Dokter Gigi
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupa¬kan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghin¬dari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan.
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat "built-in mechanism" berupa kode etik profesi diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999). Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya, terutama di bidang kesehatan. Oleh karena itu, dalam kedokteran gigi juga ada diatur tentang kode etik.9
ISI KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA (KODEKGI)
(SK MENTERI KESEHATAN RI NO. 128/MENKES/SK/III/1981)
1. Menjadi kewajiban semua dokter gigi yang menjalankan praktek di Indonesia untuk mentaati dan mengamalkan petunjuk-petunjuk yang tertera dalam kode etik kedokteran gigi Indonesia.
2. Seorang dokter gigi berkewajiban untuk bekerja dengan penuh pengabdian bagi kepentingan pelayanan masyarakat, kemajuan ilmu kedokteran gigi, dan bagi martabat profesi kedokteran gigi.
3. Sebagai manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila dokter gigi berkewajiban menjunjung tinggi norma hidup yang luhur, dalam kehidupan pribadinya dan dalam menjalankan pekerjaannya.
4. Dalam menjalankan pekerjaannya, seorang dokter gigi janganlah melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan etik, misalnya :
a. Melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri, baik yang menyangkut kepandaiannya, kecanggihan peralatannya, maupun cara pengobatannya.
b. Melakukan usaha-usaha untuk menarik perhatian umum, melalui cara yang tidak wajar, supaya praktek lebih dikenal orang.
c. Menjual obat di tempat praktek, bukan dengan maksud memberikan pertolongan pertama.
d. Melakukan tindakan kedokteran gigi tanpa indikasi bahwa tindakan itu perlu dilakukan hanya dengan maksud mendapatkan keuntungan belaka dari tindakan itu.
e. Meminta uang jasa atau menetapkan tarif pengobatan yang tidak wajar yang melampaui batas-batas yang tidak lazim.
f. Mempergunakan gelar yang tidak menjadi haknya.
g. Melakukan atau mencoba melakukan tindakan-tindakan yang bersifat asusila terhadap penderita di kamar prakteknya.
h. Seorang dokter gigi hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.10
Orthodontik-Prosthodontik
Orthodontik
Orthodontik adalah cabang kedokteran gigi yang mempelajari pencegahan, interseptif, dan koreksi dari maloklusi dan keabnormalan yang lain pada regio dentofasial.
Ruang lingkup Orthodontik :
1. Perubahan dalam posisi gigi
Perawatan ortodonti dapat dilakukan dengan kenyataan bahwa gigi dapat digerakkan melalui tulang ke posisi yang diinginkan dengan cara memberikan kekuatan tertentu pada gigi yang selanjutnya kekuatan tersebut diteruskan ke tulang. Sebagian besar maloklusi yang hanya mengenai susunan gigi atau sistem dental dapat dirawat sempurna untuk mencapai oklusi normal.
2. Perubahan dalam pola skeletal
Maloklusi dapat terjadi akibat disharmoni skeletal yang melibatkan tulang rahang (maksila dan mandibula). Penyimpangan dapat berupa ukuran, posisi dan hubungan antar komponen. Keadaan ini merupakan bidang spesialis ortodonti untuk mengaplikasikan gaya ortopedi yang tepat yang mampu menahan, mendorong atau mengubah pertumbuhan skeletal agar menjadi normal.
Klasifikasi perawatan dalam orthodonti
1. Preventif orthodontik
Meliputi prosedur yang dilakukan sebelum terjadinya maloklusi sebagai antisipasi dari berkembangnya maloklusi.
2. Interseptif orthodontik
Meliputi prosedur yang dilakukan pada tahap awal maloklusi untuk menghilangkan atau mengurangi keparahan.
3. Korektif orthodontik
Untuk mengoreksi maloklusi yang telah terjadi.
4. Surgical orthodontik
Prosedur bedah yang dilakukan bersamaan dengan atau sebagai tambahan perawatan orthodonti. Biasanya untuk menghilangkan faktor etiologi atau untuk merawat kelainan dentofasial yang sangat parah yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi orthodonti saja.6
Tujuan Perawatan Ortodonti
Tujuan perawatan dan sasaran terapi ortodonti telah diringkaskan oleh Jackson sebagai Jackson’s triad. Tiga sasaran utama dari perawatan ortodonti adalah :
2. Efisiensi fungsional
Banyak maloklusi yang mempengaruhi fungsi normal dari sistem stomatognatik. Perawatan ortodonti sebaiknya bertujuan pada perbaikan fungsional dari bagian-bagian oro-fasial.
3. Keseimbangan struktural
Regio oro-fasial terdiri dari sistem dento-alveolar, jaringan skeletal, jaringan lunak & otot. Perawatan ortodonti yang stabil dapat diperoleh hanya dengan mempertahankan suatu keseimbangan antara tiga sistem jaringan tersebut.
4. Estetis yang harmonis
Sebagian besar alasan pasien yang datang mencari perawatan ortodonti adalah untuk memperbaiki penampilan gigi dan wajah. Sebagian besar maloklusi menyebabkan penampilan gigi yang tidak menarik dan karena itu mempengaruhi cerminan diri seseorang, kesejahteraan dan kesuksesan dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, perawatan ortodonti bertujuan untuk memperbaiki estetis pada individu.
Prosthodontik
Prosthodontik merupakan cabang ilmu pengetahuan dan seni kedokteran gigi yang berhubungan dengan penggantian gigi yang hilang dan jaringan mulut untuk merestorasi dan memelihara bentuk mulut, fungsi, penampilan dan kesehatan.
Cabang- cabang Prosthodontik:
Ada 3 divisi utama dari prosthodontik:
1. Prosthodontik cekat ( Fixed Prosthodontic )
Adalah cabang prostodontik yang berhubungan dengan penggantian dan restorasi gigi dengan penggantian artifisiat ( buatan )yang tidak bias dilepas dari mulut.
2. Prosthodontik lepasan ( Removoble Prosthodontic )
Adalah penggantian gigi yang hilang dan jaringan yang berkontak dengan prostesis yang didesain untuk bias dilepas oleh pemakai.
3. Maxilafasial Prosthodontik
Adalah cabang prostodonti yang meliputi restorasi dan atau penggantian system stomatognatik dan berhubungan dengan struktur fasial ( wajah ) yang telah terkena oleh penyakit, luka, bedah, atau defek kongenital.11
Integrasi ortho-prostho
Indikasi upaya pelestarian kolaboratif ortho-prosto meliputi integritas dari lengkung gigi, faktor biomekanik, keterbatasan dalam desain prostesis, penampilan estetik, pertimbangan periodontal, pencegahan maloklusi, dan retensi lebih baik dari posisi gigi. Contoh, pada pasien yang telah lama kehilangan gigi dan ingin dipakaian fixed implant, maka sebelumnya harus dipakaikan pesawat othodontik untuk mengembalikan posisi oklusi yang normal. Setelah itu baru dilakukan perawatan prosto.
Sistem Mastikasi
Mastikasi atau pengunyahan adalah fungsi yang meliputi oklusi dan artikulasi gigi heligi untuk pengunyahan, mengigit dan menelan. Gigi-gigi juga terlibat dalam fungsi respirasi, membentuk penutupan bibir, bicara dan eksperi wajah, walaupun tidak dalam keadaan berkontak. Walaupun fungsi ini dapat mempengaruhi atau di pengaruhi oleh relasi oklusal atau artikular, patut diketahui gerakan yang menimbulkan relasi tersebut dan apa yang terjadi jika hal ini berubah.
Tatalaksana klinis dalam pengembalian fungsi mastikasi
Kriteria untuk fungsi oklusal yang baik :
1. Mastikasi bilateral yang bergantian
2. Kontak ringan pada posisi intercusp ketika menelan
3. Gerak mengunyah kedalam dan keluar yang bebas dari kontak defleksi pada sisi kerja maupu non kerja
4. Tidak ada gerak mengerot atau kebiasaan para fungsi lain
5. Tidak ada gerak adaptasi dagu atau bibir pada saat menelan
6. Tidak ada bunyi saat mastikasi maupum membuka mulut lebar
7. Tidak ada deviasi mandibula waktu mulut di buka lebar
8. Tidak ada kontak gigi pada saat berbicara atau melakukan ekspresi wajah
9. Penampilan yang baik12
Kesimpulan
Salah satu komponen penting dalam sistem dan fungsi sistem stogmatognatik yang memiliki peran yang sangat besar adalah gigi-geligi, khususnya pada proses mastikasi, berbicara, dan juga estetika wajah. Susunan gigi yang baik dan benar tidak hanya berperan terhadap kesehatan rongga mulut tetapi juga berpengaruh kepada rasa percaya diri dan kepribadian. Koreksi posisi gigi yang tidak normal merupakan suatu faktor penting untuk mendapatkan fungsi dan estetis serta untuk pemeliharaan dan perbaikan kesehatan gigi yang optimal. Maloklusi berupa posisi gigi yang tidak baik atau relasi rahang yang tidak normal tidak saja merugikan terhadap kesehatan individu, namun dapat menyebabkan fungsi yang tidak baik serta estetis yang kurang menyenangkan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu perawatan untuk kasus-kasus seperti ini. Ortodonti adalah ilmu yang mempelajari kelainan pertumbuhan dan perkembangan kraniodentofasial yang berhubungan dengan fungsi sistem stomatognatik dan estetika dengan upaya ortodonti preventif, interseptif dan kuratif baik secara nonbedah maupun bedah sesuai dengan proses tumbuh-kembang untuk mengembalikan fungsi sistem stomatognasi dan estetika secara optimal. Sementara prostodonsia adalah cabang ilmu kedokteran kigi yang dimaksudkan untuk merestorasi dan mempertahankan fungsi rongga mulut, kenyamanan, estetika dan kesehatan pasien dengan cara merestorasi gigi geligi asli dan atau mengganti gigi-gigi yang sudah tanggal dan jaringan rongga mulut serta maksilofasial yang sudah rusak dengan pengganti tiruan.
SISTEM STOMATOGNATI
Oklusi Definisi Oklusi
Oklusi adalah kontak maksimum gigi di antara rahag atas dan rahang bawah. Oklusi adalah keadaan di mana gigi geligi tersusun secara pas (fit) satu dengan yang lainnya di dalam dan di antara rahang. Ada beberapa macam oklusi, yaitu: a. Oklusi normal adalah oklusi yang memiliki bentuk dan posisi gigi dan jaringan sekitar berada dalam batas-batas normal. b. Oklusi normal individu adalah oklusi yang terbentuk dari sedikit anomaly pada bentuk dan posisi gigi serta jaringan sekitar tampak normal untuk seseorang dan belum tentu normal pada individu lain. c. Oklusi ideal adalah bentuk dan posisi gigi serta kedudukan dengan jaringan sekitar harus normal sehingga jarang dijumpai.1 2.1.2 Klasifikasi Oklusi Klasifikasi oklusi dibagi menjadi: a. Oklusi statis yang mengacu pada posisi di mana gigi geligi atas dan gigi bawah saling berkontak. Pada saat oklusi statis, mandibula berada dalam dua posisi utama: 1. Posisi kontak retrusi (relasi sentrik) adalah letak ujung mandibula berada dalam posisi paling retrusi. 2. Posisi intercusp (oklusi sentrik) adalah posisi gigi yang memungkinkan terjadinya kontak maksimum ketika gigi beroklusi.2 b. Oklusi fungsional/dinamis mengacu pada gerak fungsional dari mandibula dan karena itu gigi geligi bawah berkontak dengan gigi geligi atas. Pada sebagian besar gigi geligi, gerak antero-posterior dan lateral dari posisi intercusp akan menyebabkan hilangnya kontak oklusal pada sebagian lengkung gigi. Pada gerak ke depan, gigi-gigi insisivus bawah akan overjet dan berkontak dengan bagian palatal gigi insisivus atas, menyebabkan gigi-gigi posterior keluar dari kontaknya. Pada saat pengunyahan normal, gigi-gigi harus berada pada posisi yang tepat agar bisa terjadi gerak fungsional tanpa halangan dari gigi yang malposisi. Jika terdapat beberapa gigi yang malposisi baik karena perkembangan, restorasi, ortodonsi, kontak gigi selama pengunyahan dapat menyebabkan kesalahan kontak, gangguan fungsi pengunyahan, penyakit periodontal dan gangguan TMJ.3 2.1.3 Kunci Oklusi Menurut Andrew, ada beberapa dasar oklusi normal (6 kunci oklusi): 1. Hubungan molar sebagai hubungan molar dan caninus kelas I. 2. Sudut mahkota gigi dibentuk oleh garis sepanjang sumbu gigi terhadap dataran oklusi. 3. Inklinasi gigi berada dalam arah labio lingual terhadap dataran oklusi. 4. Tidak terdapat rotasi. 5. Tidak terdapat diastema. 6. Curve of Spee relative datar.4 2.2 Maloklusi 2.2.1 Definisi Maloklusi Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi atau malrelasi lengkung geligi (rahang) diluar rentang kewajaran yang dapat diterima.5 2.2.2 Klasifikasi Maloklusi6 • Klasifikasi Sistem Angel’s 1. Oklusi Kelas I Angle Neutro Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di groove bukal molar pertama mandibula. 2. Oklusi Kelas II Angle Disto Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di sebelah mesial groove bukal molar pertama mandibula.Dimana kedudukan posisi mandibula berada disebelah distal terhadap kranium. - Kelas II divisi 1 Insisiv atas proklinasi, meskipun insisiv atas inklinasinya normal tetapi terdapat jarak gigit dan tumpang gigit yang bertambah. - Kelas II divisi 2 Insisiv sentral atas retroklinasi. Kadang-kadang insisiv lateral proklinasi, miring ke mesial atau rotasi mesiolabial. Jarak gigit biasanya dalam batas normal tetapi terkadang sedikit bertambah. 3. Oklusi Kelas III Angle Mesio Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di sebelah distal groove bukal molar pertama mandibula. Dimana kedudukan posisi mandibula lebih ke mesial terhadap kranium. • Klasifikasi Dewey, yaitu modifikasi dari kelas I dan kelas III Angle. 1. Modifikasi Angle’s kelas I - Tipe 1: Angle kelas I dengan gigi anterior maksila crowding. - Tipe 2: Angle kelas I dengan gigi anterior maksila labio version. - Tipe 3: Angle kelas I dengan gigi Insisivus maksila lingual version terhadap Insisivus mandibula (anterior crossbite). - Tipe 4: Molar dan Premolar pada bucco atau linguo version, tapi Insisivus dan kaninus dalam jajaran normal (crossbite posterior). - Tipe 5: Molar ke arah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi tersebut (contohnya hilangnya molar dan premolar kedua desidui lebih awal). 2. Modifikasi Angle’s kelas III - Tipe 1: suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran yang normal, tetapi oklusi di anteriror terjadi edge to edge. - Tipe 2: Insisivus mandibula crowding dengan maksila (akibat insisivus maksila yang terletak ke arah lingual). - Tipe 3: lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi crossbite pada insisivus maksila yang crowding dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus. • Klasifikasi Lischers, modifikasi dengan klasifikasi Angle: 1. Neutroklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas I 2. Distoklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas II 3. Mesioklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas III Nomenklatur Lischer untuk malposisi perindividual gigi-geligi menyangkut penambahan “versi” pada sebuah kata untuk mengindikasikan penyimpangan dari posisi normal: 1. Mesioversi, lebih ke mesial dari posisi normal 2. Distoversi, lebih ke distal dari posisi normal 3. Linguoversi, lebih ke lingual dari posisi normal 4. Labioversi, lebih ke labial dari posisi normal 5. Infraversi, lebih rendah atau jauh dari garis oklusi 6. Supraversi, lebih tinggi atau panjang melewati garis oklusi 7. Axiversi, inklinasi aksial yang salah, tipped 8. Torsiversi, rotasi pada sumbunya yang panjang 9. Transversi, perubahan pada urutan posisi • Klasifikasi Bennette, klasifikasi ini berdasarkan etiologinya: 1. Kelas I : abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal. 2. Kelas II : abnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu lengkung sesuai kerusakan perkembangan tulang. 3. Kelas III : abnormal hubungan di antara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu lengkung dan kontur fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang. • Klasifikasi Simons Simons (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi terhadap wajah dan cranial dalam tiga bidang ruang: 1. FHP (Frankfort Horizontal Plane) FHP atau bidang mata-telinga ditentukan dengan menggambarkan garis lurus hingga margin tulang secara langsung di bawah pupil mata hingga ke margin atas meatus eksternal auditory. a. Attraksi: saat lengkung gigi atau bagian dari penutup bidang FHP menunjukkan suatu yang mendekati. b. Abstraksi: saat lengkung gigi atau bagian dari penutup bidang FHP menunjukkan suatu yang menjauhi. 2. Bidang Orbital Maloklusi menggambarkan penyimpangan antero-posterior berdasarkan jaraknya adalah: a. Protaksi: Gigi, satu atau dua, lengkung dental, atau rahang terlalu jauh ke depan. b. Retraksi: satu gigi atau lebih lengkung gigi dan atau rahang terlalu jauh ke depan. 3. Bidang Midsagital a. Kontraksi: sebagian atau seluruh lengkung dental digerakkan menuju bidang midsagital. b. Distraksi: sebagian atau seluruh lengkung gigi berada pada jarak yang lebih normal. 2.3 Sistem Stogmatognatik 2.3.1 Definisi Sistem stomatognatik adalah kesatuan system yang berbeda pada rongga mulut dan berfungsi dalam oklusi, mastikasi, bicara, artikulasi dan sebagainya. 2.3.2 Bagian-Bagian Sistem Stogmatognatik Sistem stomatognati terdiri atas: a. Gigi a. Mahkota b. Akar b. Jaringan gigi a. Email b. Dentin c. Pulpa c. Jaringan periodontal a. Gingival b. Ligament periodontal c. Sementum d. Tulang alveolar d. Membrane mukosa e. Palatum f. TMJ a. Kondilus b. Fossa c. Disk g. Saliva a. Sekresi saliva b. Flow saliva h. Inervasi i. Vaskularisasi j. Otot-otot mastikasi7 2.4 Kewajiban Dan Kewenangan Dokter Gigi 2.4.1 Definisi Kode Etik Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik profesi merupakan suatu pedoman untuk menjalankan profesi dalam rangka menjaga mutu moral dari profesi itu sendiri, sekaligus untuk menjaga kualitas dan independensi serta pandangan masyarakat terhadap profesi tersebut, termasuk juga terhadap profesi hukum.8 2.4.2 Etika Profesi Dokter Gigi Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupa¬kan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghin¬dari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat "built-in mechanism" berupa kode etik profesi diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999). Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya, terutama di bidang kesehatan. Oleh karena itu, dalam kedokteran gigi juga ada diatur tentang kode etik.9 2.4.3 ISI KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA (KODEKGI) (SK MENTERI KESEHATAN RI NO. 128/MENKES/SK/III/1981) 1. Menjadi kewajiban semua dokter gigi yang menjalankan praktek di Indonesia untuk mentaati dan mengamalkan petunjuk-petunjuk yang tertera dalam kode etik kedokteran gigi Indonesia. 2. Seorang dokter gigi berkewajiban untuk bekerja dengan penuh pengabdian bagi kepentingan pelayanan masyarakat, kemajuan ilmu kedokteran gigi, dan bagi martabat profesi kedokteran gigi. 3. Sebagai manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila dokter gigi berkewajiban menjunjung tinggi norma hidup yang luhur, dalam kehidupan pribadinya dan dalam menjalankan pekerjaannya. 4. Dalam menjalankan pekerjaannya, seorang dokter gigi janganlah melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan etik, misalnya : a. Melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri, baik yang menyangkut kepandaiannya, kecanggihan peralatannya, maupun cara pengobatannya. b. Melakukan usaha-usaha untuk menarik perhatian umum, melalui cara yang tidak wajar, supaya praktek lebih dikenal orang. c. Menjual obat di tempat praktek, bukan dengan maksud memberikan pertolongan pertama. d. Melakukan tindakan kedokteran gigi tanpa indikasi bahwa tindakan itu perlu dilakukan hanya dengan maksud mendapatkan keuntungan belaka dari tindakan itu. e. Meminta uang jasa atau menetapkan tarif pengobatan yang tidak wajar yang melampaui batas-batas yang tidak lazim. f. Mempergunakan gelar yang tidak menjadi haknya. g. Melakukan atau mencoba melakukan tindakan-tindakan yang bersifat asusila terhadap penderita di kamar prakteknya. h. Seorang dokter gigi hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.10 2.5 Orthodontik-Prosthodontik 2.5.1 Orthodontik Orthodontik adalah cabang kedokteran gigi yang mempelajari pencegahan, interseptif, dan koreksi dari maloklusi dan keabnormalan yang lain pada regio dentofasial. Ruang lingkup Orthodontik : 1. Perubahan dalam posisi gigi Perawatan ortodonti dapat dilakukan dengan kenyataan bahwa gigi dapat digerakkan melalui tulang ke posisi yang diinginkan dengan cara memberikan kekuatan tertentu pada gigi yang selanjutnya kekuatan tersebut diteruskan ke tulang. Sebagian besar maloklusi yang hanya mengenai susunan gigi atau sistem dental dapat dirawat sempurna untuk mencapai oklusi normal. 2. Perubahan dalam pola skeletal Maloklusi dapat terjadi akibat disharmoni skeletal yang melibatkan tulang rahang (maksila dan mandibula). Penyimpangan dapat berupa ukuran, posisi dan hubungan antar komponen. Keadaan ini merupakan bidang spesialis ortodonti untuk mengaplikasikan gaya ortopedi yang tepat yang mampu menahan, mendorong atau mengubah pertumbuhan skeletal agar menjadi normal. Klasifikasi perawatan dalam orthodonti: 1. Preventif orthodontik Meliputi prosedur yang dilakukan sebelum terjadinya maloklusi sebagai antisipasi dari berkembangnya maloklusi. 2. Interseptif orthodontik Meliputi prosedur yang dilakukan pada tahap awal maloklusi untuk menghilangkan atau mengurangi keparahan. 3. Korektif orthodontik Untuk mengoreksi maloklusi yang telah terjadi. 4. Surgical orthodontik Prosedur bedah yang dilakukan bersamaan dengan atau sebagai tambahan perawatan orthodonti. Biasanya untuk menghilangkan faktor etiologi atau untuk merawat kelainan dentofasial yang sangat parah yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi orthodonti saja.6 Tujuan Perawatan Ortodonti Tujuan perawatan dan sasaran terapi ortodonti telah diringkaskan oleh Jackson sebagai Jackson’s triad. Tiga sasaran utama dari perawatan ortodonti adalah : 2. Efisiensi fungsional Banyak maloklusi yang mempengaruhi fungsi normal dari sistem stomatognatik. Perawatan ortodonti sebaiknya bertujuan pada perbaikan fungsional dari bagian-bagian oro-fasial. 3. Keseimbangan struktural Regio oro-fasial terdiri dari sistem dento-alveolar, jaringan skeletal, jaringan lunak & otot. Perawatan ortodonti yang stabil dapat diperoleh hanya dengan mempertahankan suatu keseimbangan antara tiga sistem jaringan tersebut. 4. Estetis yang harmonis Sebagian besar alasan pasien yang datang mencari perawatan ortodonti adalah untuk memperbaiki penampilan gigi dan wajah. Sebagian besar maloklusi menyebabkan penampilan gigi yang tidak menarik dan karena itu mempengaruhi cerminan diri seseorang, kesejahteraan dan kesuksesan dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, perawatan ortodonti bertujuan untuk memperbaiki estetis pada individu. 2.5.2 Prosthodontik Prosthodontik merupakan cabang ilmu pengetahuan dan seni kedokteran gigi yang berhubungan dengan penggantian gigi yang hilang dan jaringan mulut untuk merestorasi dan memelihara bentuk mulut, fungsi, penampilan dan kesehatan. Cabang- cabang Prosthodontik: Ada 3 divisi utama dari prosthodontik: 1. Prosthodontik cekat ( Fixed Prosthodontic ) Adalah cabang prostodontik yang berhubungan dengan penggantian dan restorasi gigi dengan penggantian artifisiat ( buatan )yang tidak bias dilepas dari mulut. 2. Prosthodontik lepasan ( Removoble Prosthodontic ) Adalah penggantian gigi yang hilang dan jaringan yang berkontak dengan prostesis yang didesain untuk bias dilepas oleh pemakai. 3. Maxilafasial Prosthodontik Adalah cabang prostodonti yang meliputi restorasi dan atau penggantian system stomatognatik dan berhubungan dengan struktur fasial ( wajah ) yang telah terkena oleh penyakit, luka, bedah, atau defek kongenital.11 Intrgrasi ortho-prostho : Indikasi upaya pelestarian kolaboratif ortho-prosto meliputi integritas dari lengkung gigi, faktor biomekanik, keterbatasan dalam desain prostesis, penampilan estetik, pertimbangan periodontal, pencegahan maloklusi, dan retensi lebih baik dari posisi gigi. Contoh, pada pasien yang telah lama kehilangan gigi dan ingin dipakaian fixed implant, maka sebelumnya harus dipakaikan pesawat othodontik untuk mengembalikan posisi oklusi yang normal. Setelah itu baru dilakukan perawatan prosto. 2.6 Sistem Mastikasi Mastikasi atau pengunyahan adalah fungsi yang meliputi oklusi dan artikulasi gigi heligi untuk pengunyahan, mengigit dan menelan. Gigi-gigi juga terlibat dalam fungsi respirasi, membentuk penutupan bibir, bicara dan eksperi wajah, walaupun tidak dalam keadaan berkontak. Walaupun fungsi ini dapat mempengaruhi atau di pengaruhi oleh relasi oklusal atau artikular, patut diketahui gerakan yang menimbulkan relasi tersebut dan apa yang terjadi jika hal ini berubah. Tatalaksana klinis dalam pengembalian fungsi mastikasi. Kriteria untuk fungsi oklusal yang baik : 1. Mastikasi bilateral yang bergantian 2. Kontak ringan pada posisi intercusp ketika menelan 3. Gerak mengunyah kedalam dan keluar yang bebas dari kontak defleksi pada sisi kerja maupu non kerja 4. Tidak ada gerak mengerot atau kebiasaan para fungsi lain 5. Tidak ada gerak adaptasi dagu atau bibir pada saat menelan 6. Tidak ada bunyi saat mastikasi maupum membuka mulut lebar 7. Tidak ada deviasi mandibula waktu mulut di buka lebar 8. Tidak ada kontak gigi pada saat berbicara atau melakukan ekspresi wajah 9. Penampilan yang baik12 Kesimpulan Salah satu komponen penting dalam sistem dan fungsi sistem stogmatognatik yang memiliki peran yang sangat besar adalah gigi-geligi, khususnya pada proses mastikasi, berbicara, dan juga estetika wajah. Susunan gigi yang baik dan benar tidak hanya berperan terhadap kesehatan rongga mulut tetapi juga berpengaruh kepada rasa percaya diri dan kepribadian. Koreksi posisi gigi yang tidak normal merupakan suatu faktor penting untuk mendapatkan fungsi dan estetis serta untuk pemeliharaan dan perbaikan kesehatan gigi yang optimal. Maloklusi berupa posisi gigi yang tidak baik atau relasi rahang yang tidak normal tidak saja merugikan terhadap kesehatan individu, namun dapat menyebabkan fungsi yang tidak baik serta estetis yang kurang menyenangkan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu perawatan untuk kasus-kasus seperti ini. Ortodonti adalah ilmu yang mempelajari kelainan pertumbuhan dan perkembangan kraniodentofasial yang berhubungan dengan fungsi sistem stomatognatik dan estetika dengan upaya ortodonti preventif, interseptif dan kuratif baik secara nonbedah maupun bedah sesuai dengan proses tumbuh-kembang untuk mengembalikan fungsi sistem stomatognasi dan estetika secara optimal. Sementara prostodonsia adalah cabang ilmu kedokteran kigi yang dimaksudkan untuk merestorasi dan mempertahankan fungsi rongga mulut, kenyamanan, estetika dan kesehatan pasien dengan cara merestorasi gigi geligi asli dan atau mengganti gigi-gigi yang sudah tanggal dan jaringan rongga mulut serta maksilofasial yang sudah rusak dengan pengganti tiruan.
Oklusi adalah kontak maksimum gigi di antara rahag atas dan rahang bawah. Oklusi adalah keadaan di mana gigi geligi tersusun secara pas (fit) satu dengan yang lainnya di dalam dan di antara rahang. Ada beberapa macam oklusi, yaitu: a. Oklusi normal adalah oklusi yang memiliki bentuk dan posisi gigi dan jaringan sekitar berada dalam batas-batas normal. b. Oklusi normal individu adalah oklusi yang terbentuk dari sedikit anomaly pada bentuk dan posisi gigi serta jaringan sekitar tampak normal untuk seseorang dan belum tentu normal pada individu lain. c. Oklusi ideal adalah bentuk dan posisi gigi serta kedudukan dengan jaringan sekitar harus normal sehingga jarang dijumpai.1 2.1.2 Klasifikasi Oklusi Klasifikasi oklusi dibagi menjadi: a. Oklusi statis yang mengacu pada posisi di mana gigi geligi atas dan gigi bawah saling berkontak. Pada saat oklusi statis, mandibula berada dalam dua posisi utama: 1. Posisi kontak retrusi (relasi sentrik) adalah letak ujung mandibula berada dalam posisi paling retrusi. 2. Posisi intercusp (oklusi sentrik) adalah posisi gigi yang memungkinkan terjadinya kontak maksimum ketika gigi beroklusi.2 b. Oklusi fungsional/dinamis mengacu pada gerak fungsional dari mandibula dan karena itu gigi geligi bawah berkontak dengan gigi geligi atas. Pada sebagian besar gigi geligi, gerak antero-posterior dan lateral dari posisi intercusp akan menyebabkan hilangnya kontak oklusal pada sebagian lengkung gigi. Pada gerak ke depan, gigi-gigi insisivus bawah akan overjet dan berkontak dengan bagian palatal gigi insisivus atas, menyebabkan gigi-gigi posterior keluar dari kontaknya. Pada saat pengunyahan normal, gigi-gigi harus berada pada posisi yang tepat agar bisa terjadi gerak fungsional tanpa halangan dari gigi yang malposisi. Jika terdapat beberapa gigi yang malposisi baik karena perkembangan, restorasi, ortodonsi, kontak gigi selama pengunyahan dapat menyebabkan kesalahan kontak, gangguan fungsi pengunyahan, penyakit periodontal dan gangguan TMJ.3 2.1.3 Kunci Oklusi Menurut Andrew, ada beberapa dasar oklusi normal (6 kunci oklusi): 1. Hubungan molar sebagai hubungan molar dan caninus kelas I. 2. Sudut mahkota gigi dibentuk oleh garis sepanjang sumbu gigi terhadap dataran oklusi. 3. Inklinasi gigi berada dalam arah labio lingual terhadap dataran oklusi. 4. Tidak terdapat rotasi. 5. Tidak terdapat diastema. 6. Curve of Spee relative datar.4 2.2 Maloklusi 2.2.1 Definisi Maloklusi Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi atau malrelasi lengkung geligi (rahang) diluar rentang kewajaran yang dapat diterima.5 2.2.2 Klasifikasi Maloklusi6 • Klasifikasi Sistem Angel’s 1. Oklusi Kelas I Angle Neutro Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di groove bukal molar pertama mandibula. 2. Oklusi Kelas II Angle Disto Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di sebelah mesial groove bukal molar pertama mandibula.Dimana kedudukan posisi mandibula berada disebelah distal terhadap kranium. - Kelas II divisi 1 Insisiv atas proklinasi, meskipun insisiv atas inklinasinya normal tetapi terdapat jarak gigit dan tumpang gigit yang bertambah. - Kelas II divisi 2 Insisiv sentral atas retroklinasi. Kadang-kadang insisiv lateral proklinasi, miring ke mesial atau rotasi mesiolabial. Jarak gigit biasanya dalam batas normal tetapi terkadang sedikit bertambah. 3. Oklusi Kelas III Angle Mesio Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di sebelah distal groove bukal molar pertama mandibula. Dimana kedudukan posisi mandibula lebih ke mesial terhadap kranium. • Klasifikasi Dewey, yaitu modifikasi dari kelas I dan kelas III Angle. 1. Modifikasi Angle’s kelas I - Tipe 1: Angle kelas I dengan gigi anterior maksila crowding. - Tipe 2: Angle kelas I dengan gigi anterior maksila labio version. - Tipe 3: Angle kelas I dengan gigi Insisivus maksila lingual version terhadap Insisivus mandibula (anterior crossbite). - Tipe 4: Molar dan Premolar pada bucco atau linguo version, tapi Insisivus dan kaninus dalam jajaran normal (crossbite posterior). - Tipe 5: Molar ke arah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi tersebut (contohnya hilangnya molar dan premolar kedua desidui lebih awal). 2. Modifikasi Angle’s kelas III - Tipe 1: suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran yang normal, tetapi oklusi di anteriror terjadi edge to edge. - Tipe 2: Insisivus mandibula crowding dengan maksila (akibat insisivus maksila yang terletak ke arah lingual). - Tipe 3: lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi crossbite pada insisivus maksila yang crowding dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus. • Klasifikasi Lischers, modifikasi dengan klasifikasi Angle: 1. Neutroklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas I 2. Distoklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas II 3. Mesioklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas III Nomenklatur Lischer untuk malposisi perindividual gigi-geligi menyangkut penambahan “versi” pada sebuah kata untuk mengindikasikan penyimpangan dari posisi normal: 1. Mesioversi, lebih ke mesial dari posisi normal 2. Distoversi, lebih ke distal dari posisi normal 3. Linguoversi, lebih ke lingual dari posisi normal 4. Labioversi, lebih ke labial dari posisi normal 5. Infraversi, lebih rendah atau jauh dari garis oklusi 6. Supraversi, lebih tinggi atau panjang melewati garis oklusi 7. Axiversi, inklinasi aksial yang salah, tipped 8. Torsiversi, rotasi pada sumbunya yang panjang 9. Transversi, perubahan pada urutan posisi • Klasifikasi Bennette, klasifikasi ini berdasarkan etiologinya: 1. Kelas I : abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal. 2. Kelas II : abnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu lengkung sesuai kerusakan perkembangan tulang. 3. Kelas III : abnormal hubungan di antara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu lengkung dan kontur fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang. • Klasifikasi Simons Simons (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi terhadap wajah dan cranial dalam tiga bidang ruang: 1. FHP (Frankfort Horizontal Plane) FHP atau bidang mata-telinga ditentukan dengan menggambarkan garis lurus hingga margin tulang secara langsung di bawah pupil mata hingga ke margin atas meatus eksternal auditory. a. Attraksi: saat lengkung gigi atau bagian dari penutup bidang FHP menunjukkan suatu yang mendekati. b. Abstraksi: saat lengkung gigi atau bagian dari penutup bidang FHP menunjukkan suatu yang menjauhi. 2. Bidang Orbital Maloklusi menggambarkan penyimpangan antero-posterior berdasarkan jaraknya adalah: a. Protaksi: Gigi, satu atau dua, lengkung dental, atau rahang terlalu jauh ke depan. b. Retraksi: satu gigi atau lebih lengkung gigi dan atau rahang terlalu jauh ke depan. 3. Bidang Midsagital a. Kontraksi: sebagian atau seluruh lengkung dental digerakkan menuju bidang midsagital. b. Distraksi: sebagian atau seluruh lengkung gigi berada pada jarak yang lebih normal. 2.3 Sistem Stogmatognatik 2.3.1 Definisi Sistem stomatognatik adalah kesatuan system yang berbeda pada rongga mulut dan berfungsi dalam oklusi, mastikasi, bicara, artikulasi dan sebagainya. 2.3.2 Bagian-Bagian Sistem Stogmatognatik Sistem stomatognati terdiri atas: a. Gigi a. Mahkota b. Akar b. Jaringan gigi a. Email b. Dentin c. Pulpa c. Jaringan periodontal a. Gingival b. Ligament periodontal c. Sementum d. Tulang alveolar d. Membrane mukosa e. Palatum f. TMJ a. Kondilus b. Fossa c. Disk g. Saliva a. Sekresi saliva b. Flow saliva h. Inervasi i. Vaskularisasi j. Otot-otot mastikasi7 2.4 Kewajiban Dan Kewenangan Dokter Gigi 2.4.1 Definisi Kode Etik Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik profesi merupakan suatu pedoman untuk menjalankan profesi dalam rangka menjaga mutu moral dari profesi itu sendiri, sekaligus untuk menjaga kualitas dan independensi serta pandangan masyarakat terhadap profesi tersebut, termasuk juga terhadap profesi hukum.8 2.4.2 Etika Profesi Dokter Gigi Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupa¬kan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghin¬dari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat "built-in mechanism" berupa kode etik profesi diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999). Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya, terutama di bidang kesehatan. Oleh karena itu, dalam kedokteran gigi juga ada diatur tentang kode etik.9 2.4.3 ISI KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA (KODEKGI) (SK MENTERI KESEHATAN RI NO. 128/MENKES/SK/III/1981) 1. Menjadi kewajiban semua dokter gigi yang menjalankan praktek di Indonesia untuk mentaati dan mengamalkan petunjuk-petunjuk yang tertera dalam kode etik kedokteran gigi Indonesia. 2. Seorang dokter gigi berkewajiban untuk bekerja dengan penuh pengabdian bagi kepentingan pelayanan masyarakat, kemajuan ilmu kedokteran gigi, dan bagi martabat profesi kedokteran gigi. 3. Sebagai manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila dokter gigi berkewajiban menjunjung tinggi norma hidup yang luhur, dalam kehidupan pribadinya dan dalam menjalankan pekerjaannya. 4. Dalam menjalankan pekerjaannya, seorang dokter gigi janganlah melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan etik, misalnya : a. Melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri, baik yang menyangkut kepandaiannya, kecanggihan peralatannya, maupun cara pengobatannya. b. Melakukan usaha-usaha untuk menarik perhatian umum, melalui cara yang tidak wajar, supaya praktek lebih dikenal orang. c. Menjual obat di tempat praktek, bukan dengan maksud memberikan pertolongan pertama. d. Melakukan tindakan kedokteran gigi tanpa indikasi bahwa tindakan itu perlu dilakukan hanya dengan maksud mendapatkan keuntungan belaka dari tindakan itu. e. Meminta uang jasa atau menetapkan tarif pengobatan yang tidak wajar yang melampaui batas-batas yang tidak lazim. f. Mempergunakan gelar yang tidak menjadi haknya. g. Melakukan atau mencoba melakukan tindakan-tindakan yang bersifat asusila terhadap penderita di kamar prakteknya. h. Seorang dokter gigi hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.10 2.5 Orthodontik-Prosthodontik 2.5.1 Orthodontik Orthodontik adalah cabang kedokteran gigi yang mempelajari pencegahan, interseptif, dan koreksi dari maloklusi dan keabnormalan yang lain pada regio dentofasial. Ruang lingkup Orthodontik : 1. Perubahan dalam posisi gigi Perawatan ortodonti dapat dilakukan dengan kenyataan bahwa gigi dapat digerakkan melalui tulang ke posisi yang diinginkan dengan cara memberikan kekuatan tertentu pada gigi yang selanjutnya kekuatan tersebut diteruskan ke tulang. Sebagian besar maloklusi yang hanya mengenai susunan gigi atau sistem dental dapat dirawat sempurna untuk mencapai oklusi normal. 2. Perubahan dalam pola skeletal Maloklusi dapat terjadi akibat disharmoni skeletal yang melibatkan tulang rahang (maksila dan mandibula). Penyimpangan dapat berupa ukuran, posisi dan hubungan antar komponen. Keadaan ini merupakan bidang spesialis ortodonti untuk mengaplikasikan gaya ortopedi yang tepat yang mampu menahan, mendorong atau mengubah pertumbuhan skeletal agar menjadi normal. Klasifikasi perawatan dalam orthodonti: 1. Preventif orthodontik Meliputi prosedur yang dilakukan sebelum terjadinya maloklusi sebagai antisipasi dari berkembangnya maloklusi. 2. Interseptif orthodontik Meliputi prosedur yang dilakukan pada tahap awal maloklusi untuk menghilangkan atau mengurangi keparahan. 3. Korektif orthodontik Untuk mengoreksi maloklusi yang telah terjadi. 4. Surgical orthodontik Prosedur bedah yang dilakukan bersamaan dengan atau sebagai tambahan perawatan orthodonti. Biasanya untuk menghilangkan faktor etiologi atau untuk merawat kelainan dentofasial yang sangat parah yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi orthodonti saja.6 Tujuan Perawatan Ortodonti Tujuan perawatan dan sasaran terapi ortodonti telah diringkaskan oleh Jackson sebagai Jackson’s triad. Tiga sasaran utama dari perawatan ortodonti adalah : 2. Efisiensi fungsional Banyak maloklusi yang mempengaruhi fungsi normal dari sistem stomatognatik. Perawatan ortodonti sebaiknya bertujuan pada perbaikan fungsional dari bagian-bagian oro-fasial. 3. Keseimbangan struktural Regio oro-fasial terdiri dari sistem dento-alveolar, jaringan skeletal, jaringan lunak & otot. Perawatan ortodonti yang stabil dapat diperoleh hanya dengan mempertahankan suatu keseimbangan antara tiga sistem jaringan tersebut. 4. Estetis yang harmonis Sebagian besar alasan pasien yang datang mencari perawatan ortodonti adalah untuk memperbaiki penampilan gigi dan wajah. Sebagian besar maloklusi menyebabkan penampilan gigi yang tidak menarik dan karena itu mempengaruhi cerminan diri seseorang, kesejahteraan dan kesuksesan dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, perawatan ortodonti bertujuan untuk memperbaiki estetis pada individu. 2.5.2 Prosthodontik Prosthodontik merupakan cabang ilmu pengetahuan dan seni kedokteran gigi yang berhubungan dengan penggantian gigi yang hilang dan jaringan mulut untuk merestorasi dan memelihara bentuk mulut, fungsi, penampilan dan kesehatan. Cabang- cabang Prosthodontik: Ada 3 divisi utama dari prosthodontik: 1. Prosthodontik cekat ( Fixed Prosthodontic ) Adalah cabang prostodontik yang berhubungan dengan penggantian dan restorasi gigi dengan penggantian artifisiat ( buatan )yang tidak bias dilepas dari mulut. 2. Prosthodontik lepasan ( Removoble Prosthodontic ) Adalah penggantian gigi yang hilang dan jaringan yang berkontak dengan prostesis yang didesain untuk bias dilepas oleh pemakai. 3. Maxilafasial Prosthodontik Adalah cabang prostodonti yang meliputi restorasi dan atau penggantian system stomatognatik dan berhubungan dengan struktur fasial ( wajah ) yang telah terkena oleh penyakit, luka, bedah, atau defek kongenital.11 Intrgrasi ortho-prostho : Indikasi upaya pelestarian kolaboratif ortho-prosto meliputi integritas dari lengkung gigi, faktor biomekanik, keterbatasan dalam desain prostesis, penampilan estetik, pertimbangan periodontal, pencegahan maloklusi, dan retensi lebih baik dari posisi gigi. Contoh, pada pasien yang telah lama kehilangan gigi dan ingin dipakaian fixed implant, maka sebelumnya harus dipakaikan pesawat othodontik untuk mengembalikan posisi oklusi yang normal. Setelah itu baru dilakukan perawatan prosto. 2.6 Sistem Mastikasi Mastikasi atau pengunyahan adalah fungsi yang meliputi oklusi dan artikulasi gigi heligi untuk pengunyahan, mengigit dan menelan. Gigi-gigi juga terlibat dalam fungsi respirasi, membentuk penutupan bibir, bicara dan eksperi wajah, walaupun tidak dalam keadaan berkontak. Walaupun fungsi ini dapat mempengaruhi atau di pengaruhi oleh relasi oklusal atau artikular, patut diketahui gerakan yang menimbulkan relasi tersebut dan apa yang terjadi jika hal ini berubah. Tatalaksana klinis dalam pengembalian fungsi mastikasi. Kriteria untuk fungsi oklusal yang baik : 1. Mastikasi bilateral yang bergantian 2. Kontak ringan pada posisi intercusp ketika menelan 3. Gerak mengunyah kedalam dan keluar yang bebas dari kontak defleksi pada sisi kerja maupu non kerja 4. Tidak ada gerak mengerot atau kebiasaan para fungsi lain 5. Tidak ada gerak adaptasi dagu atau bibir pada saat menelan 6. Tidak ada bunyi saat mastikasi maupum membuka mulut lebar 7. Tidak ada deviasi mandibula waktu mulut di buka lebar 8. Tidak ada kontak gigi pada saat berbicara atau melakukan ekspresi wajah 9. Penampilan yang baik12 Kesimpulan Salah satu komponen penting dalam sistem dan fungsi sistem stogmatognatik yang memiliki peran yang sangat besar adalah gigi-geligi, khususnya pada proses mastikasi, berbicara, dan juga estetika wajah. Susunan gigi yang baik dan benar tidak hanya berperan terhadap kesehatan rongga mulut tetapi juga berpengaruh kepada rasa percaya diri dan kepribadian. Koreksi posisi gigi yang tidak normal merupakan suatu faktor penting untuk mendapatkan fungsi dan estetis serta untuk pemeliharaan dan perbaikan kesehatan gigi yang optimal. Maloklusi berupa posisi gigi yang tidak baik atau relasi rahang yang tidak normal tidak saja merugikan terhadap kesehatan individu, namun dapat menyebabkan fungsi yang tidak baik serta estetis yang kurang menyenangkan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu perawatan untuk kasus-kasus seperti ini. Ortodonti adalah ilmu yang mempelajari kelainan pertumbuhan dan perkembangan kraniodentofasial yang berhubungan dengan fungsi sistem stomatognatik dan estetika dengan upaya ortodonti preventif, interseptif dan kuratif baik secara nonbedah maupun bedah sesuai dengan proses tumbuh-kembang untuk mengembalikan fungsi sistem stomatognasi dan estetika secara optimal. Sementara prostodonsia adalah cabang ilmu kedokteran kigi yang dimaksudkan untuk merestorasi dan mempertahankan fungsi rongga mulut, kenyamanan, estetika dan kesehatan pasien dengan cara merestorasi gigi geligi asli dan atau mengganti gigi-gigi yang sudah tanggal dan jaringan rongga mulut serta maksilofasial yang sudah rusak dengan pengganti tiruan.
Jumat, 21 Oktober 2011
Manajemen Perilaku (Pediatric Dentistry)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan perawatan terhadap pasien anak-anak yang harus diperhatikan adalah bagaimana sikap (perilaku) anak menerima suatu perawatan yang diberikan oleh dokter gigi. Anak-anak memiliki berbagai macam sifat yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan praktek dokter gigi. Perilaku anak tersebut ada kalanya dapat memudahkan atau menyulitkan dokter gigi dalam melakukan perawatan. Dalam hal ini ada banyak cara yang bisa dilakukan sehingga penting untuk seorang dokter gigi mengetahui perilaku anak dan bagaimana cara berkomunikasi dengan anak sehingga perawatan yang dilakukan menjadi lebih mudah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:
a. Klasifikasi perilaku anak.
b. Factor yang mempengaruhi perilaku anak.
c. Macam-macam rasa takut pada anak.
d. Tumbuh kembang anak dari aspek biopsikososial.
e. Pengaruh riwayat dental dan medic terhadap perilaku anak.
f. Peran orang tua terhadap perawatan gigi anak.
g. Tekhnik komunikasi dokter gigi terhadap anak.
h. Segitiga perawatan gigi anak.
i. Pendekatan non-farmakoterapeutik dan farmakoterapeutik.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai macam perilaku anak, peranan orang tua dan pendekatan dokter gigi terhadap anak sehingga dapat memudahkan dalam melakukan suatu perawatan dental.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Perilaku Anak
Menurut Wright, perilaku anak diklasifikasikan menjadi:
1. Kooperatif
Anak-anak yang kooperatif terlihat santai dan rileks. Mereka sangat antusias menerima perawatan dari dokter gigi. Mereka dapat dirawat dengan sederhana dan mudah tanpa mengalami kesulitan, pendekatan tingkah laku (perilaku).
2. Kurang kooperatif
Pasien ini termasuk anak-anak yang sangat muda di mana komunikasinya belum baik dan tidak dapat memahami komunikasi dengan baik. Karena umur mereka, mereka tergolong ke dalam pasien yang kurang kooperatif. Kelompok lain yang termasuk ke dalam pasien yang kurang kooperatif adalah pasien yang memiliki keterbatasan yang spesifik. Untuk anak-anak golongan ini, suatu waktu tekhnik manajemen perilaku secara khusus diperlukan. Ketika perawatan dilakukan, perubahan perilaku secara imediat yang positif tidak dapat diperkirakan.
3. Potensial kooperatif
Secara karakteristik, yang termasuk ke dalam kooperatif potensial adalah permasalahan perilaku. Tipe ini berbeda dengan anak-anak yang kooperatif karena anak-anak ini mempunyai kemampuan untuk menjadi kooperatif. Ini merupakan perbedaan yang penting. Ketika memiliki cirri khas sebagai pasien yang kooperatif potensial, perilaku anak tersebut bisa diubah menjadi kooperatif.
Menurut Frankl, perilaku anak dibagi menjadi:
1. Sangat negative: menolak perawatan, menangis dengan keras, ketakutan atau adanya bukti penolakan secara terang-terangan.
2. Negative: enggan menerima perawatan, tidak kooperatif, perilaku negative tetapi tidak diucapkan (hanya muram dan tidak ramah).
3. Positif: menerima perawatan, kadang-kadang sangat hati-hati, ikhlas mematuhi perintah dokter gigi, kadang-kadang timbul keraguan, tetapi pasien mengikuti perintah dokter gigi dengan kooperatif.
4. Sangat positif: sangat bagus sikap terhadap dokter gigi, tertarik dengan prosedur dokter gigi, tertawa dan menikmati perawatan yang dilakukan dokter gigi.1
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak
a. Pertumbuhan dan Perkembangan
Perkembangan anak meliputi fisik, intelektual dan aspek emosional dari pertumbuhan. Aspek-aspek ini menunjukkan perubahan yang konstan pada ukuran dan besarnya. Pada umur intelektual tiga tahun terlihat progress perkembangan yang menandakan suatu kesiapan untuk menerima perawatan dental. Anak-anak yang terlihat normal secara fisik tetapi menunjukkan perilaku atau masalah sosiologis, tipe pasien seperti ini dapat dinamai “unnanageable”, dengan realisasi kecil yang menunjukkan anak yang behaviour problem bisa mengesankan beberapa bentuk dari kerusakan otak.
b. Pengalaman Medis dan Dental
Wright et al (1973), mengemukakan bahwa keterlibatan emosional yang dibuat atau diciptakan dari pengalaman medis terdahulu dan sikap buruk anak terhadap kunjungan ke praktek medis, dapat membentuk dan mempengaruhi perilaku yang tidak menyenangkan pada anak. Mc. Tique (1984), menjelaskan bahwa potensial perilaku yang tidak kooperatif bisa dihubungkan dengan ketakutan pada pengalaman dental.
c. Pengaruh Keluarga dan Teman Sebaya
Faktor psikososial adalah faktor yang sangat mempengaruhi perilaku manusia, khususnya didalam unit keluarga. Faktor teman sebaya dan instutisional juga membentuk perilaku individu, tetapi dalam derajat yang lebih kecil. Sikap orang tua yang membentuk perilaku anak secara langsung pada periode awal perkembangan, dipengaruhi oleh faktor-faktor posisi sosioekonomi, perkembangan kultural dan latar belakang etnik. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah cenderung takut dan kurang kooperatif. Masalah internal keluarga akan mempengaruhi perilaku anak, dari dalam rumah yang ditimpa perselisihan anak dapat merasakan ketidakharmonisan dengan menjadi emosional dan frustasi. Oleh karena itu, lebih memungkinkan manajemen problem di praktek dental.
d. Lingkungan Dental Praktek
Dokter gigi dan staf harus memberi pengaruh positif dengan praktek dental. Secara tidak langsung, dental team dapat menganjurkan sikap positif terhadap kunjungan dental. Perilaku negatif, yang disebabkan oleh pengalaman medis dan pengalaman dental yang buruk dapat dipengaruhi secara positif oleh cara bijaksana keluarga dan prosedur perilaku yang dilakukan kembali oleh dental team.2
2.3 Macam-macam Rasa Takut pada Anak
a. Cemas
Cemas adalah suatu yang ditakuti tapi yang mana sumber ketakutan(objek) itu tidak jelas atau tidak nyata.
b. Takut
Suatu respon emosional terhadap sesuatu yang mana yang ditakuti itu objeknya itu jelas.
Macam –macam rasa takut
1. Objektif
- Timbul karena rangsangan fisik langsung pada alat perasa.
- Merupakan jawaban terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan dari apa yang dialami.
Misalnya :
- Melihat orang baju putih.
- Mencium bau obat diruang praktek.
2. Subjektif
- Timbul karena mendengar kejadian yang dialami orang lain
Misalnya :
- Cerita si A kepada si B :kemarin waktu kedokter gigi sakit sekali, sehingga si B jadi takut ke dokter gigi karena mendengar cerita si A.
- Anak-anak akan merasa takut pada sesuatu yang baru dan tidak dikenal.
3. Sugesti
- Timbul karena meniru orang lain,diteruskan tanpa disadari oleh kedua-duanya.
Misalnya :
- Ibu takut dengan perawatan gigi sehingga tangan si anak dipegang kuat-kuat ,hal ini dapat menyebabkan anak menjadi takut.
- Ibu takut dengan suara petir sehingga ibu sembunyi dan si anak juga meniru hal demikian.3
2.4 Tumbuh Kembang Anak dari Aspek Biopsikososial
a. Psikodinamik
Merupakan proses tumbuh kembang anak yang dilihat secara tahapan sekuensial dimana psikis dan pikiran kepribadian berkembang dari tahap awal yaitu animalistik dengan kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri menuju suatu proses pendewasaan dimana keagresifan, seksual, dan kasih sayang telah berkembang lebih matang.
Teori psikodinamik adalah konsep dimana ego anak (self) mempengaruhi libido ( kehidupan dan kasih sayang).
b. Pembelajaran sosial
Jika psikodinamik merupakan suatu perilaku anak yang dimotivasi oleh pemenuhan terhadap kepuasan diri sendiri, maka pembelajaran sosial dilihat melalui aspek bahwa tingkah laku dimotivasi oleh kebutuhan sosial, seperti mendapatkan kasih sayang, atau penerimaan dari orang tua pertama sekali, lalu teman, dan terakhir diri sendiri. Lebih lanjut pembelajaan sosial dimotivasi oleh reinforcement atau hukuman yang dibentuk oleh lingkungan.
c. Biologi-genetik
Tumbuh kembang dipertimbangkan sebagai efisiensi mental kepribadian dan keadaan fisik yang tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh lingkungan. Tingkah laku anak dapat diprediksi dengan mengetahui genetik dan status fisik seseorang. Biologi genetika lebih mengacu pada tumbuh kembang anak yang mempengaruhi status fisik seperti persarafan, metabolik, dan psikologis.2
2.5 Pengaruh Riwayat Medik dan Dental Terhadap Perilaku Anak
Pengalaman medis sebelumnya dan pengalaman dental yang pernah dirasakan anak dalam beberapa hal menggambarkan kunjungan yang tidak nyaman atau memuaskan yang menghasilkan masalah management. Wright menyarankan bahwa emosional termasuk rasa gelisah dari pengalaman medis sebelumnya dan sikap kurang baik anak-anak pada kunjungan medis pasti terbentuk dan memperngaruhi perilaku yang tidak menyenangkan.
Mc. Tingue menunjukkan bahwa kemungkinan besar perilaku yang tidak kooperatif dihubungkan dengan rasa takut yang terus menerus karena masa lalu, yaitu pengalaman dental yang tidak menyenangkan. Penanganan anak yang tidak selayaknya pada ruangan dental, menghasilkan sikap yang tidak baik pada pasien anak.
Sebuah studi yang melibatkan anak-anak yang pernah dirawat dan diintervensi bedah menunjukkan bahwa anak tersebut lebih (-) dari pada perawatan yang pertama dibandingkan dengan anak-anak yang belum pernah mendapatkan perawatan medis sebelumnya dan pengalaman dental.
Kesimpulannya, anak-anak yang sudah melewati perawatan dental sebelumnya yang tidak menyenangkan akan merasakan takut dan gelisah bila dihadapkan pada keadaan yang sama atau melakukan kunjungan dental lagi. Sedangkan anak-anak yang belum pernah mendapatkan pengalaman dental tidak akan menimbulkan perilaku (-) pada anak tersebut.4
2.6 Peran Orang Tua Terhadap Perawatan Gigi Anak
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan perawatan gigi anak. Beberapa tahun terakhir, sudah menjadi tradisi bahwa ibu lebih sering dibandingkan ayah untuk menemani anak-anak ke dokter gigi. Karena alasan ini, efek cemasnya ibu dapat mempengaruhi perilaku anak-anak apabila erkunjung ke dokter gigi (maternal anxiety). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan antara peran ibu terhadap kooperatif anak-anak pada saat datang ke dokter gigi pertama kali. Apabila rasa cemas ibu terlalu berlebihan maka dapat mempengaruhi perilaku anak-anak ke arah negative. Semua anak-anak akan sangat berpengaruh terutama pada usia di bawah 4 tahun. Hal ini bisa diantisipasi karena kedekatan orang tua dengan anak dimulai semenjak bayi dan seiring bertambahnya usia akan berangsur-angsur menghilang (berkurang).1
2.7 Tekhnik Komunikasi Dokter Gigi Terhadap Anak
Ada beberapa teknik komukasi yang efektif terhadap anak, diantaranya yakni:
1. Menciptakan komunikasi
Yakni mengikutsertakan anak dalam percakapan, diperlukan selain agar dokter gigi dapat memahami pasien, juga sekaligus membuat anak jadi lebih rileks. Banyak cara untuk menciptakan komunikasi verbal, dan keefektivan dari komunikasi ini tergantung dari usia anak. Tahap awal yang sangat baik untuk memulainya ialah dengan memberikan komentar-komentar yang bersifat pujian dan diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang timbulnya jawaban dari anak, selain kata “ya” atau “tidak”.
2. Melalui Komunikator
Biasanya, asisten dental yang berbicara dengan anak selama perjalanan pasien dari ruang resepsionis sampai ke ruang operator dan juga selama proses preparasi di dental unit.
3. Kejelasan pasien
Komunikasi ialah sesuatu yang kompleks dan multisensoris. Didalamnya mencakup penyampai pesan (dokter gigi), media (kata-kata yang diucapkan), dan penerima pesan (pasien). Pesan yang disampaikan harus dapat dimengerti dengan satu pemikiran yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan. Sangat sering digunakan eufimisme (pengganti kata) untuk lebih dimengerti dalam menjelaskan prosedur terhadap pasien muda.
Berikut contohnya:
Terminologi dental Kata ganti
-alginate -puding
-crown -gigi robot
-bur -sikat kecil
-radiograf -gambar gigi
-anestesi -obat penidur untuk gigi
-karies -kutu / cacing pada gigi
4. Kontrol suara
Dokter gigi sebaiknya mengeluarkan kata-kata yang tegas tetapi lembut, agar dapat menarik perhatian anak atan memberhentikan si anak dari segala aktivitas yang sedang dikerjakannya.
5. Komunikasi multisensori
Komunikasi verbal fokus pada apa yang diucapkan dan bagaimana kata-kata itu diucapkan. Komunikasi non-verbal juga dapat disampaikan melalui kontak tubuh. Contohnya, dokter gigi meletakkan tangannya pada pundak anak saat duduk di dental chair agar merasakan kehangatan dan lebih merasa bersahabat. Kontak mata juga penting. Dokter gigi sebaiknya menatap anak dengan tatapan lembut dan tidak melotot.
6. Masalah kepemilikan
Pada suatu masa, adakalanya dokter gigi lupa dengan siapa dia berhadapan. Mereka memanggil “kamu” kepada anak tersebut. Panggillan si anak dengan panggilan di rumahnya karena kata “kamu” lebih mengimplikasikan bahwa anak tersebut salah.
7. Aktif mendengarkan
Mendengarkan juga penting dalam merawat anak. Aktif mendengarkan ialah tahap kedua terbaik yang diungkapkan Wepman dan Sonnenberg dalam teknik berkomunikasi. Sehingga pasien terstimulasi untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya.
8. Respon yang tepat
Dokter gigi juga harus memberikan respon yang positif terhadap apa-apa yang diungkapkan anak.5
2.8 Segitiga Perawatan Gigi Anak
Perbedaan antara perawatan yang dilakukan pada anak-anak dan perawatan pada orang dewasa terletak pada hubungan dokter gigi dan pasien.
Perawatan untuk orang dewasa meliputi hubungan antara dokter-pasien (one to one relationship), sedangkan perawatan terhadap anak-anak adalah hubungan antara dokter gigi – pasien anak – orang tua/ orang yang mendampingi anak tersebut (one to two relationship). Hal ini disebut segitiga perawatan anak.
Pasien anak
Keluarga dokter gigi dan
lingkungan
Terlihat pada skema ini bahwa anak terletak pada puncak segitiga dan mempunyai focus perhatian dari keluarga dan dokter gigi. Peran keluaga yang dapat mengubah dan lingkungan keluarga harus dipertimbangkan. Tanda panah pada segitiga tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara ketiga unsure tersebut , pasien anak, keluarga, dan dokter gigi yang bersifat timbale balik.
Dasar dari menerapkan perilaku dentistry terhadap anak-anak adlah dengan membentuk kemampuan untuk dapat mengarahkan mereka melalui pengalaman dental mereka. Pada jangka pendek kemampuan tersebut adlah prasyarat untuk menghasilkan kebutuhan perawatan dental bagi mereka dalam waktu segera mungkin pada jangka panjang efek keuntungan dapat diperoleh ketika bibit-bibit untuk kesehatan gigi kedepannya ditanam mulai dari kecil.
Yang terpenting dalam perawatan pasien anak adalah hubungan yang dinamis diantara ketiga sudut segitiga yaitu pasien anak, keluarga dan dokter gigi.
Dokter harus meyakinkan adanya kooperatif oaring tua, mendiskusikan kebiasaan seerti menghisap ibu jari dan lain-lain. Dengan tujuan memotivasi pasien untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut.
Dokter gigi dapat mmberikan contoh dengan menggunakan study medis yang akan mendemonstrasikan antara gigi yang protusi dibandingkan dengan gigi normal.2
2.9 Pendekatan Non-Farmakoterapeutik dan Farmakoterapeutik
Pendekatan Non-Farmakoterapeutik
Non-farmakoterapeutik adalah membahas dan memfokuskan pada anak sebagai pasien dan keluarganya di mana bekerja sama dengan dokter gigi dan lingkungan penting sekali untuk mengetahui konsep dari segitiga perawatan gigi anak yang menunjukkan bingkai dari keseluruhan. Beberapa macam pendekatan non-farmakoterapeutik adalah:
a. Komunikasi dengan anak
Komunikasi tidak terbatas pada percakapan. Komunikasi nonverbal seperti menepuk tangan anak menunjukkan kehangatan dan senyum. Hadirkan pertanyaan yang tidak terpaku pada jawaban “ya” atau “tidak”.
Phychology of communication (1972) berpendapat bahwa sewaktu-waktu komunikasi terdiri atas transmitter (dokter gigi), medium (dental office) dan penerima (anak).
b. Phychology of learning
Phychology of learning terdiri atas:
1. Stimulus-respon
2. Motivation
3. Reinforcement
4. Generalization
5. Discrimination and extrinction
6. Behavior modification
c. Tekhnik desain manajemen perilaku
1. Modeling
Tujuan: untuk mengurangi dan menghilangkan rasa takut dan rasa cemas yang tinggi. Modeling dan imitasi adalah suatu proses sosialisasi yang terjadi baik secara lagsung dalam interaksinya dengan lingkungan sosial. Bandura (1969) mengemukakan empat komponen dalam proses belajar:
a. Memperhatikan
b. Mengancam
c. Memproduksikan gerak dengan cepat
d. Ulangan penguasaan dan motivasi proses meniru akan berhasil dengan baik
2. Desensitisasi
Tujuan: untuk mengurangi rasa takut dan cemas seorang anak dengan jalan memberikan rangsangan yang menghilangkan cemas sedikit demi sedikit.
Wape (1969) menamakan dengan istilah “systemic desentisization” karena ada tiga tahap:
a. Latih pasien untuk santai dan rileks.
b. Susun secara berurutan hal-hal yang membuat pasien cemas dan takut (dari yang paling menakutkan sampai yang tidak menakutkan).
c. Rangsangan ditingkatkan sedikit demi sedikit.
d. Behaviour shaping
Suatu cara yang dilakukan secara bertahap untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan oleh dokter gigi selama perawatan. Caranya melalui TSD, yaitu:
a. TELL yaitu menerangkan perawatan yang akan dilakukan pada anak dan bagaimana anak tersebut harus bersikap.
b. SHOW yaitu menunjukkan atau mendemostrasikan pada anak apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya.
c. DO yaitu anak, dilakukan perawatan gigi sesuai dengan hal yang diuraikan atau didemostrasikan.
e. Retraining
Hampir sama dengan behavior shaping, bedanya retraining dilakukan pada anak yang menunjukkan sikap cemas dan tingkah laku yang (-) sangat tinggi akibat perawatan pertama kali ke dokter gigi atau akibat kekurangan dukungan dari orang tua dan teman sebaya.
Apabila penyebab tingkah laku seperti itu tidak dapat ditentukan dengan pasti, maka cara menanggulanginya dapat digunakan cara lain yaitu dengan memberikan perhatian dan kepercayaan yang lebih besar pada diri anak atau mengalihkan perhatian anak dapat dilakukan pada anak dengan yang menunjukkan tingkah laku yang gelisah pada saat dilakukan perawatan yang agak lama. Untuk menanggulanginya, dokter gigi bisa menceritakan dongeng.
f. Hand Over Mouth Exercise (HOME)
Finn (1951) mengemukakan bahwa HOME digunakan apabila beberapa cara lain dalam menciptakan komunikasi yang baik mengalami kegagalan sehingga tingkah laku anak tidak terkendali.
HOME dilakukan pada anak sejak kunjungan pertama menunjukkan sikap tidak kooperatif, tidak mengerti dengan penjelasan atau bujukan, keras kepala, menolak perawatan, menangis meronta-ronta. Tindakan ini dilakukan pada anak sehat berumur 3-6 tahun.
Pendekatan Farmakoterapeutik
a. Premedikasi
Selain untuk menenangkan anak, penggunaan obat-obat premedikasi dapat mengurangi ketegangan anak sebagai akibat rasa takut.
Indikasi premedikasi:
1. Mengurangi dan menghilangkan rasa sakit.
2. Mengurangi sekresi kelenjar ludah.
3. Mengendalikan reflex yang dapat membahayakan pasien.
4. Perawatan yang membutuhkan perawatan panjang.
5. Membantu anak menyesuaikan diri dengan situasi yang ada.
6. Membantu anak sehingga memudahkan perawatan gigi.
7. Mengendalikan tingkah laku anak yang sulit diatasi.
Macam-macam golongan obat yang diberikan pada anak:
1. Hydroxine
2. Diazepam
3. Promerazine
4. Meperidine
b. Anestesi local
Diartikan sebagai obat yang bila diberikan pada lokasi yang memerlukan anestesi local pada konsentrasi tertentu ke dalam jaringan setempat akan mengakibatkan hilangnya rasa sakit setempat di daerah tertentu dalam jangka waktu tertentu.
c. Anestesi umum
Bennet (1974) mendefinisikannya sebagai pemantauan timbal balik terhadap ketidakakuratan kelumpuhan sel sistem saraf pusat. Terhadap beberapa cara pemberian anestesi ke dalam tubuh yaitu:
1. Inhalasi: pemberian anestesi melalui saluran pernafasan.
2. Intravena: melalui pembuluh darah balik.
3. Rectal: melalui dubur (rectum).
4. Intramuscular: melalui otot secara suntikan.
5. Intraoral: melalui rongga mulut dengan menggunakan tablet.
Anestesi umum dapat diberikan pada pasien anak dengan 5 kriteria, yaitu:
1. Pasien; apakah ada kelainan fisik atau perilaku yang cukup serius dan seringkali menghambat anak untuk berperilaku kooperatif.
2. Prosedur; apakah pekerjaan perawatan akan dapat selesai dengan baik di mana anak tidak mau berperilaku kooperatif.
3. Tempat; fasilitas penyembuhan pasca perawatan.
4. Personal; apakah dokter gigi dan staf cukup berpengalaman untuk melakukan anestesi dan mampu untuk menanggulangi pra sewaktu dan pasca pemberian anestesi.
5. Persiapan; apakah pasien telah dipersiapkan emosi dan fisiknya (pemeriksaan fisik dan laboratorium).1,6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam merawat pasien anak-anak dibutuhkan komunikasi atau pendekatan khusus terhadap anak-anak khususnya anak-anak yang memiliki masalah dengan kooperatif atau tidaknya mereka. Perilaku anak-anak di tempat praktek dokter gigi dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan, sosial budaya, keluarga, pengalaman medis dan dental sebelumnya, tempat praktek dokter gigi, persiapan sebelum perawatan dan sumber tingkah laku yang tidak kooperatif dalam keeluarga.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan perawatan terhadap pasien anak-anak yang harus diperhatikan adalah bagaimana sikap (perilaku) anak menerima suatu perawatan yang diberikan oleh dokter gigi. Anak-anak memiliki berbagai macam sifat yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan praktek dokter gigi. Perilaku anak tersebut ada kalanya dapat memudahkan atau menyulitkan dokter gigi dalam melakukan perawatan. Dalam hal ini ada banyak cara yang bisa dilakukan sehingga penting untuk seorang dokter gigi mengetahui perilaku anak dan bagaimana cara berkomunikasi dengan anak sehingga perawatan yang dilakukan menjadi lebih mudah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:
a. Klasifikasi perilaku anak.
b. Factor yang mempengaruhi perilaku anak.
c. Macam-macam rasa takut pada anak.
d. Tumbuh kembang anak dari aspek biopsikososial.
e. Pengaruh riwayat dental dan medic terhadap perilaku anak.
f. Peran orang tua terhadap perawatan gigi anak.
g. Tekhnik komunikasi dokter gigi terhadap anak.
h. Segitiga perawatan gigi anak.
i. Pendekatan non-farmakoterapeutik dan farmakoterapeutik.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai macam perilaku anak, peranan orang tua dan pendekatan dokter gigi terhadap anak sehingga dapat memudahkan dalam melakukan suatu perawatan dental.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Perilaku Anak
Menurut Wright, perilaku anak diklasifikasikan menjadi:
1. Kooperatif
Anak-anak yang kooperatif terlihat santai dan rileks. Mereka sangat antusias menerima perawatan dari dokter gigi. Mereka dapat dirawat dengan sederhana dan mudah tanpa mengalami kesulitan, pendekatan tingkah laku (perilaku).
2. Kurang kooperatif
Pasien ini termasuk anak-anak yang sangat muda di mana komunikasinya belum baik dan tidak dapat memahami komunikasi dengan baik. Karena umur mereka, mereka tergolong ke dalam pasien yang kurang kooperatif. Kelompok lain yang termasuk ke dalam pasien yang kurang kooperatif adalah pasien yang memiliki keterbatasan yang spesifik. Untuk anak-anak golongan ini, suatu waktu tekhnik manajemen perilaku secara khusus diperlukan. Ketika perawatan dilakukan, perubahan perilaku secara imediat yang positif tidak dapat diperkirakan.
3. Potensial kooperatif
Secara karakteristik, yang termasuk ke dalam kooperatif potensial adalah permasalahan perilaku. Tipe ini berbeda dengan anak-anak yang kooperatif karena anak-anak ini mempunyai kemampuan untuk menjadi kooperatif. Ini merupakan perbedaan yang penting. Ketika memiliki cirri khas sebagai pasien yang kooperatif potensial, perilaku anak tersebut bisa diubah menjadi kooperatif.
Menurut Frankl, perilaku anak dibagi menjadi:
1. Sangat negative: menolak perawatan, menangis dengan keras, ketakutan atau adanya bukti penolakan secara terang-terangan.
2. Negative: enggan menerima perawatan, tidak kooperatif, perilaku negative tetapi tidak diucapkan (hanya muram dan tidak ramah).
3. Positif: menerima perawatan, kadang-kadang sangat hati-hati, ikhlas mematuhi perintah dokter gigi, kadang-kadang timbul keraguan, tetapi pasien mengikuti perintah dokter gigi dengan kooperatif.
4. Sangat positif: sangat bagus sikap terhadap dokter gigi, tertarik dengan prosedur dokter gigi, tertawa dan menikmati perawatan yang dilakukan dokter gigi.1
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak
a. Pertumbuhan dan Perkembangan
Perkembangan anak meliputi fisik, intelektual dan aspek emosional dari pertumbuhan. Aspek-aspek ini menunjukkan perubahan yang konstan pada ukuran dan besarnya. Pada umur intelektual tiga tahun terlihat progress perkembangan yang menandakan suatu kesiapan untuk menerima perawatan dental. Anak-anak yang terlihat normal secara fisik tetapi menunjukkan perilaku atau masalah sosiologis, tipe pasien seperti ini dapat dinamai “unnanageable”, dengan realisasi kecil yang menunjukkan anak yang behaviour problem bisa mengesankan beberapa bentuk dari kerusakan otak.
b. Pengalaman Medis dan Dental
Wright et al (1973), mengemukakan bahwa keterlibatan emosional yang dibuat atau diciptakan dari pengalaman medis terdahulu dan sikap buruk anak terhadap kunjungan ke praktek medis, dapat membentuk dan mempengaruhi perilaku yang tidak menyenangkan pada anak. Mc. Tique (1984), menjelaskan bahwa potensial perilaku yang tidak kooperatif bisa dihubungkan dengan ketakutan pada pengalaman dental.
c. Pengaruh Keluarga dan Teman Sebaya
Faktor psikososial adalah faktor yang sangat mempengaruhi perilaku manusia, khususnya didalam unit keluarga. Faktor teman sebaya dan instutisional juga membentuk perilaku individu, tetapi dalam derajat yang lebih kecil. Sikap orang tua yang membentuk perilaku anak secara langsung pada periode awal perkembangan, dipengaruhi oleh faktor-faktor posisi sosioekonomi, perkembangan kultural dan latar belakang etnik. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah cenderung takut dan kurang kooperatif. Masalah internal keluarga akan mempengaruhi perilaku anak, dari dalam rumah yang ditimpa perselisihan anak dapat merasakan ketidakharmonisan dengan menjadi emosional dan frustasi. Oleh karena itu, lebih memungkinkan manajemen problem di praktek dental.
d. Lingkungan Dental Praktek
Dokter gigi dan staf harus memberi pengaruh positif dengan praktek dental. Secara tidak langsung, dental team dapat menganjurkan sikap positif terhadap kunjungan dental. Perilaku negatif, yang disebabkan oleh pengalaman medis dan pengalaman dental yang buruk dapat dipengaruhi secara positif oleh cara bijaksana keluarga dan prosedur perilaku yang dilakukan kembali oleh dental team.2
2.3 Macam-macam Rasa Takut pada Anak
a. Cemas
Cemas adalah suatu yang ditakuti tapi yang mana sumber ketakutan(objek) itu tidak jelas atau tidak nyata.
b. Takut
Suatu respon emosional terhadap sesuatu yang mana yang ditakuti itu objeknya itu jelas.
Macam –macam rasa takut
1. Objektif
- Timbul karena rangsangan fisik langsung pada alat perasa.
- Merupakan jawaban terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan dari apa yang dialami.
Misalnya :
- Melihat orang baju putih.
- Mencium bau obat diruang praktek.
2. Subjektif
- Timbul karena mendengar kejadian yang dialami orang lain
Misalnya :
- Cerita si A kepada si B :kemarin waktu kedokter gigi sakit sekali, sehingga si B jadi takut ke dokter gigi karena mendengar cerita si A.
- Anak-anak akan merasa takut pada sesuatu yang baru dan tidak dikenal.
3. Sugesti
- Timbul karena meniru orang lain,diteruskan tanpa disadari oleh kedua-duanya.
Misalnya :
- Ibu takut dengan perawatan gigi sehingga tangan si anak dipegang kuat-kuat ,hal ini dapat menyebabkan anak menjadi takut.
- Ibu takut dengan suara petir sehingga ibu sembunyi dan si anak juga meniru hal demikian.3
2.4 Tumbuh Kembang Anak dari Aspek Biopsikososial
a. Psikodinamik
Merupakan proses tumbuh kembang anak yang dilihat secara tahapan sekuensial dimana psikis dan pikiran kepribadian berkembang dari tahap awal yaitu animalistik dengan kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri menuju suatu proses pendewasaan dimana keagresifan, seksual, dan kasih sayang telah berkembang lebih matang.
Teori psikodinamik adalah konsep dimana ego anak (self) mempengaruhi libido ( kehidupan dan kasih sayang).
b. Pembelajaran sosial
Jika psikodinamik merupakan suatu perilaku anak yang dimotivasi oleh pemenuhan terhadap kepuasan diri sendiri, maka pembelajaran sosial dilihat melalui aspek bahwa tingkah laku dimotivasi oleh kebutuhan sosial, seperti mendapatkan kasih sayang, atau penerimaan dari orang tua pertama sekali, lalu teman, dan terakhir diri sendiri. Lebih lanjut pembelajaan sosial dimotivasi oleh reinforcement atau hukuman yang dibentuk oleh lingkungan.
c. Biologi-genetik
Tumbuh kembang dipertimbangkan sebagai efisiensi mental kepribadian dan keadaan fisik yang tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh lingkungan. Tingkah laku anak dapat diprediksi dengan mengetahui genetik dan status fisik seseorang. Biologi genetika lebih mengacu pada tumbuh kembang anak yang mempengaruhi status fisik seperti persarafan, metabolik, dan psikologis.2
2.5 Pengaruh Riwayat Medik dan Dental Terhadap Perilaku Anak
Pengalaman medis sebelumnya dan pengalaman dental yang pernah dirasakan anak dalam beberapa hal menggambarkan kunjungan yang tidak nyaman atau memuaskan yang menghasilkan masalah management. Wright menyarankan bahwa emosional termasuk rasa gelisah dari pengalaman medis sebelumnya dan sikap kurang baik anak-anak pada kunjungan medis pasti terbentuk dan memperngaruhi perilaku yang tidak menyenangkan.
Mc. Tingue menunjukkan bahwa kemungkinan besar perilaku yang tidak kooperatif dihubungkan dengan rasa takut yang terus menerus karena masa lalu, yaitu pengalaman dental yang tidak menyenangkan. Penanganan anak yang tidak selayaknya pada ruangan dental, menghasilkan sikap yang tidak baik pada pasien anak.
Sebuah studi yang melibatkan anak-anak yang pernah dirawat dan diintervensi bedah menunjukkan bahwa anak tersebut lebih (-) dari pada perawatan yang pertama dibandingkan dengan anak-anak yang belum pernah mendapatkan perawatan medis sebelumnya dan pengalaman dental.
Kesimpulannya, anak-anak yang sudah melewati perawatan dental sebelumnya yang tidak menyenangkan akan merasakan takut dan gelisah bila dihadapkan pada keadaan yang sama atau melakukan kunjungan dental lagi. Sedangkan anak-anak yang belum pernah mendapatkan pengalaman dental tidak akan menimbulkan perilaku (-) pada anak tersebut.4
2.6 Peran Orang Tua Terhadap Perawatan Gigi Anak
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan perawatan gigi anak. Beberapa tahun terakhir, sudah menjadi tradisi bahwa ibu lebih sering dibandingkan ayah untuk menemani anak-anak ke dokter gigi. Karena alasan ini, efek cemasnya ibu dapat mempengaruhi perilaku anak-anak apabila erkunjung ke dokter gigi (maternal anxiety). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan antara peran ibu terhadap kooperatif anak-anak pada saat datang ke dokter gigi pertama kali. Apabila rasa cemas ibu terlalu berlebihan maka dapat mempengaruhi perilaku anak-anak ke arah negative. Semua anak-anak akan sangat berpengaruh terutama pada usia di bawah 4 tahun. Hal ini bisa diantisipasi karena kedekatan orang tua dengan anak dimulai semenjak bayi dan seiring bertambahnya usia akan berangsur-angsur menghilang (berkurang).1
2.7 Tekhnik Komunikasi Dokter Gigi Terhadap Anak
Ada beberapa teknik komukasi yang efektif terhadap anak, diantaranya yakni:
1. Menciptakan komunikasi
Yakni mengikutsertakan anak dalam percakapan, diperlukan selain agar dokter gigi dapat memahami pasien, juga sekaligus membuat anak jadi lebih rileks. Banyak cara untuk menciptakan komunikasi verbal, dan keefektivan dari komunikasi ini tergantung dari usia anak. Tahap awal yang sangat baik untuk memulainya ialah dengan memberikan komentar-komentar yang bersifat pujian dan diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang timbulnya jawaban dari anak, selain kata “ya” atau “tidak”.
2. Melalui Komunikator
Biasanya, asisten dental yang berbicara dengan anak selama perjalanan pasien dari ruang resepsionis sampai ke ruang operator dan juga selama proses preparasi di dental unit.
3. Kejelasan pasien
Komunikasi ialah sesuatu yang kompleks dan multisensoris. Didalamnya mencakup penyampai pesan (dokter gigi), media (kata-kata yang diucapkan), dan penerima pesan (pasien). Pesan yang disampaikan harus dapat dimengerti dengan satu pemikiran yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan. Sangat sering digunakan eufimisme (pengganti kata) untuk lebih dimengerti dalam menjelaskan prosedur terhadap pasien muda.
Berikut contohnya:
Terminologi dental Kata ganti
-alginate -puding
-crown -gigi robot
-bur -sikat kecil
-radiograf -gambar gigi
-anestesi -obat penidur untuk gigi
-karies -kutu / cacing pada gigi
4. Kontrol suara
Dokter gigi sebaiknya mengeluarkan kata-kata yang tegas tetapi lembut, agar dapat menarik perhatian anak atan memberhentikan si anak dari segala aktivitas yang sedang dikerjakannya.
5. Komunikasi multisensori
Komunikasi verbal fokus pada apa yang diucapkan dan bagaimana kata-kata itu diucapkan. Komunikasi non-verbal juga dapat disampaikan melalui kontak tubuh. Contohnya, dokter gigi meletakkan tangannya pada pundak anak saat duduk di dental chair agar merasakan kehangatan dan lebih merasa bersahabat. Kontak mata juga penting. Dokter gigi sebaiknya menatap anak dengan tatapan lembut dan tidak melotot.
6. Masalah kepemilikan
Pada suatu masa, adakalanya dokter gigi lupa dengan siapa dia berhadapan. Mereka memanggil “kamu” kepada anak tersebut. Panggillan si anak dengan panggilan di rumahnya karena kata “kamu” lebih mengimplikasikan bahwa anak tersebut salah.
7. Aktif mendengarkan
Mendengarkan juga penting dalam merawat anak. Aktif mendengarkan ialah tahap kedua terbaik yang diungkapkan Wepman dan Sonnenberg dalam teknik berkomunikasi. Sehingga pasien terstimulasi untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya.
8. Respon yang tepat
Dokter gigi juga harus memberikan respon yang positif terhadap apa-apa yang diungkapkan anak.5
2.8 Segitiga Perawatan Gigi Anak
Perbedaan antara perawatan yang dilakukan pada anak-anak dan perawatan pada orang dewasa terletak pada hubungan dokter gigi dan pasien.
Perawatan untuk orang dewasa meliputi hubungan antara dokter-pasien (one to one relationship), sedangkan perawatan terhadap anak-anak adalah hubungan antara dokter gigi – pasien anak – orang tua/ orang yang mendampingi anak tersebut (one to two relationship). Hal ini disebut segitiga perawatan anak.
Pasien anak
Keluarga dokter gigi dan
lingkungan
Terlihat pada skema ini bahwa anak terletak pada puncak segitiga dan mempunyai focus perhatian dari keluarga dan dokter gigi. Peran keluaga yang dapat mengubah dan lingkungan keluarga harus dipertimbangkan. Tanda panah pada segitiga tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara ketiga unsure tersebut , pasien anak, keluarga, dan dokter gigi yang bersifat timbale balik.
Dasar dari menerapkan perilaku dentistry terhadap anak-anak adlah dengan membentuk kemampuan untuk dapat mengarahkan mereka melalui pengalaman dental mereka. Pada jangka pendek kemampuan tersebut adlah prasyarat untuk menghasilkan kebutuhan perawatan dental bagi mereka dalam waktu segera mungkin pada jangka panjang efek keuntungan dapat diperoleh ketika bibit-bibit untuk kesehatan gigi kedepannya ditanam mulai dari kecil.
Yang terpenting dalam perawatan pasien anak adalah hubungan yang dinamis diantara ketiga sudut segitiga yaitu pasien anak, keluarga dan dokter gigi.
Dokter harus meyakinkan adanya kooperatif oaring tua, mendiskusikan kebiasaan seerti menghisap ibu jari dan lain-lain. Dengan tujuan memotivasi pasien untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut.
Dokter gigi dapat mmberikan contoh dengan menggunakan study medis yang akan mendemonstrasikan antara gigi yang protusi dibandingkan dengan gigi normal.2
2.9 Pendekatan Non-Farmakoterapeutik dan Farmakoterapeutik
Pendekatan Non-Farmakoterapeutik
Non-farmakoterapeutik adalah membahas dan memfokuskan pada anak sebagai pasien dan keluarganya di mana bekerja sama dengan dokter gigi dan lingkungan penting sekali untuk mengetahui konsep dari segitiga perawatan gigi anak yang menunjukkan bingkai dari keseluruhan. Beberapa macam pendekatan non-farmakoterapeutik adalah:
a. Komunikasi dengan anak
Komunikasi tidak terbatas pada percakapan. Komunikasi nonverbal seperti menepuk tangan anak menunjukkan kehangatan dan senyum. Hadirkan pertanyaan yang tidak terpaku pada jawaban “ya” atau “tidak”.
Phychology of communication (1972) berpendapat bahwa sewaktu-waktu komunikasi terdiri atas transmitter (dokter gigi), medium (dental office) dan penerima (anak).
b. Phychology of learning
Phychology of learning terdiri atas:
1. Stimulus-respon
2. Motivation
3. Reinforcement
4. Generalization
5. Discrimination and extrinction
6. Behavior modification
c. Tekhnik desain manajemen perilaku
1. Modeling
Tujuan: untuk mengurangi dan menghilangkan rasa takut dan rasa cemas yang tinggi. Modeling dan imitasi adalah suatu proses sosialisasi yang terjadi baik secara lagsung dalam interaksinya dengan lingkungan sosial. Bandura (1969) mengemukakan empat komponen dalam proses belajar:
a. Memperhatikan
b. Mengancam
c. Memproduksikan gerak dengan cepat
d. Ulangan penguasaan dan motivasi proses meniru akan berhasil dengan baik
2. Desensitisasi
Tujuan: untuk mengurangi rasa takut dan cemas seorang anak dengan jalan memberikan rangsangan yang menghilangkan cemas sedikit demi sedikit.
Wape (1969) menamakan dengan istilah “systemic desentisization” karena ada tiga tahap:
a. Latih pasien untuk santai dan rileks.
b. Susun secara berurutan hal-hal yang membuat pasien cemas dan takut (dari yang paling menakutkan sampai yang tidak menakutkan).
c. Rangsangan ditingkatkan sedikit demi sedikit.
d. Behaviour shaping
Suatu cara yang dilakukan secara bertahap untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan oleh dokter gigi selama perawatan. Caranya melalui TSD, yaitu:
a. TELL yaitu menerangkan perawatan yang akan dilakukan pada anak dan bagaimana anak tersebut harus bersikap.
b. SHOW yaitu menunjukkan atau mendemostrasikan pada anak apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya.
c. DO yaitu anak, dilakukan perawatan gigi sesuai dengan hal yang diuraikan atau didemostrasikan.
e. Retraining
Hampir sama dengan behavior shaping, bedanya retraining dilakukan pada anak yang menunjukkan sikap cemas dan tingkah laku yang (-) sangat tinggi akibat perawatan pertama kali ke dokter gigi atau akibat kekurangan dukungan dari orang tua dan teman sebaya.
Apabila penyebab tingkah laku seperti itu tidak dapat ditentukan dengan pasti, maka cara menanggulanginya dapat digunakan cara lain yaitu dengan memberikan perhatian dan kepercayaan yang lebih besar pada diri anak atau mengalihkan perhatian anak dapat dilakukan pada anak dengan yang menunjukkan tingkah laku yang gelisah pada saat dilakukan perawatan yang agak lama. Untuk menanggulanginya, dokter gigi bisa menceritakan dongeng.
f. Hand Over Mouth Exercise (HOME)
Finn (1951) mengemukakan bahwa HOME digunakan apabila beberapa cara lain dalam menciptakan komunikasi yang baik mengalami kegagalan sehingga tingkah laku anak tidak terkendali.
HOME dilakukan pada anak sejak kunjungan pertama menunjukkan sikap tidak kooperatif, tidak mengerti dengan penjelasan atau bujukan, keras kepala, menolak perawatan, menangis meronta-ronta. Tindakan ini dilakukan pada anak sehat berumur 3-6 tahun.
Pendekatan Farmakoterapeutik
a. Premedikasi
Selain untuk menenangkan anak, penggunaan obat-obat premedikasi dapat mengurangi ketegangan anak sebagai akibat rasa takut.
Indikasi premedikasi:
1. Mengurangi dan menghilangkan rasa sakit.
2. Mengurangi sekresi kelenjar ludah.
3. Mengendalikan reflex yang dapat membahayakan pasien.
4. Perawatan yang membutuhkan perawatan panjang.
5. Membantu anak menyesuaikan diri dengan situasi yang ada.
6. Membantu anak sehingga memudahkan perawatan gigi.
7. Mengendalikan tingkah laku anak yang sulit diatasi.
Macam-macam golongan obat yang diberikan pada anak:
1. Hydroxine
2. Diazepam
3. Promerazine
4. Meperidine
b. Anestesi local
Diartikan sebagai obat yang bila diberikan pada lokasi yang memerlukan anestesi local pada konsentrasi tertentu ke dalam jaringan setempat akan mengakibatkan hilangnya rasa sakit setempat di daerah tertentu dalam jangka waktu tertentu.
c. Anestesi umum
Bennet (1974) mendefinisikannya sebagai pemantauan timbal balik terhadap ketidakakuratan kelumpuhan sel sistem saraf pusat. Terhadap beberapa cara pemberian anestesi ke dalam tubuh yaitu:
1. Inhalasi: pemberian anestesi melalui saluran pernafasan.
2. Intravena: melalui pembuluh darah balik.
3. Rectal: melalui dubur (rectum).
4. Intramuscular: melalui otot secara suntikan.
5. Intraoral: melalui rongga mulut dengan menggunakan tablet.
Anestesi umum dapat diberikan pada pasien anak dengan 5 kriteria, yaitu:
1. Pasien; apakah ada kelainan fisik atau perilaku yang cukup serius dan seringkali menghambat anak untuk berperilaku kooperatif.
2. Prosedur; apakah pekerjaan perawatan akan dapat selesai dengan baik di mana anak tidak mau berperilaku kooperatif.
3. Tempat; fasilitas penyembuhan pasca perawatan.
4. Personal; apakah dokter gigi dan staf cukup berpengalaman untuk melakukan anestesi dan mampu untuk menanggulangi pra sewaktu dan pasca pemberian anestesi.
5. Persiapan; apakah pasien telah dipersiapkan emosi dan fisiknya (pemeriksaan fisik dan laboratorium).1,6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam merawat pasien anak-anak dibutuhkan komunikasi atau pendekatan khusus terhadap anak-anak khususnya anak-anak yang memiliki masalah dengan kooperatif atau tidaknya mereka. Perilaku anak-anak di tempat praktek dokter gigi dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan, sosial budaya, keluarga, pengalaman medis dan dental sebelumnya, tempat praktek dokter gigi, persiapan sebelum perawatan dan sumber tingkah laku yang tidak kooperatif dalam keeluarga.
Minggu, 08 Mei 2011
Oleh: Irmi Fitria
>BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam menjalankan fungsinya sebagai makhluk hidup, manusia memerlukan energy untuk melanjutkan dan mempertahankan hidupnya. Sumber energy itu dapat diperoleh melalui berbagai cara seperti melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari sehingga akan menghasilkan energy. Setelah makanan dikonsumsi tubuh akan mengubahnya menjadi energy melalui berbagai proses metabolisme tubuh sehingga manusia bisa bernafas dan menjalankan aktivitasnya. Berbagai proses terjadi dalam tubuh khususnya sel yang akan melakukan berbagai proses untuk kelangsungan hidup manusia sehingga menghasilkan energy.
Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
Penyediaan substrat sebagai sumber energy, proses penyediaan energy baik secara aerob dan anaerob, penggunaan energy oleh tubuh, pengendalian hormone dalam penggunaan energy dalam homeostasis dan kelainan yang terjadi dalam proses metabolisme dan penyedia energy.
Definisi, jenis, proses penyediaan O2 dalam darah dalam sistem respirasi.
Definisi dan mekanisme ekspirasi dan inspirasi.
Proses pengaturan suhu tubuh.
Fungsi, proses pembentukan urine, pengaturan imbangan air dan elektrolit dan gangguan fungsi ginjal.
Konsep asam-basa, peran pH dalam mempertahankan fungsi organ dan pengaturan pH dalam paru-paru dan ginjal.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
Mampu menjelaskan tentang penyediaan substrat sebagai sumber energy, proses penyediaan energy baik secaar aerob dan anaerob, penggunaan energy oleh tubuh, pengendalian hormone dalam penggunaan energy dalam homeostasis dan kelainan yang terjadi dalam proses metabolisme dan penyedia energy.
Mengetahui definisi, jenis, proses penyediaan O2 dalam darah dalam sistem respirasi.
Mengetahui definisi dan mekanisme ekspirasi dan inspirasi serta proses pengaturan suhu tubuh.
Menjelaskan fungsi, proses pembentukan urine, pengaturan imbangan air dan elektrolit dan gangguan fungsi ginjal.
Mampu menjelaskan konsep asam-basa, peran pH dalam mempertahankan fungsi organ dan pengaturan pH dalam paru-paru dan ginjal.
BAB II
PEMBAHASAN
ENERGI
Proses Penyediaan Substrat Sebagai Sumber Energi (Proses Pengolahan Bahan Makanan)
Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam makanan sehari-hari adalah polisakarida, disakarida dan monosakarida. Pati (polimer glukosa) dan derivat-derivatnya adalah satu-satunya polisakarida yang dicerna dalam truktus glastrointestinalis manusia. Pati dipecahkan oleh ptyalin α - amylase dalam saliva, tetapi pH optimumnya 6,7 dan kerjanya di hambat oleh lambung. Dalam usus halus, amylase pancreasyang poten juga bekerja pada polisakarida yang dicerna. α - amylase saliva dan pancreas keduanya menghidrolisa ikatan 1,4 α , tetapi tidak menghidrolisa ikatan 1,6 α , ikatan 1,4 α terminal dan ikatan 1,4 α dekat titik percabangan. Akibatnya hasil pencernaan α -amilase adalah oligosakarida : disakarida maltose, beberapa polimer yang sedikit lebih besar dengan glukosa pada ikatan 1,4 α dan limit dekstrin, polimer bercabang-cabang rata-rata mengandung kira-kira 8 molekul gula. Sebagian molekul glukosa yang dibentuk masuk ke sel mukosa, dan sebagian masuk kedalam lumen usus untuk diabsorpsi kembali bersama-sama. Disakarida yang dicerna dihidrolisis oleh lactase atau sakrase pada permukaan sel mukosa yang menghadap lumen.
Metabolisme
Ptialin (amylase) mengubah zat tepung masuk menjadi maltose. Enzim dalam usus : invertase, maltase dan lactase.
Absorpsi
Monosakarida diserap dalam darah. Persentase gula darah dipertahankan karena pengendapan insulin dan aktivitas hati di dalam jantung terjadi oksidasi karbohidrat untuk menyediakan panas dari energy. Kelebihannya disimpan sebagai lemak dan penambahan berat badan. Sewaktu proses pembakaran karbondioksida disingkirkan sebagai produk buangan sampai hasil pembakaran karbohidrat di dalam jaringan diekskresikan.
Lemak
Metabolism
Lipase gastric menghasilkan sedikit hidroksa lemak. Lipase pancreas memecah lemak menjadi gliserin. Lipase usus menjadi asam lemak.
Absorbsi
Gliserin dan asam lemak oleh laktat yang di salurkan ke duktus torasika dam masuk kedalam aliran darah. Di darah lemak dihantarkan kesetiap sel tubuh. Hati mengoksidasikan lemak dan mempersiapkan lemak untuk disimpan kedalam jaringan. Didalam jaringan sebagian dioksidasi (karbohidrat) untuk memberi panas dari energy dan sebagian disimpan ditempat penyimpanan lemak ( vitamin A dan B ).
Protein
Absorbsi
(Darah) asam amino membawa nitrogen dan zat belerang ke setiap sel di dalam tubuh. Sel memisahkan asam amino yang khusus diperlukan. Setiap sel untuk perbaikan dan penyembuhan memecahkan asam amino dan dari proses ini terbentuk urea. Senyawa C di bebeaskan oksidasi. Produk buangan sebagai hasil metabolisme protein di dalam jarinagn terdapat urea, asam urat dan kreatinium. Bahan-bahan tersebut diekskresikan didalam urine. Protein tidak ditimbun dalam tubuh tetapi kelebihannya diekskresikan terutama didalam urine.1
Proses Penyediaan Energi
Aerob
Glikolisis
Substratnya adalah 1 molekul glukosa (yang memiliki 6 atom Carbon) dengan bantuan berbagai macam enzim menghasilkan produk berupa 2 molekul asam piruvat(yang memiliki 2 molekul asam piruvat) serta 2 molekul ATP dan 2 molekul NADH. Terjadi di sitoplasma.
Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs yang bertempat di matriks mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam piruvat yang mandapat molekul oksigen yang cukup dan akan meneruskan tahapan reaksi tidak dapat begitu saja masuk ke dalam siklus Krebs, karena asam piruvat memiliki atom C terlalu banyak, yaitu 3 buah. Persyaratan molekul yang dapat menjalani siklus Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua atom C (2C). Karena itu, asam piruvat akan menjalani reaksi dekarboksilasi oksidatif.
Dekarboksilasi oksidatif
Adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom 3 C menjadi senyawa baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-A (asetil ko-A). Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) sering juga disebut sebagai tahap persiapan untuk masuk ke siklus Krebs. Reaksi DO ini mengambil tempat di intermembran mitokondria.
Pertama-tama, molekul asam cuka yang dihasilkan reaksi glikolisis akan melepaskan satu gugus karboksilnya yang sudah teroksidasi sempurna dan mengandung sedikit energi, yaitu dalam bentuk molekul CO2. Setelah itu, 2 atom karbon yang tersisa dari piruvat akan dioksidasi menjadi asetat (bentuk ionisasi asam asetat). Selanjutnya, asetat akan mendapat transfer elektron dari NAD+ yang tereduksi menjadi NADH. Kemudian, koenzim A (suatu senyawa yang mengandung sulfur yang berasal dari vitamin B) diikat oleh asetat dengan ikatan yang tidak stabil dan membentuk gugus asetil yang sangat reaktif, yaitu asetil koenzim-A, yang siap memberikan asetatnya ke dalam siklus Krebs untuk proses oksidasi lebih lanjut. Selama reaksi transisi ini, satu molekul glukosa yang telah menjadi 2 molekul asam piruvat lewat reaksi glikolisis menghasilkan 2 molekul NADH.
Siklus Krebs (TCA)
Terjadi di mitokondria. Siklus Krebs adalah tahapan selanjutnya dari respirasi seluler. Siklus Krebs adalah reaksi antara asetil ko-A dengan asam oksaloasetat, yang kemudian membentuk asam sitrat. Siklus Krebs disebut juga dengan siklus asam sitrat, karena menggambarkan langkah pertama dari siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil ko-A dengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat.
Pertama-tama, asetil ko-A hasil dari reaksi antara (dekarboksilasi oksidatif) masuk ke dalam siklus dan bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. Setelah "mengantar" asetil masuk ke dalam siklus Krebs, ko-A memisahkan diri dari asetil dan keluar dari siklus. Kemudian, asam sitrat mengalami pengurangan dan penambahan satu molekul air sehingga terbentuk asam isositrat. Lalu, asam isositrat mengalami oksidasi dengan melepas ion H+, yang kemudian mereduksi NAD+ menjadi NADH, dan melepaskan satu molekul CO2 dan membentuk asam a-ketoglutarat (baca: asam alpha ketoglutarat). Setelah itu, asam a-ketoglutarat kembali melepaskan satu molekul CO2, dan teroksidasi dengan melepaskan satu ion H+ yang kembali mereduksi NAD+ menjadi NADH. Selain itu, asam a-ketoglutarat mendapatkan tambahan satu ko-A dan membentuk suksinil ko-A. Setelah terbentuk suksinil ko-A, molekul ko-A kembali meninggalkan siklus, sehingga terbentuk asam suksinat. Pelepasan ko-A dan perubahan suksinil ko-A menjadi asam suksinat menghasilkan cukup energi untuk menggabungkan satu molekul ADP dan satu gugus fosfat anorganik menjadi satu molekul ATP. Kemudian, asam suksinat mengalami oksidasi dan melepaskan dua ion H+, yang kemudian diterima oleh FAD dan membentuk FADH2, dan terbentuklah asam fumarat. Satu molekul air kemudian ditambahkan ke asam fumarat dan menyebabkan perubahan susunan (ikatan) substrat pada asam fumarat, karena itu asam fumarat berubah menjadi asam malat. Terakhir, asam malat mengalami oksidasi dan kembali melepaskan satu ion H+, yang kemudian diterima oleh NAD+ dan membentuk NADH, dan asam oksaloasetat kembali terbentuk. Asam oksaloasetat ini kemudian akan kembali mengikat asetil ko-A dan kembali menjalani siklus Krebs.
Dari siklus Krebs ini, dari setiap molekul glukosa akan dihasilkan 2 ATP, 6 NADH, 2 FADH2, dan 4 CO2. Selanjutnya, molekul NADH dan FADH2 yang terbentuk akan menjalani rangkaian terakhir respirasi aerob, yaitu rantai transpor elektron.
Transpor Elektron
Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal. Transpor elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam mitokondria. Molekul yang berperan penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang dihasilkan pada reaksi glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs. Selain itu, molekul lain yang juga berperan adalah molekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.
Pertama-tama, NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan elektron berenergi tinggi yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q. Energi yang dihasilkan ketika NADH dan FADH2 melepaskan elektronnya cukup besar untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan elektron, koenzim Q juga melepaskan 2 ion H+. Setelah itu sitokrom b dioksidasi oleh sitokrom c. Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi sitokrom b oleh sitokrom c juga menghasilkan cukup energi untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian sitokrom c mereduksi sitokrom a, dan ini merupakan akhir dari rantai transpor elektron. Sitokrom a ini kemudian akan dioksidasi oleh sebuah atom oksigen, yang merupakan zat yang paling elektronegatif dalam rantai tersebut, dan merupakan akseptor terakhir elektron. Setelah menerima elektron dari sitokrom a, oksigen ini kemudian bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan dari oksidasi koenzim Q oleh sitokrom b membentuk air (H2O). Oksidasi yang terakhir ini lagi-lagi menghasilkan energi yang cukup besar untuk dapat menyatukan ADP dan gugus fosfat organik menjadi ATP. Jadi, secara keseluruhan ada tiga tempat pada transpor elektron yang menghasilkan ATP.
Setiap oksidasi NADH menghasilkan kira-kira 3 ATP, dan kira-kira 2 ATP untuk setiap oksidasi FADH2. Jadi, dalam transpor elektron dihasilkan kira-kira 34 ATP. Ditambah dari hasil glikolisis dan siklus Krebs, maka secara keseluruhan reaksi respirasi seluler menghasilkan total 38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP untuk melakukan transpor aktif, maka hasil bersih dari setiap respirasi seluler adalah 36 ATP.
Anaerob
Respirasi anaerob adalah pernafasan yang tidak memerlukan oksigen. Serangkaian reaksi enzimatik yang mengubah glukosa yang mengubah glukosa secara tidak sempurna menjadi CO2, H2O, dan energy. Energy yang dihasilkan dalam respirasi anaerob adalah 2 ATP.2
Penggunaan Energi oleh Tubuh
Kebutuhan Energi Keseluruhan untuk Aktivitas Sehari-Hari
Seorang priayang BB 70kg, berbaring sepanjang hari menggunakan energy 1650 kalori. Proses makan dan pencernaan meningkatkan jumlah pemakaian energy 200 kalori. Seorang pria yang sama berbaring dan memakan makanan , membutuh kan asupan makanan 1850 kalori. Jika ia duduk tanpa berlatih energi yang diperlukan 2000-2250 kalori. Jadi kebutuhan energy untuk orang yang tidak aktif adalah 2000 kalori. Jumlah energy yang digunakan untuk mengerjakan aktivitas fisik sehari-hari 25% dari energy total yang dikeluarkan. Namun, jumlah ini tergantung jenis dan jumlah aktivitas fisik
Energy yang Digunakan untuk Aktivitas Fisik
Pemakaian energy selama berbagai jenis kegiatan yang berbeda pada pria BB 70kg.
Bentuk Kegiatan Kalori Per Jam
Tidur 65
Bangun, tetap berbaring 77
Duduk diam 100
Berdiri santai 105
Menanggalkan pakaian dan berpakaian 118
Mengetik cepat 140
Berjalan perlahan (2,6 mil/jam) 200
Pekerjaan tukang kayu , logam, pengecatan industri 240
Menggergaji kayu 480
Berenang 500
Berlari (5,3 mil/jam) 570
Menaiki tangga secara cepat 1100
Energy yang Digunakan untuk Memproses Makanan (Efek Termogenik Makanan)
Setelah makanan dicerna, kecepatan metabolisme meningkat disebabkan oleh peningkatan beragam reaksi kimia yang berkaitan dengan pencernaan, absorbs dan penyimpanan makanan dalam tubuh disebut efek termogenik makanan. proses ini memerlukan energy dan menghasilkan panas.
Setelah mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak, kecepatan metabolisme meningkat 4%. Tetapi setelah makan banyak protein, kecepatan metabolisme mulai meningkat dalam waktu 1 jam, maksimum 30% di atas normal, berlangsung 3 sampai 12 jam. Pengaruh protein terhadap kecepatan metabolisme disebut specific dynamic action of protein. Efek termogenik makanan mencakup 8% pengeluaran energy harian total.3
Pengendalian Hormon dalam Homeostasis
Homeostasis yaitu (homeo=sama, statis=tetap bertahan) adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan pengaturan kondisi-kondisi statis (constant) dalam lingkungan internal atau berbagai proses biologis. Fungsinya memulihkan keadaan normal setelah terjadi gangguan.
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme termasuk di dalamnya hormone antara lain hormone:
Hormone tiroid; kecepatannya meningkat 50-100% di atas normal. Kadang-kadang menurun 40-60% dari normal.
Hormone kelamin pria; meningkatkan metabolism basal 10-15% dan hormone wanita hanya bekerja beberapa persen saja dan tidak bermakna.
Hormone pertumbuhan; meningkatkan kecepatan metabolism 15-20% sebagai akibat rangsangan langsung dari metabolism seluler.3
Kelainan dari Metabolisme dan Penyedia Energi
Obesitas (kegemukan)
Didefinisikan sebagai kandungan lemak yang berlebihan di simpanan jaringan adiposa. Batas normal kegemukan umumnya 20 % melebihi standar normal. Terjadi jika selama periode waktu tertentu kilokalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh dan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegemukan yaitu:
Gangguan emosi dengan makan berlebihan akibat menggantikan rasa puas lainnya.
Pembentukan sel-sel lemak dalam jumlah berlebihan akibat pemberian makanan berlebihan.
Gangguan endokrin tertentu.
Gangguan pusat pengatur rasa kenyang lapar di hipotalamus.
Kecenderungan herediter.
Kelezatan makanan yang tersedia.
Kurang berolahraga.
Malnutrisi (kurang gizi)
Penyebabnya adalah penurunan pemasukan makanan di bawah kebutuhan energi adalah tidak tersedianya makanan,gangguan mekanisme menelan atau pencernaan dan gangguan nafsu makan.
Anoreksia nervosa
Yaitu kehilangan nafsu makan. Biasanya mengenai gadis remaja,mengalami ketakutan patologis kegemukan. Karakteristik lainnya adalah gangguan sekresi bermacam-macam hormon,tidak adanya daur haid dan suhu tubuh rendah.
Malabsorpsi
Yaitu kegagalan usus halus menyerap makanan. Ketidakmampuan menyerap tersebut hanya dapat mengenai satu jenis asam amino,lemak,glukosa,atau vitamin atau dapat mengenai semua asam amino,lemak,glukosa atau vitamin yang larut lemak.
Penyebabnya defisiensi enzim pencernaan pankreas,infeksi mikroorganisme,kerusakan lapisan mukosa atau untuk lemak dan vitamin larut lemak,gangguan fungsi limfe atau empedu.4
SISTEM RESPIRASI
Definisi Pernafasan
Pernapasan adalah proses pergerakan oksigen dari atmosfer menuju ke sel dan keluarnya karbo dioksida dari sel ke atmosfer.
Pada dasarnya sistem pernapasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang menghantarkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli yaitu pemisah antara sistem pernpasan dan sistem kardiovaskular.5
Jenis Pernafasan
Berdasarkan kerja otot,pernapasan dibedakan menjadi 2 yaitu:
Pernapasan dada
Dikendalikan oleh otot tulang rusuk. Terjadi pada saat berdiri.
Fase inspirasi
Otot tulang rusuk berkontraksi,tulang dada terangkat ke depan,rongga dada mengembang,paru-paru membesar,tekanan udara dalam paru-paru mengecil akibatnya udara dari luar masuk ke dalam tubuh.
Fase ekspirasi
Otot tulang rusuk berelaksasi,tulang dada relaksasi kembali,rongga dada mengecil paru-paru mengempis,tekanan udara dalam paru-paru membesar akibatnya udara dari dalam tubuh ke luar.
Pernapasan perut
Dikendalikan oleh diafragma. Terjadi pada saat tidur.
Fase inspirasi
Otot diafragma berkonstraksi,diafragma mendatar,rongga dada mengecil,paru-paru mengecil akibatnya udara dari luar masuk ke dalam tubuh.
Fase ekspirasi
Otot diafragma relaksasi,diafragma melengkung ke atas,rongga dada mengecil,paru-paru mengempis,tekanan udara dalam paru-paru membesar akibatnya udara dari dalm paru-paru keluar dari tubuh.2
Proses Penyedia O2 dalam Darah oleh Sistem Respirasi
Sistem pernafasan berperan dalam homeostasis dengan memperoleh oksigen dari mngeluarkan karbondioksida ke lingkungan eksternal. Semua sel tubuh akhirnya memerlukan pasokan O2 yang adekuat untuk mengoksidasi molekul-molekul nutrien untuk menghasilkan ATP. Sel-sel otak yang sangat bergantung pada pasokan O2 yang konstan akan mati apabila tidak mendapatkan O2 selama 4 menit.
Bahkan sel-sel yang dapat menggunakan anaerob untuk menghasilkan energy. Akibat reaksi metabolisme yang menghasilkan energy dan hanya dapat bertahan hidup dalam rentan pH yang sempit. O2 dan CO2 bergerak melintasi membrane tubuh melalui proses difusi pasif mengikuti gradient tekanan parsial. Difusi netto O2 mula-mula terjadi antara alveolus dan darah,kemudian antara darah dan jaringan akibat gradient tekanan parsial O2 yang tercipta oleh pemakaian terus menerus O2 oleh sel dan pemasukan O2 segar melalui ventilasi. Difusi netto CO2 terjadi dalam arah yang berlawanan. Pertama-tama antara jaringan dan darah kemudian antara darah dan alveolus, akibat gradient parsial karbondioksida yang terjadi oleh produksi terus menerus CO2 alveolus oleh proses ventilasi.
Karena O2 dan CO2 tidak terlalu larut dalam darah, sehingga harus diangkut dengan mekanisme selain larut secara fisik dan 98,5 % O2 yang larut secara fisik dan 98,5% secara kimiawi berikatan dengan Hb.1
Definisi Ekspirasi dan Inspirasi
Pengertian inspirasi
Proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Biasanya disebut dengan masuknya udara dari atmosfer ke dalam rongga dada. Konsentrasi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai kebawah, yaitu ventrikal.1
Pengertian ekspirasi
Udara dipaksa keluar oleh pengendalian otot dank arena paru-paru kemps kembali, disebabkan sifat elastic paru-paru.1
Mekanisme Ekspirasi dan Inspirasi
Mekanisme
Paru-paru dapat dikembangkembiskan melalui dua cara :
Dengan gerakan naik turunnya diafragma untuk memperbesar atau memperkacil rongga dada.
Dengan depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil diameter anteroposterior rongga dada.
Inspirasi
Selama inspirasi kontraksi diafragma menarik permukaan bawah paru ke arah bawah. Dan ketika inspirasi rangka iga dielevasikan, tulang iga langsung maju sehingga sternum bergerak ke depan menjauhi medula spinalis, dan membentuk jarak anteroposterior dada kira-kira 20% lebih besar.
Otot-otot yang dapat mengelevasikan rangka dada (otot yang berperan pada inspirasi) adalah:
Intercostalis eksterna yaitu otot yang paling berperan untuk mengangkat rangka iga.
Sternokleidomastoideus yaitu otot yang berfungsi mengangkat sternum ke atas.
Serratus anterior yang berfungsi mengangkat sebagian besar iga.
Skalenus yang berfungsi mengangkat dua iga pertama.
Bila otot-otot ini berkontraksi, otot tersebut akan menarik tulang iga bagian atas ke depan dalam hubungannya dengan tulang iga yang lebih bawah. Keadaan ini akan menghasilkan daya ungkiy pada tulang iga untuk mengangkatnya ke atas, dengan demikian menimbulkan inspirasi.
Pada inspirasi otot diafragma berkontraksi dan kubah diafragma turun, pada saat yang sama musculus intercostalin eksterna berkontraksi dan menarik dinding dada agak keluar. Oleh kerja ini, ruang di dalam dada membesar, tekanan di dalam alveolus menurun dan udara keluar dari paru-paru.
Ekspirasi
Selama ekspirasi diafragma mengadakan relaksasi, dan sifat elastis daya lenting paru, dinding dada dan struktur. Namun, selama bernafas kuat, daya elastis tidak cukup kuat untuk menghasilkan ekspirasi cepat diperlukan, sehingga diperlukan tenaga ekstra yang terutama diperoleh dari kontraksi otot-otot abdomen, yang mendorong isi abdomen ke atas melawan dasar diafragma.
Pada saat ekspirasi posisi istirahat, iga miring ke bawah, dengan demikian sternum turun ke belakang ke arah kolumna vertebralis.
Otot-otot yang menarik rangka iga ke bawah selama ekspirasi adalah:
Rektus abdominis yaitu otot yang mempunyai efek tarikan ke arah bawah yang sangat kuat terhadap iga-iga bagian bawah, pada saat yang bersamaan ketika otot-otot ini dan otot abdomen lainnya menekan isi abdomen ke atas ke arah diafragma.
Interkostalis eksternus.
Selama ekspirasi tulang-tulang iga membentuk sudut ke bawah dan otot interkostalis eksternus memanjang ke depan dan ke bawah. Otot interkostalis internus memiliki fungsi berlawanan, yang berfungsi sebagai otot-otot ekspirasi, karena otot-otot ini membentuk sudut antara tulang iga dalam arah yang berlawanan pula.
Pada ekspirasi otot diafragma dan musculus intercostalis eksterna berelaksasi. Diafragma naik, dinding dada masuk ke dalam dan ruang di dalam dada mengecil, tekanan di dalam alveolus naik dan udara keluar dari paru-paru.
Respirasi tenang yang normal terjadi sekitar enam belas kali permenit. Ekspirasi diikuti oleh henti sejenak. Kedalaman dan frekuensi gerakan respirasi terutama dikendalikan secara biokimia, tetapi kontrol ini dapat dimodifikasi oleh kerja volunter saat bicara, menyanyi, bersiul dll.2
Kelainan Sistem Pernafasan
Kelainan pada sistem pernapasan:
Asma
Adalah kelainan akibat penyempitan saluran nafas akibat otot polos pembentuk dinding saluran terus berkontraksi disebabkan alergi atau kekurangan hormon adrenalin.
Kriteria diagnosis
Gejala kronis dari obstruksi saluran pernapasan : sesak napas, batuk, dan dada sesak
Gejalanya biasanya lebih buruk pada malam hari atau dini hari.
Asfiksi
Adalah gangguan pengangkutan dan penggunaan oksigen oleh jaringan akibat tenggelam, pneumonia dan keracunan CO.
Pneumonia
Yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri diplococcus pneumonia.
Dipteri
Yaitu penyumbatan laring/faring oleh lendir akibat infeksi Corynebacterium Diphteriae.
Wajah Adenoid/wajah bodoh
Diakibatkan penyempitan saluran pernapasan karena pembengkakan kelenjar limfe (polip), dan pada tekak (amandel).
Peradangan pada sistem pernapasan
Bronchitis, yaitu radang pada bronkus
Laringitis yaitu radang pada laring
Faringitis yaitu radang pada faring
Pleuritis yaitu radang pada selaput paru-paru.4,7
Pengaturan Suhu Tubuh
Memahami konsep pengaturan suhu tubuh penting karena sangat berguna dalam penelitian / persoalan di klinik sebagai berikut :
Persoalan demam pada penyakit-penyakit.
Persoalan pemberian hypothemic pada kasus pembedahan (bedah jantung ).
Manusia mempunyai kemampuan untuk memelihara suhu tubuh relatip konstan dan berlawanan dengan suhu lingkungan. Kepentingan dipertahan suhu tubuh pada manusia adalah berhubungan dengan reaksi kimia
Prinsip pengaturan suhu tubuh.
Konsep core temperature yaitu dianggap merupakan dua bagian dalam scal peraturan suhu yaitu :
Bagian dalam inti suhu tubuh, yang benar-benar mempunyai suhu rata-rata 37 0C , yaitu di ukur pada daerah mulut, otot, vagina, oesophagus.
Bagian luar adalah temperature kulit lebih dari 1/3 masa tubuh yaitu pertukaran kulit sampai lebih dari 2cm ke dalam.
Peraturan suhu tubuh dalam keadaan panas
Secara fisik
Penambahan aliran darah permukaan tubuh.
Terjadi aliran darah maksimum pada angota tubuh / badan.
Perubahan (shift) dan venus rectum ke vena permukaan.
Proses ini terutama efektif pada keadaan temperature kurang / di bawah aliran 340C. Penambahan konduktipitas panas (Thermal darah kondutivity).
Keringat
Pada temperatur diatas 340C, pengaturan sirkulasi panas tidak cukup dengan radiasi, dimana pada kondisi ini tubuh mendapat panas dari radiasi mekanisme panas yang dipakai dalam keadaan (evaporasi) ini dengan cara penguapan.
Gerakan kontraksi pada kelenjar priodik memompa tetesan cairan keringat, berfungsi secara keringat dari rumen permukaan kulit merupakan mekanisme pendinginan yang p[aling efektif.
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula sebagai mana disebut bahwa sangat terkait dengan laju metabolisme
Ransangan saraf simpatik dapat menyebabkan metabolisme menjadi 100o/o lebih cepat.
Pengatur suhu tubuh dalam keadaan dingin
Ada 2 mekanisme tubuh dalam keadaan dingin yaitu :
Secara fisik (prinsip-prinsip ilmu alam) yaitu peraturan atau reaksi yang berdiri dari perubahan sirkulasi dan tegaknya bulu-bulu badan (piloerektion).
Secara kimia yaitu terdiri dari penambahan panas dengan metabolisme akan terbaik secara sengaja dengan melakukan kegiatan otot-otot ataupun dengan care menggigil.6
GINJAL & ASAM-BASA
Fungsi Ginjal
Ginjal adalah suatu dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah terbebas dari zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh untuk di buang bersama urine. Beberapa fungsi ginjal antara lain:
Mengeluarkan zat-zat toksin dan racun.
Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
Mempertahankan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
Mengeluarkan sisa metabolisme dari hasil akhir dari protein, urien, kreatinim, dan amaniak.
Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES.
Memelihara volume plasma yang sesuai, sangat berperan dalam pengaturan jangka-panjang tekanan darah arteri.
Memelihara osmolaritas (konsentarasi zat terlarut) berbagai cairan tubuh terutama melalui pengaturan keseimbangan H2O.
Mengekskresikan banyak senyawa asing.
Mensekresikan eritroprotein (hormone yang merangsang pembentukan sel darah merah).
Mensekresikan rennin (hormone yang memicu reaksi dalam konservasi garam oleh ginjal).
Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.1
Proses Pembentukan Urine
Proses pembentukan urine ada 3 tahap, yaitu:
Filtrasi (penyaringan)
Proses ini terjadi di kapsul Bowmann dan glomerulus. Prosesnya, ketika darah masuk ke glomerulus maka tekanan darah menjadi meningkat sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori endothelium kapiler. Kemudian darah menuju membrane dasar dan melewati lempeng filtrasi dan masuk ke dalam ruang kapsul Bowmann.
Reabsorpsi (penyerapan kembali)
Proses ini terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle dan sebagian tubulus kontortus distal. Rearbsorpsi dilakukan oleh sel-sel epithelium di seluruh tubulus ginjal. Zat-zat yang direarbsorpsi antara lain adalah NaCl, H2O, K+, H+, NH3, Na+, HCO3-, HbO4- dan glukosa sedangkan urea hanya diserap sebagian.
Hasil reabsorpsi ini berupa urin sekunder yang komposisinya mengandung air, garam, urea dan pigmen empedu yang member warna dan bau pada urine.
Augmentasi dan sekresi (pengumpulan dan pengeluaran)
Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju tubula kolekta (tubulus pengumpul). Pada tubulus ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl- dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus kolekta, urine dibawa ke pelvis renalis, dari pelvis renalis urine mengalir melalui ureter menuju Vesica urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan sementara urine. Bila ureter berisi penuh dengan urine maka impuls akan dihantarkan ke saraf sehingga menyebabkan sfingter akan kendur dan urine dapat dikeluarkan melalui uretra.
Table: Komposisi Urine Primer
Molekul Kadar/gram
Air 900
Protein 0
Glukosa 1
Asam amino 0.5
Urea 0.3
Ion anorganik 7.2
Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urine
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi produksi urine adalah:
Suhu.
Emosi.
Rasa takut.
Konsentrasi darah.
Hormone ADH (Vasopressis) yaitu Anti Diuretik Hormon yang dihasilkan di kelenjar hipofisis.
Zat-zat diuretic.2
Pengaturan Imbangan Air dan Elektrolit
Sebagian besar tubuh kita tersusun atas air. Cairan dalam tubuh kita misalnya darah, kelenjar, urine tersusun atas air, begitu pula dengan sel, tulang, otot tersusun atas air. Jika berat badan kita 40 kg, maka tubuh kita terdiri atas 24 liter air, sebagian besar kita buang setiap hari dan harus diganti. Air dalam tubuh kita dapat hilang dengan pengeluaran seperti urine, feses, bernafas, berkeringat dan lain-lain.
Kehilangan air dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung air seperti:
Ayam mengandung 66% air
Jamur mengandung 93% air
Kacang mengandung 50% air
Kentang mengandung 80% air
Usus setiap hari memperoleh kira-kira 2000 ml cairan dari makanan ditambah 700 ml dari sekresi mukosa dan kelenjar-kelenjarnya dan hanya kehilangan cairan sekitar 200 ml cairan melalui feses. Sebagian besar Na+ dalam penyerapan usus berdifusi masuk atau keluar usus tergantung pada gradient konsentrasi. Dalam usus halus terjadi transport aktif Na+ yang penting untuk absorpsi glukosa, asam amino dan zat lain. Sebaliknya adanya glukosa dalam lumen usus mempermudah reabsorpsi Na+.
Air berjalan masuk atau keluar dari usus sampai tekanan osmotik isi lambung sama dengan tekanan osmotik plasma. Osmolitas isi duodenum mungkin hipertonik atau hipotonik tergantung pada jenis makanan yang dimakan tetapi jika sudah masuk ke dalam usus osmolitasnya menyekati osmolitas plasma.4,7
Gangguan Fungsi Ginjal
Sindrom Nefritik; disebabkan oleh glomerulonefritis (peradangan glomerulus). Merupakan klompikasi penyakit infeksi contohnya ISPA. Terjadi akibat kompleks imun antibody beredar dalam darah dan mengendap di glomerulus.
Glomerulonefritis Sabit; cedera berat glomerulus dan makrofag menumpuk dalam ruang kemih di bawah kapsul Bowmann.
Glomerulonefritis Kronik; yaitu gagal ginjal kronik dan uremia karena sebagian besar glomerulus mengalami hialinisasi dan obliterasi karena kapilernya menghilang, tubulus kehilangan fungsi dan pasokan darah lalu mengalami atrofi.
Sindrom Nefrotik; sebenarnya glomerulus normal hanya saja peningkatan jumlah sel mesangium, tetapi lama kelamaan bermanifestasi sebaagi sindrom nefrotik.
Tubulointerstitium; gangguan perkembangan karena peradangan dan infeksi.
Tumor Ginjal; tumor ganas seperti karsinoma hipernefroma, nefroblastoma dan lain-lain.
Gagal Ginjal; gagal ginjal yang progesif dan lambat, karena ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal.
Hipertensi; menyebabkan kerusakan pada ginjal.
Nefroskelerosis; lesi yang menyebabkan rusaknya iskemik di seluruh nefron (benigna dan maligna).
Poliarteresis Nodosa; penyakit yang menyerang arteri-arteri ginjal dan glomerulus sehingga menyebabkan infark nefron.4,7
Konsep Asam-Basa
Asam adalah molekul yang mengandung atom-atom hydrogen yang dapat melepaskan ion-ion hydrogen dalam larutan. Contohnya HCl.
Basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima ion hydrogen. Contohnya HCO3-.
pH asam=1-7.
pH basa=7-14.
normal=7 (contohnya air).
pH darah arteri=7,4 dan darah vena=7,35.
pH urine dapat berkisar antara 4,5-8,0.3
Peran pH dalam Mempertahankan Fungsi Organ
GINJAL
Ginjal mengontrol keseimbangan asam-basa dengan mengeluarkan urine yang asam atau basa. Pengeluaran urine asam akan mengurangi jumlah asam begitu juga sebaliknya. Seperti diketahui pH urine yaitu 4,5-8,0 sehingga bersifat asam atau basa.
DARAH
pH darah adalah 7,4 atau 7,35 sehingga dapat memperkirakan kejadian yang terjadi di dalam darah. Darah bersifat normal 7,35 atau 7,4, CO2 yang dibebaskan ke jaringan.
LAMBUNG
pH lambung bersifat asam karena HCl dalam asam lambung yang pH-nya 3-4 yang bisa mendeteksi untuk menetralisir agar tidak terjadi kerusakan lambung.
Dari beberapa penjelasan di atas disimpulkan bahwa pH berperan dalam penentuan suatu organ bersifat asam atau basa dengan melihat pH-nya.3
Pengaturan pH Darah oleh Paru dan Ginjal
Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hydrogen dalam cairan tubuh:
Sistem penyangga asam-basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang segera bergabung dengan asam-basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion H+ yang berlebihan.
Pusat pernafasan yang mengatur pembuangan CO2 dan H2CO3 dari CES (Cairan Ekstra Seluler).
Ginjal yang dapat mengekskresikan urine asam atau basa sehingga menyesuaikan kembali konsentrasi ion H+ CES menuju normal.
Apabila terjadi perubahan maka sistem penyangga cairan tubuh bekerja dalam waktu singkat untuk meminimalkan perubahan-perubahan. Sistem ini tidak mengeliminasi H+ tetapi hanya menjaga keseimbangannya saja.
Garis pertahanan kedua yaitu pernafasan, bekerja untuk mengeliminasi CO2 dan H2CO3 dari tubuh.
Garis ketiga ginjal mengeliminasi asam dan basa dari tubuh.3
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap manusia membutuhkan energy untuk kelangsungan hidupnya sehingga dapat dijadikan sebagai sumber energy dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain. Semua proses mulai dari menelan makanan sampai mengeluarkan kembali terjadi dengan adanya energy dan juga energy tersebut digunakan untuk bernafas. Semua sisa metabolism akan dibuang melalui proses eskresi baik melalui feses, urine, keringat dan bernafas.
Saran
Agar mendapatkan energy yang cukup dan memenuhi kebutuhan energy sehari-hari setiap kita harus mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak sehingga energy bisa terpenuhi dan proses metabolism tubuh dapat berlangsung dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.
2. Kimball, John. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.
3. Guyton and Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
4. Price and Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
5. Syarifuddin. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta: Widya Medika.
6. Tambayong, Jan. 2002. Fisiologi dan Anatomi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
7. Sander, Moch. A. 2004. Patologi Anatomi. Jakarta: UMM Press.
8. Angela, Ruyton. 1998. Under the Microscope Dingestiny: How We Fuel the Body. Doyburny: Grolier.
>BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam menjalankan fungsinya sebagai makhluk hidup, manusia memerlukan energy untuk melanjutkan dan mempertahankan hidupnya. Sumber energy itu dapat diperoleh melalui berbagai cara seperti melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari sehingga akan menghasilkan energy. Setelah makanan dikonsumsi tubuh akan mengubahnya menjadi energy melalui berbagai proses metabolisme tubuh sehingga manusia bisa bernafas dan menjalankan aktivitasnya. Berbagai proses terjadi dalam tubuh khususnya sel yang akan melakukan berbagai proses untuk kelangsungan hidup manusia sehingga menghasilkan energy.
Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
Penyediaan substrat sebagai sumber energy, proses penyediaan energy baik secara aerob dan anaerob, penggunaan energy oleh tubuh, pengendalian hormone dalam penggunaan energy dalam homeostasis dan kelainan yang terjadi dalam proses metabolisme dan penyedia energy.
Definisi, jenis, proses penyediaan O2 dalam darah dalam sistem respirasi.
Definisi dan mekanisme ekspirasi dan inspirasi.
Proses pengaturan suhu tubuh.
Fungsi, proses pembentukan urine, pengaturan imbangan air dan elektrolit dan gangguan fungsi ginjal.
Konsep asam-basa, peran pH dalam mempertahankan fungsi organ dan pengaturan pH dalam paru-paru dan ginjal.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
Mampu menjelaskan tentang penyediaan substrat sebagai sumber energy, proses penyediaan energy baik secaar aerob dan anaerob, penggunaan energy oleh tubuh, pengendalian hormone dalam penggunaan energy dalam homeostasis dan kelainan yang terjadi dalam proses metabolisme dan penyedia energy.
Mengetahui definisi, jenis, proses penyediaan O2 dalam darah dalam sistem respirasi.
Mengetahui definisi dan mekanisme ekspirasi dan inspirasi serta proses pengaturan suhu tubuh.
Menjelaskan fungsi, proses pembentukan urine, pengaturan imbangan air dan elektrolit dan gangguan fungsi ginjal.
Mampu menjelaskan konsep asam-basa, peran pH dalam mempertahankan fungsi organ dan pengaturan pH dalam paru-paru dan ginjal.
BAB II
PEMBAHASAN
ENERGI
Proses Penyediaan Substrat Sebagai Sumber Energi (Proses Pengolahan Bahan Makanan)
Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam makanan sehari-hari adalah polisakarida, disakarida dan monosakarida. Pati (polimer glukosa) dan derivat-derivatnya adalah satu-satunya polisakarida yang dicerna dalam truktus glastrointestinalis manusia. Pati dipecahkan oleh ptyalin α - amylase dalam saliva, tetapi pH optimumnya 6,7 dan kerjanya di hambat oleh lambung. Dalam usus halus, amylase pancreasyang poten juga bekerja pada polisakarida yang dicerna. α - amylase saliva dan pancreas keduanya menghidrolisa ikatan 1,4 α , tetapi tidak menghidrolisa ikatan 1,6 α , ikatan 1,4 α terminal dan ikatan 1,4 α dekat titik percabangan. Akibatnya hasil pencernaan α -amilase adalah oligosakarida : disakarida maltose, beberapa polimer yang sedikit lebih besar dengan glukosa pada ikatan 1,4 α dan limit dekstrin, polimer bercabang-cabang rata-rata mengandung kira-kira 8 molekul gula. Sebagian molekul glukosa yang dibentuk masuk ke sel mukosa, dan sebagian masuk kedalam lumen usus untuk diabsorpsi kembali bersama-sama. Disakarida yang dicerna dihidrolisis oleh lactase atau sakrase pada permukaan sel mukosa yang menghadap lumen.
Metabolisme
Ptialin (amylase) mengubah zat tepung masuk menjadi maltose. Enzim dalam usus : invertase, maltase dan lactase.
Absorpsi
Monosakarida diserap dalam darah. Persentase gula darah dipertahankan karena pengendapan insulin dan aktivitas hati di dalam jantung terjadi oksidasi karbohidrat untuk menyediakan panas dari energy. Kelebihannya disimpan sebagai lemak dan penambahan berat badan. Sewaktu proses pembakaran karbondioksida disingkirkan sebagai produk buangan sampai hasil pembakaran karbohidrat di dalam jaringan diekskresikan.
Lemak
Metabolism
Lipase gastric menghasilkan sedikit hidroksa lemak. Lipase pancreas memecah lemak menjadi gliserin. Lipase usus menjadi asam lemak.
Absorbsi
Gliserin dan asam lemak oleh laktat yang di salurkan ke duktus torasika dam masuk kedalam aliran darah. Di darah lemak dihantarkan kesetiap sel tubuh. Hati mengoksidasikan lemak dan mempersiapkan lemak untuk disimpan kedalam jaringan. Didalam jaringan sebagian dioksidasi (karbohidrat) untuk memberi panas dari energy dan sebagian disimpan ditempat penyimpanan lemak ( vitamin A dan B ).
Protein
Absorbsi
(Darah) asam amino membawa nitrogen dan zat belerang ke setiap sel di dalam tubuh. Sel memisahkan asam amino yang khusus diperlukan. Setiap sel untuk perbaikan dan penyembuhan memecahkan asam amino dan dari proses ini terbentuk urea. Senyawa C di bebeaskan oksidasi. Produk buangan sebagai hasil metabolisme protein di dalam jarinagn terdapat urea, asam urat dan kreatinium. Bahan-bahan tersebut diekskresikan didalam urine. Protein tidak ditimbun dalam tubuh tetapi kelebihannya diekskresikan terutama didalam urine.1
Proses Penyediaan Energi
Aerob
Glikolisis
Substratnya adalah 1 molekul glukosa (yang memiliki 6 atom Carbon) dengan bantuan berbagai macam enzim menghasilkan produk berupa 2 molekul asam piruvat(yang memiliki 2 molekul asam piruvat) serta 2 molekul ATP dan 2 molekul NADH. Terjadi di sitoplasma.
Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs yang bertempat di matriks mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam piruvat yang mandapat molekul oksigen yang cukup dan akan meneruskan tahapan reaksi tidak dapat begitu saja masuk ke dalam siklus Krebs, karena asam piruvat memiliki atom C terlalu banyak, yaitu 3 buah. Persyaratan molekul yang dapat menjalani siklus Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua atom C (2C). Karena itu, asam piruvat akan menjalani reaksi dekarboksilasi oksidatif.
Dekarboksilasi oksidatif
Adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom 3 C menjadi senyawa baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-A (asetil ko-A). Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) sering juga disebut sebagai tahap persiapan untuk masuk ke siklus Krebs. Reaksi DO ini mengambil tempat di intermembran mitokondria.
Pertama-tama, molekul asam cuka yang dihasilkan reaksi glikolisis akan melepaskan satu gugus karboksilnya yang sudah teroksidasi sempurna dan mengandung sedikit energi, yaitu dalam bentuk molekul CO2. Setelah itu, 2 atom karbon yang tersisa dari piruvat akan dioksidasi menjadi asetat (bentuk ionisasi asam asetat). Selanjutnya, asetat akan mendapat transfer elektron dari NAD+ yang tereduksi menjadi NADH. Kemudian, koenzim A (suatu senyawa yang mengandung sulfur yang berasal dari vitamin B) diikat oleh asetat dengan ikatan yang tidak stabil dan membentuk gugus asetil yang sangat reaktif, yaitu asetil koenzim-A, yang siap memberikan asetatnya ke dalam siklus Krebs untuk proses oksidasi lebih lanjut. Selama reaksi transisi ini, satu molekul glukosa yang telah menjadi 2 molekul asam piruvat lewat reaksi glikolisis menghasilkan 2 molekul NADH.
Siklus Krebs (TCA)
Terjadi di mitokondria. Siklus Krebs adalah tahapan selanjutnya dari respirasi seluler. Siklus Krebs adalah reaksi antara asetil ko-A dengan asam oksaloasetat, yang kemudian membentuk asam sitrat. Siklus Krebs disebut juga dengan siklus asam sitrat, karena menggambarkan langkah pertama dari siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil ko-A dengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat.
Pertama-tama, asetil ko-A hasil dari reaksi antara (dekarboksilasi oksidatif) masuk ke dalam siklus dan bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. Setelah "mengantar" asetil masuk ke dalam siklus Krebs, ko-A memisahkan diri dari asetil dan keluar dari siklus. Kemudian, asam sitrat mengalami pengurangan dan penambahan satu molekul air sehingga terbentuk asam isositrat. Lalu, asam isositrat mengalami oksidasi dengan melepas ion H+, yang kemudian mereduksi NAD+ menjadi NADH, dan melepaskan satu molekul CO2 dan membentuk asam a-ketoglutarat (baca: asam alpha ketoglutarat). Setelah itu, asam a-ketoglutarat kembali melepaskan satu molekul CO2, dan teroksidasi dengan melepaskan satu ion H+ yang kembali mereduksi NAD+ menjadi NADH. Selain itu, asam a-ketoglutarat mendapatkan tambahan satu ko-A dan membentuk suksinil ko-A. Setelah terbentuk suksinil ko-A, molekul ko-A kembali meninggalkan siklus, sehingga terbentuk asam suksinat. Pelepasan ko-A dan perubahan suksinil ko-A menjadi asam suksinat menghasilkan cukup energi untuk menggabungkan satu molekul ADP dan satu gugus fosfat anorganik menjadi satu molekul ATP. Kemudian, asam suksinat mengalami oksidasi dan melepaskan dua ion H+, yang kemudian diterima oleh FAD dan membentuk FADH2, dan terbentuklah asam fumarat. Satu molekul air kemudian ditambahkan ke asam fumarat dan menyebabkan perubahan susunan (ikatan) substrat pada asam fumarat, karena itu asam fumarat berubah menjadi asam malat. Terakhir, asam malat mengalami oksidasi dan kembali melepaskan satu ion H+, yang kemudian diterima oleh NAD+ dan membentuk NADH, dan asam oksaloasetat kembali terbentuk. Asam oksaloasetat ini kemudian akan kembali mengikat asetil ko-A dan kembali menjalani siklus Krebs.
Dari siklus Krebs ini, dari setiap molekul glukosa akan dihasilkan 2 ATP, 6 NADH, 2 FADH2, dan 4 CO2. Selanjutnya, molekul NADH dan FADH2 yang terbentuk akan menjalani rangkaian terakhir respirasi aerob, yaitu rantai transpor elektron.
Transpor Elektron
Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal. Transpor elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam mitokondria. Molekul yang berperan penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang dihasilkan pada reaksi glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs. Selain itu, molekul lain yang juga berperan adalah molekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.
Pertama-tama, NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan elektron berenergi tinggi yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q. Energi yang dihasilkan ketika NADH dan FADH2 melepaskan elektronnya cukup besar untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan elektron, koenzim Q juga melepaskan 2 ion H+. Setelah itu sitokrom b dioksidasi oleh sitokrom c. Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi sitokrom b oleh sitokrom c juga menghasilkan cukup energi untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian sitokrom c mereduksi sitokrom a, dan ini merupakan akhir dari rantai transpor elektron. Sitokrom a ini kemudian akan dioksidasi oleh sebuah atom oksigen, yang merupakan zat yang paling elektronegatif dalam rantai tersebut, dan merupakan akseptor terakhir elektron. Setelah menerima elektron dari sitokrom a, oksigen ini kemudian bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan dari oksidasi koenzim Q oleh sitokrom b membentuk air (H2O). Oksidasi yang terakhir ini lagi-lagi menghasilkan energi yang cukup besar untuk dapat menyatukan ADP dan gugus fosfat organik menjadi ATP. Jadi, secara keseluruhan ada tiga tempat pada transpor elektron yang menghasilkan ATP.
Setiap oksidasi NADH menghasilkan kira-kira 3 ATP, dan kira-kira 2 ATP untuk setiap oksidasi FADH2. Jadi, dalam transpor elektron dihasilkan kira-kira 34 ATP. Ditambah dari hasil glikolisis dan siklus Krebs, maka secara keseluruhan reaksi respirasi seluler menghasilkan total 38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP untuk melakukan transpor aktif, maka hasil bersih dari setiap respirasi seluler adalah 36 ATP.
Anaerob
Respirasi anaerob adalah pernafasan yang tidak memerlukan oksigen. Serangkaian reaksi enzimatik yang mengubah glukosa yang mengubah glukosa secara tidak sempurna menjadi CO2, H2O, dan energy. Energy yang dihasilkan dalam respirasi anaerob adalah 2 ATP.2
Penggunaan Energi oleh Tubuh
Kebutuhan Energi Keseluruhan untuk Aktivitas Sehari-Hari
Seorang priayang BB 70kg, berbaring sepanjang hari menggunakan energy 1650 kalori. Proses makan dan pencernaan meningkatkan jumlah pemakaian energy 200 kalori. Seorang pria yang sama berbaring dan memakan makanan , membutuh kan asupan makanan 1850 kalori. Jika ia duduk tanpa berlatih energi yang diperlukan 2000-2250 kalori. Jadi kebutuhan energy untuk orang yang tidak aktif adalah 2000 kalori. Jumlah energy yang digunakan untuk mengerjakan aktivitas fisik sehari-hari 25% dari energy total yang dikeluarkan. Namun, jumlah ini tergantung jenis dan jumlah aktivitas fisik
Energy yang Digunakan untuk Aktivitas Fisik
Pemakaian energy selama berbagai jenis kegiatan yang berbeda pada pria BB 70kg.
Bentuk Kegiatan Kalori Per Jam
Tidur 65
Bangun, tetap berbaring 77
Duduk diam 100
Berdiri santai 105
Menanggalkan pakaian dan berpakaian 118
Mengetik cepat 140
Berjalan perlahan (2,6 mil/jam) 200
Pekerjaan tukang kayu , logam, pengecatan industri 240
Menggergaji kayu 480
Berenang 500
Berlari (5,3 mil/jam) 570
Menaiki tangga secara cepat 1100
Energy yang Digunakan untuk Memproses Makanan (Efek Termogenik Makanan)
Setelah makanan dicerna, kecepatan metabolisme meningkat disebabkan oleh peningkatan beragam reaksi kimia yang berkaitan dengan pencernaan, absorbs dan penyimpanan makanan dalam tubuh disebut efek termogenik makanan. proses ini memerlukan energy dan menghasilkan panas.
Setelah mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak, kecepatan metabolisme meningkat 4%. Tetapi setelah makan banyak protein, kecepatan metabolisme mulai meningkat dalam waktu 1 jam, maksimum 30% di atas normal, berlangsung 3 sampai 12 jam. Pengaruh protein terhadap kecepatan metabolisme disebut specific dynamic action of protein. Efek termogenik makanan mencakup 8% pengeluaran energy harian total.3
Pengendalian Hormon dalam Homeostasis
Homeostasis yaitu (homeo=sama, statis=tetap bertahan) adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan pengaturan kondisi-kondisi statis (constant) dalam lingkungan internal atau berbagai proses biologis. Fungsinya memulihkan keadaan normal setelah terjadi gangguan.
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme termasuk di dalamnya hormone antara lain hormone:
Hormone tiroid; kecepatannya meningkat 50-100% di atas normal. Kadang-kadang menurun 40-60% dari normal.
Hormone kelamin pria; meningkatkan metabolism basal 10-15% dan hormone wanita hanya bekerja beberapa persen saja dan tidak bermakna.
Hormone pertumbuhan; meningkatkan kecepatan metabolism 15-20% sebagai akibat rangsangan langsung dari metabolism seluler.3
Kelainan dari Metabolisme dan Penyedia Energi
Obesitas (kegemukan)
Didefinisikan sebagai kandungan lemak yang berlebihan di simpanan jaringan adiposa. Batas normal kegemukan umumnya 20 % melebihi standar normal. Terjadi jika selama periode waktu tertentu kilokalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh dan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegemukan yaitu:
Gangguan emosi dengan makan berlebihan akibat menggantikan rasa puas lainnya.
Pembentukan sel-sel lemak dalam jumlah berlebihan akibat pemberian makanan berlebihan.
Gangguan endokrin tertentu.
Gangguan pusat pengatur rasa kenyang lapar di hipotalamus.
Kecenderungan herediter.
Kelezatan makanan yang tersedia.
Kurang berolahraga.
Malnutrisi (kurang gizi)
Penyebabnya adalah penurunan pemasukan makanan di bawah kebutuhan energi adalah tidak tersedianya makanan,gangguan mekanisme menelan atau pencernaan dan gangguan nafsu makan.
Anoreksia nervosa
Yaitu kehilangan nafsu makan. Biasanya mengenai gadis remaja,mengalami ketakutan patologis kegemukan. Karakteristik lainnya adalah gangguan sekresi bermacam-macam hormon,tidak adanya daur haid dan suhu tubuh rendah.
Malabsorpsi
Yaitu kegagalan usus halus menyerap makanan. Ketidakmampuan menyerap tersebut hanya dapat mengenai satu jenis asam amino,lemak,glukosa,atau vitamin atau dapat mengenai semua asam amino,lemak,glukosa atau vitamin yang larut lemak.
Penyebabnya defisiensi enzim pencernaan pankreas,infeksi mikroorganisme,kerusakan lapisan mukosa atau untuk lemak dan vitamin larut lemak,gangguan fungsi limfe atau empedu.4
SISTEM RESPIRASI
Definisi Pernafasan
Pernapasan adalah proses pergerakan oksigen dari atmosfer menuju ke sel dan keluarnya karbo dioksida dari sel ke atmosfer.
Pada dasarnya sistem pernapasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang menghantarkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli yaitu pemisah antara sistem pernpasan dan sistem kardiovaskular.5
Jenis Pernafasan
Berdasarkan kerja otot,pernapasan dibedakan menjadi 2 yaitu:
Pernapasan dada
Dikendalikan oleh otot tulang rusuk. Terjadi pada saat berdiri.
Fase inspirasi
Otot tulang rusuk berkontraksi,tulang dada terangkat ke depan,rongga dada mengembang,paru-paru membesar,tekanan udara dalam paru-paru mengecil akibatnya udara dari luar masuk ke dalam tubuh.
Fase ekspirasi
Otot tulang rusuk berelaksasi,tulang dada relaksasi kembali,rongga dada mengecil paru-paru mengempis,tekanan udara dalam paru-paru membesar akibatnya udara dari dalam tubuh ke luar.
Pernapasan perut
Dikendalikan oleh diafragma. Terjadi pada saat tidur.
Fase inspirasi
Otot diafragma berkonstraksi,diafragma mendatar,rongga dada mengecil,paru-paru mengecil akibatnya udara dari luar masuk ke dalam tubuh.
Fase ekspirasi
Otot diafragma relaksasi,diafragma melengkung ke atas,rongga dada mengecil,paru-paru mengempis,tekanan udara dalam paru-paru membesar akibatnya udara dari dalm paru-paru keluar dari tubuh.2
Proses Penyedia O2 dalam Darah oleh Sistem Respirasi
Sistem pernafasan berperan dalam homeostasis dengan memperoleh oksigen dari mngeluarkan karbondioksida ke lingkungan eksternal. Semua sel tubuh akhirnya memerlukan pasokan O2 yang adekuat untuk mengoksidasi molekul-molekul nutrien untuk menghasilkan ATP. Sel-sel otak yang sangat bergantung pada pasokan O2 yang konstan akan mati apabila tidak mendapatkan O2 selama 4 menit.
Bahkan sel-sel yang dapat menggunakan anaerob untuk menghasilkan energy. Akibat reaksi metabolisme yang menghasilkan energy dan hanya dapat bertahan hidup dalam rentan pH yang sempit. O2 dan CO2 bergerak melintasi membrane tubuh melalui proses difusi pasif mengikuti gradient tekanan parsial. Difusi netto O2 mula-mula terjadi antara alveolus dan darah,kemudian antara darah dan jaringan akibat gradient tekanan parsial O2 yang tercipta oleh pemakaian terus menerus O2 oleh sel dan pemasukan O2 segar melalui ventilasi. Difusi netto CO2 terjadi dalam arah yang berlawanan. Pertama-tama antara jaringan dan darah kemudian antara darah dan alveolus, akibat gradient parsial karbondioksida yang terjadi oleh produksi terus menerus CO2 alveolus oleh proses ventilasi.
Karena O2 dan CO2 tidak terlalu larut dalam darah, sehingga harus diangkut dengan mekanisme selain larut secara fisik dan 98,5 % O2 yang larut secara fisik dan 98,5% secara kimiawi berikatan dengan Hb.1
Definisi Ekspirasi dan Inspirasi
Pengertian inspirasi
Proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Biasanya disebut dengan masuknya udara dari atmosfer ke dalam rongga dada. Konsentrasi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai kebawah, yaitu ventrikal.1
Pengertian ekspirasi
Udara dipaksa keluar oleh pengendalian otot dank arena paru-paru kemps kembali, disebabkan sifat elastic paru-paru.1
Mekanisme Ekspirasi dan Inspirasi
Mekanisme
Paru-paru dapat dikembangkembiskan melalui dua cara :
Dengan gerakan naik turunnya diafragma untuk memperbesar atau memperkacil rongga dada.
Dengan depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil diameter anteroposterior rongga dada.
Inspirasi
Selama inspirasi kontraksi diafragma menarik permukaan bawah paru ke arah bawah. Dan ketika inspirasi rangka iga dielevasikan, tulang iga langsung maju sehingga sternum bergerak ke depan menjauhi medula spinalis, dan membentuk jarak anteroposterior dada kira-kira 20% lebih besar.
Otot-otot yang dapat mengelevasikan rangka dada (otot yang berperan pada inspirasi) adalah:
Intercostalis eksterna yaitu otot yang paling berperan untuk mengangkat rangka iga.
Sternokleidomastoideus yaitu otot yang berfungsi mengangkat sternum ke atas.
Serratus anterior yang berfungsi mengangkat sebagian besar iga.
Skalenus yang berfungsi mengangkat dua iga pertama.
Bila otot-otot ini berkontraksi, otot tersebut akan menarik tulang iga bagian atas ke depan dalam hubungannya dengan tulang iga yang lebih bawah. Keadaan ini akan menghasilkan daya ungkiy pada tulang iga untuk mengangkatnya ke atas, dengan demikian menimbulkan inspirasi.
Pada inspirasi otot diafragma berkontraksi dan kubah diafragma turun, pada saat yang sama musculus intercostalin eksterna berkontraksi dan menarik dinding dada agak keluar. Oleh kerja ini, ruang di dalam dada membesar, tekanan di dalam alveolus menurun dan udara keluar dari paru-paru.
Ekspirasi
Selama ekspirasi diafragma mengadakan relaksasi, dan sifat elastis daya lenting paru, dinding dada dan struktur. Namun, selama bernafas kuat, daya elastis tidak cukup kuat untuk menghasilkan ekspirasi cepat diperlukan, sehingga diperlukan tenaga ekstra yang terutama diperoleh dari kontraksi otot-otot abdomen, yang mendorong isi abdomen ke atas melawan dasar diafragma.
Pada saat ekspirasi posisi istirahat, iga miring ke bawah, dengan demikian sternum turun ke belakang ke arah kolumna vertebralis.
Otot-otot yang menarik rangka iga ke bawah selama ekspirasi adalah:
Rektus abdominis yaitu otot yang mempunyai efek tarikan ke arah bawah yang sangat kuat terhadap iga-iga bagian bawah, pada saat yang bersamaan ketika otot-otot ini dan otot abdomen lainnya menekan isi abdomen ke atas ke arah diafragma.
Interkostalis eksternus.
Selama ekspirasi tulang-tulang iga membentuk sudut ke bawah dan otot interkostalis eksternus memanjang ke depan dan ke bawah. Otot interkostalis internus memiliki fungsi berlawanan, yang berfungsi sebagai otot-otot ekspirasi, karena otot-otot ini membentuk sudut antara tulang iga dalam arah yang berlawanan pula.
Pada ekspirasi otot diafragma dan musculus intercostalis eksterna berelaksasi. Diafragma naik, dinding dada masuk ke dalam dan ruang di dalam dada mengecil, tekanan di dalam alveolus naik dan udara keluar dari paru-paru.
Respirasi tenang yang normal terjadi sekitar enam belas kali permenit. Ekspirasi diikuti oleh henti sejenak. Kedalaman dan frekuensi gerakan respirasi terutama dikendalikan secara biokimia, tetapi kontrol ini dapat dimodifikasi oleh kerja volunter saat bicara, menyanyi, bersiul dll.2
Kelainan Sistem Pernafasan
Kelainan pada sistem pernapasan:
Asma
Adalah kelainan akibat penyempitan saluran nafas akibat otot polos pembentuk dinding saluran terus berkontraksi disebabkan alergi atau kekurangan hormon adrenalin.
Kriteria diagnosis
Gejala kronis dari obstruksi saluran pernapasan : sesak napas, batuk, dan dada sesak
Gejalanya biasanya lebih buruk pada malam hari atau dini hari.
Asfiksi
Adalah gangguan pengangkutan dan penggunaan oksigen oleh jaringan akibat tenggelam, pneumonia dan keracunan CO.
Pneumonia
Yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri diplococcus pneumonia.
Dipteri
Yaitu penyumbatan laring/faring oleh lendir akibat infeksi Corynebacterium Diphteriae.
Wajah Adenoid/wajah bodoh
Diakibatkan penyempitan saluran pernapasan karena pembengkakan kelenjar limfe (polip), dan pada tekak (amandel).
Peradangan pada sistem pernapasan
Bronchitis, yaitu radang pada bronkus
Laringitis yaitu radang pada laring
Faringitis yaitu radang pada faring
Pleuritis yaitu radang pada selaput paru-paru.4,7
Pengaturan Suhu Tubuh
Memahami konsep pengaturan suhu tubuh penting karena sangat berguna dalam penelitian / persoalan di klinik sebagai berikut :
Persoalan demam pada penyakit-penyakit.
Persoalan pemberian hypothemic pada kasus pembedahan (bedah jantung ).
Manusia mempunyai kemampuan untuk memelihara suhu tubuh relatip konstan dan berlawanan dengan suhu lingkungan. Kepentingan dipertahan suhu tubuh pada manusia adalah berhubungan dengan reaksi kimia
Prinsip pengaturan suhu tubuh.
Konsep core temperature yaitu dianggap merupakan dua bagian dalam scal peraturan suhu yaitu :
Bagian dalam inti suhu tubuh, yang benar-benar mempunyai suhu rata-rata 37 0C , yaitu di ukur pada daerah mulut, otot, vagina, oesophagus.
Bagian luar adalah temperature kulit lebih dari 1/3 masa tubuh yaitu pertukaran kulit sampai lebih dari 2cm ke dalam.
Peraturan suhu tubuh dalam keadaan panas
Secara fisik
Penambahan aliran darah permukaan tubuh.
Terjadi aliran darah maksimum pada angota tubuh / badan.
Perubahan (shift) dan venus rectum ke vena permukaan.
Proses ini terutama efektif pada keadaan temperature kurang / di bawah aliran 340C. Penambahan konduktipitas panas (Thermal darah kondutivity).
Keringat
Pada temperatur diatas 340C, pengaturan sirkulasi panas tidak cukup dengan radiasi, dimana pada kondisi ini tubuh mendapat panas dari radiasi mekanisme panas yang dipakai dalam keadaan (evaporasi) ini dengan cara penguapan.
Gerakan kontraksi pada kelenjar priodik memompa tetesan cairan keringat, berfungsi secara keringat dari rumen permukaan kulit merupakan mekanisme pendinginan yang p[aling efektif.
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula sebagai mana disebut bahwa sangat terkait dengan laju metabolisme
Ransangan saraf simpatik dapat menyebabkan metabolisme menjadi 100o/o lebih cepat.
Pengatur suhu tubuh dalam keadaan dingin
Ada 2 mekanisme tubuh dalam keadaan dingin yaitu :
Secara fisik (prinsip-prinsip ilmu alam) yaitu peraturan atau reaksi yang berdiri dari perubahan sirkulasi dan tegaknya bulu-bulu badan (piloerektion).
Secara kimia yaitu terdiri dari penambahan panas dengan metabolisme akan terbaik secara sengaja dengan melakukan kegiatan otot-otot ataupun dengan care menggigil.6
GINJAL & ASAM-BASA
Fungsi Ginjal
Ginjal adalah suatu dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah terbebas dari zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh untuk di buang bersama urine. Beberapa fungsi ginjal antara lain:
Mengeluarkan zat-zat toksin dan racun.
Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
Mempertahankan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
Mengeluarkan sisa metabolisme dari hasil akhir dari protein, urien, kreatinim, dan amaniak.
Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES.
Memelihara volume plasma yang sesuai, sangat berperan dalam pengaturan jangka-panjang tekanan darah arteri.
Memelihara osmolaritas (konsentarasi zat terlarut) berbagai cairan tubuh terutama melalui pengaturan keseimbangan H2O.
Mengekskresikan banyak senyawa asing.
Mensekresikan eritroprotein (hormone yang merangsang pembentukan sel darah merah).
Mensekresikan rennin (hormone yang memicu reaksi dalam konservasi garam oleh ginjal).
Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.1
Proses Pembentukan Urine
Proses pembentukan urine ada 3 tahap, yaitu:
Filtrasi (penyaringan)
Proses ini terjadi di kapsul Bowmann dan glomerulus. Prosesnya, ketika darah masuk ke glomerulus maka tekanan darah menjadi meningkat sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori endothelium kapiler. Kemudian darah menuju membrane dasar dan melewati lempeng filtrasi dan masuk ke dalam ruang kapsul Bowmann.
Reabsorpsi (penyerapan kembali)
Proses ini terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle dan sebagian tubulus kontortus distal. Rearbsorpsi dilakukan oleh sel-sel epithelium di seluruh tubulus ginjal. Zat-zat yang direarbsorpsi antara lain adalah NaCl, H2O, K+, H+, NH3, Na+, HCO3-, HbO4- dan glukosa sedangkan urea hanya diserap sebagian.
Hasil reabsorpsi ini berupa urin sekunder yang komposisinya mengandung air, garam, urea dan pigmen empedu yang member warna dan bau pada urine.
Augmentasi dan sekresi (pengumpulan dan pengeluaran)
Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju tubula kolekta (tubulus pengumpul). Pada tubulus ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl- dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus kolekta, urine dibawa ke pelvis renalis, dari pelvis renalis urine mengalir melalui ureter menuju Vesica urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan sementara urine. Bila ureter berisi penuh dengan urine maka impuls akan dihantarkan ke saraf sehingga menyebabkan sfingter akan kendur dan urine dapat dikeluarkan melalui uretra.
Table: Komposisi Urine Primer
Molekul Kadar/gram
Air 900
Protein 0
Glukosa 1
Asam amino 0.5
Urea 0.3
Ion anorganik 7.2
Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urine
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi produksi urine adalah:
Suhu.
Emosi.
Rasa takut.
Konsentrasi darah.
Hormone ADH (Vasopressis) yaitu Anti Diuretik Hormon yang dihasilkan di kelenjar hipofisis.
Zat-zat diuretic.2
Pengaturan Imbangan Air dan Elektrolit
Sebagian besar tubuh kita tersusun atas air. Cairan dalam tubuh kita misalnya darah, kelenjar, urine tersusun atas air, begitu pula dengan sel, tulang, otot tersusun atas air. Jika berat badan kita 40 kg, maka tubuh kita terdiri atas 24 liter air, sebagian besar kita buang setiap hari dan harus diganti. Air dalam tubuh kita dapat hilang dengan pengeluaran seperti urine, feses, bernafas, berkeringat dan lain-lain.
Kehilangan air dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung air seperti:
Ayam mengandung 66% air
Jamur mengandung 93% air
Kacang mengandung 50% air
Kentang mengandung 80% air
Usus setiap hari memperoleh kira-kira 2000 ml cairan dari makanan ditambah 700 ml dari sekresi mukosa dan kelenjar-kelenjarnya dan hanya kehilangan cairan sekitar 200 ml cairan melalui feses. Sebagian besar Na+ dalam penyerapan usus berdifusi masuk atau keluar usus tergantung pada gradient konsentrasi. Dalam usus halus terjadi transport aktif Na+ yang penting untuk absorpsi glukosa, asam amino dan zat lain. Sebaliknya adanya glukosa dalam lumen usus mempermudah reabsorpsi Na+.
Air berjalan masuk atau keluar dari usus sampai tekanan osmotik isi lambung sama dengan tekanan osmotik plasma. Osmolitas isi duodenum mungkin hipertonik atau hipotonik tergantung pada jenis makanan yang dimakan tetapi jika sudah masuk ke dalam usus osmolitasnya menyekati osmolitas plasma.4,7
Gangguan Fungsi Ginjal
Sindrom Nefritik; disebabkan oleh glomerulonefritis (peradangan glomerulus). Merupakan klompikasi penyakit infeksi contohnya ISPA. Terjadi akibat kompleks imun antibody beredar dalam darah dan mengendap di glomerulus.
Glomerulonefritis Sabit; cedera berat glomerulus dan makrofag menumpuk dalam ruang kemih di bawah kapsul Bowmann.
Glomerulonefritis Kronik; yaitu gagal ginjal kronik dan uremia karena sebagian besar glomerulus mengalami hialinisasi dan obliterasi karena kapilernya menghilang, tubulus kehilangan fungsi dan pasokan darah lalu mengalami atrofi.
Sindrom Nefrotik; sebenarnya glomerulus normal hanya saja peningkatan jumlah sel mesangium, tetapi lama kelamaan bermanifestasi sebaagi sindrom nefrotik.
Tubulointerstitium; gangguan perkembangan karena peradangan dan infeksi.
Tumor Ginjal; tumor ganas seperti karsinoma hipernefroma, nefroblastoma dan lain-lain.
Gagal Ginjal; gagal ginjal yang progesif dan lambat, karena ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal.
Hipertensi; menyebabkan kerusakan pada ginjal.
Nefroskelerosis; lesi yang menyebabkan rusaknya iskemik di seluruh nefron (benigna dan maligna).
Poliarteresis Nodosa; penyakit yang menyerang arteri-arteri ginjal dan glomerulus sehingga menyebabkan infark nefron.4,7
Konsep Asam-Basa
Asam adalah molekul yang mengandung atom-atom hydrogen yang dapat melepaskan ion-ion hydrogen dalam larutan. Contohnya HCl.
Basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima ion hydrogen. Contohnya HCO3-.
pH asam=1-7.
pH basa=7-14.
normal=7 (contohnya air).
pH darah arteri=7,4 dan darah vena=7,35.
pH urine dapat berkisar antara 4,5-8,0.3
Peran pH dalam Mempertahankan Fungsi Organ
GINJAL
Ginjal mengontrol keseimbangan asam-basa dengan mengeluarkan urine yang asam atau basa. Pengeluaran urine asam akan mengurangi jumlah asam begitu juga sebaliknya. Seperti diketahui pH urine yaitu 4,5-8,0 sehingga bersifat asam atau basa.
DARAH
pH darah adalah 7,4 atau 7,35 sehingga dapat memperkirakan kejadian yang terjadi di dalam darah. Darah bersifat normal 7,35 atau 7,4, CO2 yang dibebaskan ke jaringan.
LAMBUNG
pH lambung bersifat asam karena HCl dalam asam lambung yang pH-nya 3-4 yang bisa mendeteksi untuk menetralisir agar tidak terjadi kerusakan lambung.
Dari beberapa penjelasan di atas disimpulkan bahwa pH berperan dalam penentuan suatu organ bersifat asam atau basa dengan melihat pH-nya.3
Pengaturan pH Darah oleh Paru dan Ginjal
Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hydrogen dalam cairan tubuh:
Sistem penyangga asam-basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang segera bergabung dengan asam-basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion H+ yang berlebihan.
Pusat pernafasan yang mengatur pembuangan CO2 dan H2CO3 dari CES (Cairan Ekstra Seluler).
Ginjal yang dapat mengekskresikan urine asam atau basa sehingga menyesuaikan kembali konsentrasi ion H+ CES menuju normal.
Apabila terjadi perubahan maka sistem penyangga cairan tubuh bekerja dalam waktu singkat untuk meminimalkan perubahan-perubahan. Sistem ini tidak mengeliminasi H+ tetapi hanya menjaga keseimbangannya saja.
Garis pertahanan kedua yaitu pernafasan, bekerja untuk mengeliminasi CO2 dan H2CO3 dari tubuh.
Garis ketiga ginjal mengeliminasi asam dan basa dari tubuh.3
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap manusia membutuhkan energy untuk kelangsungan hidupnya sehingga dapat dijadikan sebagai sumber energy dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain. Semua proses mulai dari menelan makanan sampai mengeluarkan kembali terjadi dengan adanya energy dan juga energy tersebut digunakan untuk bernafas. Semua sisa metabolism akan dibuang melalui proses eskresi baik melalui feses, urine, keringat dan bernafas.
Saran
Agar mendapatkan energy yang cukup dan memenuhi kebutuhan energy sehari-hari setiap kita harus mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak sehingga energy bisa terpenuhi dan proses metabolism tubuh dapat berlangsung dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.
2. Kimball, John. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.
3. Guyton and Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
4. Price and Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
5. Syarifuddin. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta: Widya Medika.
6. Tambayong, Jan. 2002. Fisiologi dan Anatomi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
7. Sander, Moch. A. 2004. Patologi Anatomi. Jakarta: UMM Press.
8. Angela, Ruyton. 1998. Under the Microscope Dingestiny: How We Fuel the Body. Doyburny: Grolier.
Minggu, 24 April 2011
Tulang dan Otot (Sistem Gerak pada Manusia)
Oleh: Irmi Fitria
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menjaga kesehatan, kita membutuhkan kegiatan yang membuat tubuh mengeluarkan keringat. Orang yang berolahraga biasanya akan berkeringat. Keringat yang keluar merupakan sisa pembakaran zat berguna dalam otot. Gerakan tubuh dapat terjadi karena otot berkontraksi. Kontraksi tersebut mengakibatkan anggota tubuh dapat melakukan gerakan sesuai dengan yang kita inginkan. Anggota tubuh yang bergerak itulah yang dinamakan dengan sistem gerak, yang terdiri dari tulang, tulang rawan, sendi, dan otot yang saling bekerja sama dalam mekanisme pergerakan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dihadapi dalam makalah ini adalah:
• Definisi, fungsi, jenis, struktur, mekanisme kontraksi dan relaksasi otot, penamaan otot, otot pada wajah dan penguyahan, dan proses adaptasi jaringan.
• Definisi, fungsi, bagian dan pertumbuhan serta perkembangan tulang.
• Definisi, fungsi, tulang pada axial dan apendikular pada rangka.
• Definisi, fungsi, jenis, dan komponen sendi.
• Definisi, fungsi, jenis,pertumbuhan dan perkembangan tulang rawan.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Mampu menjelaskan definisi, fungsi, jenis, struktur, mekanisme kontraksi dan relaksasi otot, penamaan otot, otot pada wajah dan penguyahan dan proses adaptasi jaringan.
2. Mengetahui definisi, fungsi, bagian dan pertumbuhan serta perkembangan tulang.
3. Mengetahui definisi, fungsi, tulang pada axial dan apendikular pada rangka.
4. Menjelaskan definisi, fungsi, jenis, dan komponen sendi.
5. Menjelaskan definisi, fungsi, jenis,pertumbuhan dan perkembangan tulang rawan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 OTOT
2.1.1 Definisi Otot
Otot adalah daging tubuh yang tersusun dari banyak dinding organ berongga dan pembuluh-pembuluh tubuh. Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya.1
2.1.2 Fungsi Otot
Fungsi otot antara lain:
1. Sebagai alat penggerak tubuh termasuk anggota badan, usus paru-paru dan lain-lain.
2. Menentukan postur tubuh.
3. Menyimpan glikogen.
4. Sebagai gerak aktif disebabkan oleh komponen sel-sel otot berkontraksi karena ada satu rangsangan baik panas atau dingin.
5. Mempertahankan sikap & posisi tubuh.
6. Menyokong jaringan lunak.
7. Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dala sistem tubuh.
8. Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot:energi ® panas1
2.1.3 Jenis - Jenis Otot
Secara garis besar otot dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Otot Polos
Jenis otot ini disebut juga sebagai otot tidak lurik atau otot involunteer. Otot polos terutama terdapat di bagian viseral, membentuk bagian kontraktil pada dinding saluran cerna sejak pertengahan esofagus sampai ke anus, termasuk saluran keluar kelenjar yang berhubungan dengan sistem ini. Otot ini terdapat pada system pernapasan, system reproduksi, arteri, vena, pembuluh limfe yang besar, dermis, iris, dan korpus siliaris pada mata. Pada tempat-tempat ini otot polos berfungsi mengatur dan mempertahankan garis tengah lumendarivisera berongga.Sel-sel otot polos dapat tersusun tersebar atau membentuk berkas memanjang atau sebagai lembaran. Sel otot polos berbentuk gelendong, meruncing di kedua ujungnya, dan mempunyai bagian tengah yang lebih lebar, tempat letak intinya. Ukuran tergantung tempatnya, sekitar 15-20 μm pada pembuluh darah kecil sampai 0,2 mm dengan tebal 6μm. Pada dinding rahim yang sedang mengandung sel-sel otot membesar dan memanjang sampai 0,5 mm.
Sitoplasma untuk sel otot disebut sarkoplasma mengandung sepasang sentriol. Dalam sitoplasma terdapat butir-butir glikogen yang penting sebagai sumber energi. Seperti sel–sel lainnya, sel otot diselubungi oleh membran plasma yang dinamakan sarkolema. Untuk nutrisi jaringan otot diperlukan pembuluh darah yang bercabang-cabang masuk di antara berkas-berkasnya.
Agar dapat berkontraksi maka jaringan otot membutuhkan rangsangan dari ujung-ujung saraf. Oleh Bozler dibedakan 2 tipe:
1. Tipe multi unit
Apabila tiap otot polos mendapatkan rangsangan dari ujung-ujung saraf yang berasal dari sebatang serabut saraf sehingga setiap sel otot mendapat impuls dalam waktu bersamaan, akibatnya kontraksi dapat berlangsung bersamaan. Misalnya terdapat pada iris, arteri besar, dan duktus deferens.
2. Tipe viseral
Dalam seberkas otot tidak semuanya mendapatkan ujung saraf tetapi rangsangan akan diteruskan ke otot-otot yang berdekatan melalui hubungan yang mirip gap junction.
Struktur Halus Sel Otot
Sarkoplasma di dekat inti mengandung sejumlah mitokondria halus, mikrotubuli, granular endoplasmic reticulum dan kelompok-kelompok ribosom bebas. Kompleks golgi menempati didekat salah satu ujung inti. Dalam sarkoplasma terdapat berkas-berkas filamen yang membentuk miofibril.
Ada 2 jenis miofilamen, yaitu:
1. Miofilamen halus
2. Miofilamen kasar
Kedua jenis miofilamen ini berjalan sejajar sumbu sel otot polos. Diantara berkas-berkas miofilamen terlihat mitokondria. Apabila dilihat berkas-berkas gabungan miofilamen halus dan miofilamen kasar maka mereka tidak membentuk pola yang teratur namun tersebar di seluruh sel. Sarkolema menunjukkan lekukan ke dalam yang dinamakan kaveola pada pengamatan dengan M.E.
Asal, pertumbuhan, dan regenerasi
Sebagian besar otot polos dibentuk melalui perkembangan sel-sel mesenkim. Dalam hubungannya dengan beberapa kelenjar dan saluran keluarnya seperti kelenjar-kelenjar liur, kelenjar keringat, dan kelenjar lakrimal ada sel dengan banyak ciri khas otot polos yang berkembang dari ektoderm dan disebut sel mioepitel. Sel otot polos dapat bertambah ukurannya akibat rangsangan fisiologis (misalnya dalam rahim selama kehamilan) dan akibat rangsangan patologis (misalnya dalam arteriol pada hipertensi). Pada keadaan dewasa dianggap bahwa sel otot polos berasal dari jaringan pengikat yang belum mengalami diferensiasi lanjut.
2. Otot Rangka / Seran Lintang
Otot rangka terdiri atas serat-serat otot, berkas sel yang sangat panjang sampai 30 cm, silindris, dan berinti banyak dengan garis tengah 10-100μm. Inti lonjong umumnya terletak pada tepi sel di bawah membran sel. Lokasi yang khas ini membantu dalam membedakan otot rangka dari otot jantung dan otot polos yang keduanya memiliki inti di tengah. Otot ini ditemukan di lidah, diafragma, dinding pangkal esophagus, dan sebagian otot wajah.
Sebagian besar dari sel otot rangka yang berbentuk serabut membentuk berkas-berkas yang digabungkan oleh jaringan pengikat. Jaringan pengikat tipis yang melapisi setiap serabut otot melanjutkan diri sebagai pembungkus berkas yang terdiri atas beberapa serabut otot mengandung pembuluh darah kecil. Selubung jaringan pengikat tersebut dinamakan endomisium. Berkas otot tersebut digabungkan lagi menjadi berkas yang lebih besar oleh jaringan pengikat yang lebih tebal dinamakan perimisium. Berkas-berkas tingkat kedua tersebut digabungkan lagi menjadi berkas yang lebih besar oleh jaringan pengikat dinamakan epimisium.
Apabila otot seran lintang diperiksa tanpa alat pembesar, kadang-kadang tampak adanya perbedaan warna pada serabut-serabutnya. Dengan pembesaran tampak bahwa serabut-serabut otot yang berwarna merah berkelompok diantara serabut otot yang berwarna putih (pucat) yang berukuran lebih besar.
Gautier membedakan 3 jenis serabut otot dengan pewarnaan khusus :
• serabut otot merah,
• serabut otot putih,
• serabut otot peralihan
Serabut otot merah yang lebih kecil ternyata lebih banyak mengandung mitokhondria, mioglobin, dan banyak pembuluh darah diantara serabut-serabutnya.
Pada tingkat pengamatan dengan M.E., serabut otot merah ternyata memiliki lempeng Z lebih tebal, lebih kompleksnya struktur sarcoplasmic reticulum pada daerah lempeng Z, mitokondria berukuran lebih besar dan terletak berderet-deret diantara miofibril kalau dibandingkan serabut otot putih. Serabut otot peralihan memiliki sifat-sifat diantara serabut otot merah dan serabut otot putih.
Macam-macam serat otot seran lintang:
1. Serat merah, serat ini berdiameter relatif kecil, dengan banyak sarkosom besar yang penuh krista. Sarkosom-sarkosom itu terkumpul di bawah sarkolema dan berderet-deret memanjang diantara miofibril.
2. Serat putih, merupakan bagian terbesar dari otot ”putih” dan seratnya lebih besar. Sarkosom-sarkosom yang lebih kecil terdapat berpasangan sekitar garis Z, dan garis Z disini hanya setengah lebarnya garis Z pada serat merah.
3. Serat menengah, serupa serat merah, terdapat pada otot merah, tetapi sarkosomnya lebih kecil dan garis Z-nya lebih tipis. ”Myoneural junction” (taut mioneural) bersifat lebih kompleks pada serat putih, dan penyebaran berbagai jenis serat didalam suatu otot agaknya dipengaruhi oleh sistem saraf. Serat merah berkontraksi lebih lambat jika dibandingkan dengan serat putih dan lebih tahan berkontraksi lama, walaupun sebenarnya ada 2 jenis serat merah, dan salah satunya berkontraksi lumayan cepat. Serat menengah yang secara morfologi mirip serat merah, lebih mirip serat putih dalam hal kecepatan kontraksinya.
Struktur mikroskopis
Sel otot seran lintang merupakan sel panjang yang berinti banyak dengan ketebalan yang sama di seluruh panjangnya yang berukuran sekitar 10-100 μm.
Sangat khas adalah gambaran pada potongan membujur terhadap sumbu panjang serabutnya oleh karena segera tampak gambaran garis-garis melintang yang dipisahkan oleh garis-garis pucat di sepanjang serabut. Gambaran ini disebabkan oleh adanya miofibril-miofibril dalam sarkoplasma yang bersifat membias kembar silih berganti dengan yang biasa, seluruhnya sejajar memenuhi serabut.
Ketebalan miofibril bervariasi namun tidak akan melebihi ukuran 2-3 μm. Penyebaran miofibril dalam sarkoplasma akan jelas pada potongan melintangnya. Biasanya membentuk kelompok-kelompok yang pada potongan melintang tampak sebagai kelompok titik-titik yang dinamakan sebagai Area Cohneim.
Di bawah sarkolema sepanjang serabut otot tampak inti yang berbentuk sebagai kumparan, sehingga apabila serabut tersebut terpotong membujur sebagian besar inti tampak tersebar di tepi dibawah sarkolema.
Struktur halus otot seran lintang
Pada pengamatan secara seksama dengan M.E., ternyata apa yang dimaksudkan dengan sarkolema oleh para pengamat dengan mikroskop cahaya sebenarnya terdiri atas:
a. Plasmalemma yang strukturnya sebagai unit membrane.
b. Lapisan pembungkus ekstraseluler yang bahannya seperti lamina basalis
c. Anyaman halus serabut-serabut retikuler
Serabut otot seran lintang sebagaimana dengan sel lain, dalam sitoplasmanya mengandung berbagai macam organela, namun kesemuanya disesuaikan dengan fungsi serabut otot yang mampu berkontraksi. Mithokondria berukuran besar dengan banyak sekat-sekat di dalamnya, terletak memanjang berderet-deret sepanjang serabut dibawah sarkolema dan diantara miofibril. Kompleks Golgi terdapat lebih dari satu menempati di dekat setiap inti.
Miofibril merupakan seberkas komponen berbentuk filamen yang lebih halus dan panjang dari filamen itu sendiri tidak sepanjang miofibrilnya.
Filamen tersebut seperti halnya dalam otot polos terdiri atas 2 jenis yang berbeda dalam ketebalan dan ukuran panjangnya yaitu:
1. Miofilamen tebal : Ketebalan 100Ǻ dan panjang 1,5μm
2. Mikrofilamen halus : Ketebalan 50Ǻ dan panjang 2μm
Garis melintang tidak lain berbentuk cakram atau lempeng, oleh karena garis-garis melintang yang terlihat pada potongan memanjang serabut otot menempati seluruh ketebalan serabut. Oleh karena itu istilah garis sering diganti dengan lempeng atau cakram.
Dibedakan 2 macam lempeng yaitu:
1. Lempeng A
Lempeng A dapat membias kembar sinar polarisasi. Sediaan otot dengan pewarnaan H.E memperlihatkan warna merah. Ditengah-tengah lempeng A terdapat sebuah lempeng yang lebih sempit yang jernih, yaitu lempeng H dan lempeng ini terbagi lagi oleh lempeng yang gelap, yaitu lempeng M.
2. Lempeng I
Lempeng I sendiri hanya terbagi oleh sebuah lempeng yang lebih tipis dan berwarna gelap ditengah sebagai lempeng Z. Kadang-kadang pada lempeng I didekat perbatasan dengan lempeng A terlihat sebuah lempeng N dilihat sepanjang serabut otot yang dihubungkan dengan kemampuan kontraksinya, maka selama kontraksi lempeng Z relatif tidak mengalami perubahan. Oleh karena itu miofibril dibagi-bagi menjadi satuan kontraksi yang disebut sarkomer yang dibatasi oleh lempeng Z.
Didalam sebuah miofibril, sejumlah miofilamen halus yang panjangnya 2 μm berpangkal pada lempeng Z dan meluas kesetengah lempeng I dan sebagian dari lempeng A sampai batas lempeng H. Dengan demikian lempeng H dibatasi oleh ujung-ujung miofilamen halus dari kedua belah pihak. Sedangkan miofilamen tebal yang berada sebagian diantara miofilamen halus, perluasannya dalam satu sarkomer mulai dari batas lempeng I disatu pihak sampai batas lempeng I di pihak lain.
Hubungan antara miofilamen halus dengan miofilamen tebal dapat lebih dipahami pada potongan melintang melalui lempeng A dekat perbatasan dengan lempeng I. Pada potongan tersebut terlihat bahwa sepotong miofilamen tebal dikelilingi secara teratur oleh 6 batang miofilmen halus dan sebaliknya setiap batang miofilamen halus sendiri dikelilingi oleh 3 batang miofilamen tebal lainnya.diantara kedua miofilamen tersebut dihubungkan oleh molekul-molekul berbentuk batang pendek yang merupakan bagian dari miofilamen tebal sebagai kait-kait yang dinamakan cross bridge.
Organela lain dalam sitoplasma yang terlibat dalam proses kontraksi yaitu sarcoplasmic reticulum yang tidak lain adalah smooth reticulum pada sel-sel biasa. Sarcoplasmic reticulum merupakan anyaman rongga pipih yang dibatasi membran yang mengelilingi miofibril.
Komponen lain dalam sarkoplasma
Dalam sarkoplasma ditemukan glikogen dalam jumlah yang banyak dalam bentuk butir-butir kasar. Bahan ini dipergunakan sebagai persediaan energi.
Komponen lain yaitu mioglobin yang merupakan pigmen seperti hemoglobin dalam eritrosit yang digunakan untuk mengikat oksigen.
Regenerasi otot seran lintang
Sesudah mengalami kerusakan, serat otot memiliki kapasitas terbatas untuk melakukan regenerasi, tetapi kerusakan berat akan diperbaiki dengan pembentukan jaringan ikat fibrosa, dengan meninggalkan parut. Demikian pula halnya bila saraf atau pembuluh darahnya terganggu alirannya, serat-serat otot akan berdegenerasi dan diganti oleh jaringan ikat fibrosa. Walaupun demikian pada otot dewasa terdapat sel-sel satelit. Sel-sel kecil dengan inti tunggal ini terdapat diantara sarkolema dan endomisium dan rupa-rupanya merupakan cadangan sel-sel mioblas embrional.
Histogenesis otot seran lintang
Diawali pembentukan mioblas yang pada mulanya berinti satu yang terletak ditengah sel tanpa miofibril. Mioblas ini akan mengadakan fusi satu sama lain sehingga terbentuk sinsitium yang diikuti pembentukan miofibril. Dengan penambahan miofibril, inti akan terdesak ke tepi sehingga terletak dibawah sarkolema.
3. Otot Jantung
Otot jantung bersifat lurik dan involunteer, berkontraksi secara ritmis dan automatis. Mereka hanya terdapat pada miokard (lapisan otot pada jantung) dan pada dinding pembuluh darah besar yang langsung berhubungan dengan jantung. Suatu serat otot jantung terlihat dibawah mikroskop cahaya sebagai suatu satuan linier terdiri atas sejumlah sel otot jantung yang terikat ”end to end” (ujung-ujung) pada daerah-daerah ikatan khusus yang disebut diskus interkalaris.
Serat otot jantung dibungkus suatu sarkolema tipis mirip yang terdapat pada otot rangka, dan sarkoplasma yang mirip mithokondria. Miofibril-miofibril terpisah-pisah oleh deretan mithokondria, yang mengakibatkan gambaran gurat-gurat memanjang yang nyata.
Otot jantung terdiri atas serabut-serabut otot yang bergaris-garis melintang seperti halnya otot kerangka.
Namun demikian kedua jenis serabut otot tersebut terdapat perbedaan:
1. Serabut otot jantung tidak merupakan sinsitium, melainkan merupakan rangkaian sel-sel tunggal yang berderet-deret ujung ketemu ujung dengan perantara suatu bangunan yang dinamakan : discus intercalaris.
2. Sel otot jantung tidak berbentuk silindris biasa, melainkan bercabang-cabang sehingga memberikan kesan adanya anyaman 3 dimensional.
3. Inti sel otot jantung tidak terletak dibawah sarkolema,melainkan ditengah sel.
4. Kontraksi otot jantung diluar pengaruh kehendak kita.
Celah-celah diantara anyaman serabut-serabut otot jantung diisi oleh jaringan pengikat sebagai endomisium.
Struktur halus otot jantung
Dalam beberapa hal struktur halus otot jantung sama dengan otot kerangka, khususnya mengenai hubungan antara miofilamen halus dengan miofilamen tebal, sehingga lempeng-lempeng yang tampak pada miofibril tidak berbeda pula.
Perbedaan yang tampak pada pengamatan dengan M.E yaitu: susunan sarcoplasmic reticulum dan mithokondria yang tidak teratur sehingga berkas-berkas miofilamen membentuk miofibril tidak disusun secara teratur sehingga batas-batas miofibril tidak tegas. Selain itu mitokondria lebih panjang dan lebih banyak jumlahnya serta sekat-sekat dalam mithokondria juga lebih banyak. Kadang-kadang mithokondria menempati satu sarkomer (2,5 μm). Butir-butir glikogen banyak terdapat didaerah lempeng I.
Invaginasi tubuler dari sarkoma yang membentuk tubul T pada otot jantung berukuran lebih besar daripada otot kerangka dan terdapat pada daerah setiap lempeng Z.
Discus intercalaris yang biasanya terdapat pada daerah lempeng Z, ternyata merupakan batas sel yang berbentuk berigi-rigi antara sel-sel otot jantung yang berdekatan. Apabila diamati dengan M.E, discus intercalaris dibedakan menjadi 2 bagian utama yaitu:
Pars transvelaris, yang menempati bagian yang berjalan melintang terhadap serabut otot.
Pars lateralis yang menempati bagian yang sejajar dengan serabut otot.
Pars transvelaris yang tampak sebagai garis berkelok-kelok dibedakan dalam 2 daerah yang berlainan strukturnya. Perbedaan struktur tersebut khususnya dalam aspek hubungan antara 2 sel yang berdekatan.
Struktur pertama mirip struktur desmosom yaitu adanya gambaran pemadatan sarkoplasma didaerah itu. Struktur ini meliputi daerah yang cukup luas, maka dinamakan fascia adhaerens. Fungsi struktur ini diduga keras sebagai usaha mengikat sel otot jantung satu dengan yang lain.
Diantara struktur pertama tersebut, disana-sini terdapat struktur jenis kedua yang mirip struktur gap junction dengan celah yang memisahkan 2 sarkolema sebesar 20Ǻ. Pada daerah ini tidak ada pemadatan sitoplasma.mengingat struktur yang demikian diduga keras hubungan ini berfungsi untuk merambatkan impuls dari satu sel otot jantung ke sel otot jantung di dekatnya.
Regenerasi otot jantung
Otot jantung lebih tahan terhadap trauma bila dibandingkan dengan otot jenis lainnya, tetapi hampir tidak ada tanda-tanda regenerasi setelah terjadinya suatu cedera. Otot jantung yang rusak diperbaiki dengan meninggalkan suatu jaringan parut.
Histogenesis otot jantung
Dapat diikuti sejak embrio sebagai perkembangan dari splanchnopleura yang terdapat diluar endotil primordium jantung. Sejak awalnya telah terbentuk struktur desmososm antar sel-sel otot. Terbentuknya sel otot jantung definitif yaitu pada saat pembuluh darah bersama jaringan pengikat menembus endotil jantung.
Dan ada juga jenis – jenis sebagai berikut :
1. Secara fungsional.
Otot diklasifikasi menjadi otot volunteer ( dikontrol sesuai keinginan ) atau otot involunter ( bawah sadar )
2. Secara structural.
otot diklasifikasi menjadi otot lurik ( dengan garis-garis menyilang ) dan polos ( tidak bergaris ) lurik-lurik tersebut akan terlihat dalam pemeriksaan potongan mikroskopik serabut.
3. Berdasarkan struktur dan fungsinya,
jaringan otot diklasifikasi kedalam golongan berikut :
Otot polos adalah otot involunterdan otot berlurik
Distribusi, otot polos terbentuk pada area berikut:
- dinding organ berongga
- dinding duktus dan pembuluh
- organ seperti kulit limpa dan penis
Struktur
- Sel berbentuk spindel sangat bervariasi panjangnya, tetapi panjangnya tetap lebih pendek dan diameter juga lebih dari pada sel otot rangka.
- Setiap sel mengandung satu nukleus sentral
- Serabut tersebut disatukan dalam unit atau lembar ( lapisan )
Otot rangka merupakan alat volunter dan otot lurik
Distribusi
Serabut individual akan bergabung menjadiberkas untuk membentuk kelompok fungsional yang disebut otot, yang melekat pada rangka dan bertanggungjawab untuk pergerakan.
Struktur
Satu serabut panjangnya berkisar antara 10 mm sampai 40 mm
Serabut yang banyak memiliki nukleus ditemukan dibawah sarkolemapada bagian perifer sel.
Otot jantung adalah otot involunter dan otot lurik.
Distribusi, otot jenis ini hanya terdapat di jantung.
Struktur
a) serabut otot jantung bercabang dan membentuk jaringan
b) Nukleusnya tunggal dan terletak di sentral.
c) Lurik menyilang saling berdekatan dan tidak terlihat sejelas di otot rangka.
d) Diskus interkalasi, yang terlihat dibawah mikroskop sebagai pita tebal bersilang, merupakan ciri khas otot jantung. Diskus ini merupakan sambungan antara sel otot jantungdan area yang tahanan listriknya rendah untuk memperluas kontraksi.1,2
2.1.4 Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot
Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamenfilamen aktin dan miosin. Selama kontraksi otot, filamen-filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak.Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H.
Selain itu filamen myosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk komplek aktin-miosin.
Kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa detik. Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi ion Ca2+ di dalam serabut otot yang meningkatkan aktivitas miofibril.
2. Summasi, berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi dengan kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan (summasi unit motor berganda dan summasi bergelombang).
3. Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri.
4. Tetani adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak ada peningkatan tegangan kontraksi.
5. Rigor terjadi bila sebagian terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan, sehingga kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke RS melalui mekanisme pemompaan.
Metode pergeseran filamen dijelaskan melalui mekanisme kontraksi pencampuran aktin dan miosin membentuk kompleks akto-miosin yang dipengaruhi oleh ATP. Miosin merupakan produk, dan proses tersebut mempunyai ikatan dengan ATP. Selanjutnya ATP yang terikat dengan miosin terhidrolisis membentuk kompleks miosin ADP-Pi dan akan berikatan dengan aktin. Selanjutnya tahap relaksasi konformasional kompleks aktin, miosin, ADP-pi secara bertahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP, proses terkait dan terlepasnya aktin menghasilkan gaya fektorial.
• Kontraksi
Kontraksi otot terjadi akibat impuls saraf yang bersifat elektrik, di hantar ke sel-sel otot secara kimiawi dan hal ini dilakukan oleh sambungan otot saraf. Yang mengandung gelembung – gelembung Asetilkolin. Asetilkolin dilepas kedalam ruang antara saraf dan otot ( celah sinops )dan ketika asetilkolin menempel pada sel otot, ia akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan aktivitas listrik akan menyebar keseluruh sel otot, sehimgga timbul kontraksi. Untuk bisa berkontraksi, serabut otot memerlukan energy yang didapat dari oksidasi makanan, terutama karbohidrat.
Potensial aksi berjalan sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujung serat
saraf
Setiap ujung saraf, mensekresi supstansi neurotransmiter yaitu aseltikolin dalam jumlah sedikit
Asetilkolin bekerja untuk area setempat pada membran. Otot guna membuka
saluran asetilkolin melalui molekul-molekul protein dalam membran serat otot
Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium mengalir ke bagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini menimbulkan potensial aksi serat saraf
• Relaksasi
Pada keadaan relaksasi otot ujung – ujung filament aktin yang berasal dari disrus yang berurutan hamper tidak overlap satu sama lainnya. Sedangkan pada waktu yang sama beroverlap dengan filamen miosin secara sempurna.1,3
2.1.5 Penamaan Otot
Berdasarkan Ukuran:
M. vastus (besar), maximus (besar), longus (lama), minimus (kecil), brevis (pendek).
Berdasarkan Bentuk:
Deltoideus (segitiga), latisimus (lebar), teres (bulat), trapezius (trapesium), belah ketupat (jajaran genjang)
Berdasarkan Arah serat:
Rektus (lurus), miring (horizontal), melintang (melintasi), Orbicularis (round)
Berdasarkan Lokasi:
Pectoralis (dada), gluteus (pantat), brachii (lengan), supra-(di atas), infra-(di bawah), sub-(di bawah, di bawah), lateralis (lateral)
Berdasarkan Jumlah asal:
Bisep (dua kepala), Triceps (tiga kepala), kuadrisep (empat kepala)
Berdasarkan Asal dan penyisipan:
Sternokleidomastoid (asal pada tulang dada dan tulang selangka, penyisipan pada proses mastoideus), brakioradialis (asal di brachium atau lengan, penyisipan pada jari-jari)
Berdasarkan Aksi:
Penculik (untuk menculik struktur), adduktor (untuk adduksi struktur), fleksor (untuk flex struktur), ekstensor (untuk memperpanjang struktur), m. levator (untuk mengangkat atau meningkatkan struktur), masseter (a chewer).4
2.1.6 Otot Pada Wajah
Sebenarnya hanya beberapa bagian otot wajah yang berorigo di sekitar tulang . semua berinsersi ke dalam kulit.
a. Dahi, puncak kepala, pelipis
- M. occipitofrontalis
(bersama M. occipitofrontalis dan M. temporoparietalis disebut sebagai M. epicranius)
O:Venter frontalis:kulit alis mata dan Glabella, membentuk lapisan otot bersama M. procerus, corrugators supercilii, depressor supercilii et orbicularis oculi.
Venter occipitalis:Linea nuchalis suprema.
I:Galea aponeurotica.
F:Menggerakkan kulit kepala, menciptakan kerut miring di dahi.
- M. temporoparietalis
O:Kulit temporal, fascia temporalis.
I:Galea aponeurotica.
F:Menggerakkan kulit kepala.
b. Rima palpebrarum
- M. orbicullaris oculi (terletak di sekitar Aditus orbitae yang berfungsi semacam sphincter).
- O:pars orbitalis:proc frontalis,maxillae,os lacrimale,lig.palpebrale mediale.pars palpebralis:lig.palpebrale mediale.saccus lacrimalis.pars lacrimalis posterior of the os lacrimale,saccus lacrimalis.pars lacrimalis:crista lacrimalis posterior of the os lacrimale,saccus lacrimalis.
I:Pars orbitalis: lig.palpebrale lateral,transisi menjadi suatu otot melingkar membentuk cincin di lateral. Pars palberalis: Lig. Palpebrale laterale. Pars lacrimalis:Canaculi lacrimalis, tepi-tepi kelopak mata.
F:menutup mata, menekan saccus lacrimalis, menggerakkan alis mata.
- M. depressor supercilii (cabang pars orbitalis musculi orbicularis oculi).
O:pars nasalis ossis frontalis, punggung hidung.
I:sepertiga medial kulit mata.
F:Menarik turun kulit dahi dan alis, menciptakan kerutan miring tepat di atas hidung.
- M. corrugator supercilii
O:pars nasalis ossis frontalis
I:segitiga medial (lateral) kulit alis mata, Gale aponeurotica.
F:Menggerakkan kulit dahi dan alis mata kea rah pangkal hidung, menciptakan kerut hidung, menciptakan kerut vertical tepat di atas pangkal hidung.
- M. procerus
O:os nasale, cartilage nasi lateralis.
I:kulit Glabella.
F:Menarik turun kulit dahi dan alis mata.
c. Hidung
- M. nasalis
O:pars alaris:Jugum alveolare dentist insivil lateralis. Pars transversa:Jugum alveolare dentist canini.
I:pars alaris:ala nasi, pinggir cuping hidung. Pars transversa:Cartilago nasi lateralis, membran tendodorsum nasi.
F:Menggerakkan cuping hidung dan hidungnya sendiri. Pars alaris:Membuka lebar cuping hidung. Pars transversa:Mengecilkan lubang hidung.
- M. depressor septi nasi
O:Jugum alveorale dentis insicivi medialis.
I:Cartilago alaris major, cartilago septi nasi.
F:Menggerakkan cuping hidung dan hidungnya sendiri.
d. Mulut
- M. orbicularis oris
O:Pars marginalis dan pars labialis:sebelah lateral Angulusoris.
I:kulit bibir.
F:Menutup bibir, sehingga juga menggerakkan cuping hidung, pipi dan juga kulit dagu.
- M. buccinators
O:Bagian posterior Proc. Alveoralis maxillae, raphe pterygomandibularis, bagian posterior proc. Alveolaris mandibulae.
- M. levator labii superioris
O:Margo infraorbitalis dan bagian Proc. Zygomaticum maxilla di dekatnya; berasal dari massa otot M. orbicularis oculi.
I:Bibir atas.
F:Menarik bibir atas ke lateral dan atas.
- M. depressor labii inferioris
O:Basis mandibulae sebelah medial Foramen mentale.
I:Bibir bawah, dagu, serabut dalam ke mukosa.
F:Menarik bibir ke lateral bawah.
- M. mentalis
O:Jugum alveorale dentis incisive lateralis bawah
I:Kulit dagu.
F:Membentuk lekuk di dagu, eversi bibir bawah (bersama dengan M. orbicularis oris)
- M. transverses menti
O:cabang oblik dari M. mentalis.
I:Kulit dagu.
F:Menggerakkan kulit dagu.
- M. depressor anguli oris
O:Basis mandibulae tepat di bawah foramen mentale
I:Bibir bawah, pipi di sebelah lateral sudut mulut, bibir atas.
F:Menarik sudut mjulut ke bawah.
- M. risiorus (seringkali merupakan bagian dari Platysma atau M. depressor anguli oris)
O:Fascia paratoidea, Fascia masetecicae
I:Bibir atas, sudut mulut.
F:Menarik sudut mulut ke lateral atas, membentuk lesung pipi.
- M. levator anguli oris
O:Fossa canina maxillae
I:Sudut mulut
F:Menarik mulut ke arah atas dan medial
- M. zygomaticus mayor
O:Os zygomaticum di dekat sutura Zygomaticotemporalis
I:Bibir atas sudut mulut
F:Menarik sudut mulut di atas lateral dan ke atas.
- M. Zygomaticus minor
O:Os zygomaticus di dekat sutura Zygomaticomaxillaris
I:Bibir atas, sudut mulut
F:Menggerakkan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu, memperdalam sulcus nasolabialis.
- M. levator labii superioris alaeque nasi
O:Proc. Frontalis maxillae; berasal dari massa otot, M. orbicularis oculi
I:Cuping hidung, sudut mulut, bibir atas, serabut dalam bagian lateral posterior cuping hidung
F:Menggerakkan bibir, alae nasi, pipi dan kulit dagu.5
2.1.7 Otot Pada Penguyahan
- M. temporalis
O:Os temporal di bawah linea temporalis inferior, lapisan dalam fascia temporalis
I:Apeks dan pembukaan medial Proc. Coronoideus mandibulae
F:Serabut anterior menutup mulut, serabut posterior menarik mandibula (=retrusi)
- M. masseter
O:Pars supercilialis: dua pertiga anterior margo inferior Arcus Zygomaticus (tendo). Pars profunda: sepertiga posterior permukaan dalam Arcus Zygomaticus.
I:Pars supercilialis: Angula mandibulae, tuberositas masseterica. Pars profunda:Margo inferior mandibulae
F:Menutup mulut
- M. ptrygoideus medialis
O:Fossa pterygoidea permukaan medial Lamina lateris Proc. Pterygoidei, Proc. Pyramidalis ossis palatine
I:Margo inferior mandibulae, tuberositas pterygoidea
F:Menutup mulut
- M. pteryguideus lateralis
O:Caput superius:permukaan luar Lamina lateralis Proc. Ptrygoidei, tubermaxillae (accesorius). Caput inferius: facies temporalis alae majoris ossis sphenoidalis.
I:Caput superius: discus et capsula articulation temporomandibularis. Caput inferius: Fofea pterygoidea Proc. Conclylaeis mandibulae.
F:Caput inferius:menarik mandibula kea rah dalam (=prostusi).5
2.1.8 Adaptasi Jaringan
1. Atrofi
Organ yang dalam perkembangannya mencapai ukuran defentif dan kemudian secara sekunder menyusut.
Contoh :
• Atrofi endokrin yang terjadi jika pengaruh hormone terhadap jaringan seperti
kelenjar mamae terhenti
• Disuse atrofi yaitu menyerang otot rangka
Jika tungkai yang patah di letakkan dalam jangka waktu beberapa minggu
atau bulan, maka masa ekstrimitas tersebut akan berkurang di sebabkan oleh
otot-otot atrofi yang tidak di gunakan
2. Hipertrofi
Pembesaran jaringan atau organ karena pembesaran setiap sel
Hipertrofi terjadi karena rangsangan sehingga cenderung mengalami regresi paling sedikit sampai tertentu sehingga beban kerja yang abnormal hilang
Contoh : Penonjolan otot pada atlet angkat besi
3. Hyperplasia
Kenaikan jumlah sel yang nyata dalam jaringan yang mengakibatkan pembesaran jaringan / organ tersebut terjadi pada jaringan yang melakukan pembelahan sel.
Contoh :
• Hyperplasia fisiologis : rangsangan hormone pada kehamilan
• Hyperplasia non fisiologis : pembesaran kelenjar prostat pada lansia
4. Metaplasia
Jika system diferensiasi sel ini berada dalam lingkungan yang tidak cocok, maka pada deferensiasinya dapat berubah sehingga sel yang membelah berdeferensiasi menjadi sel yang biasanya tidak ditemukan pada daerah itu.
Contoh : Lap. Serviks ateri mengalami iritasi kronik maka bagian epitel kolumnas diganti dengan epitel skuamosa yang mirip epidermis.
5. Dysplasia
Kelainan deferensiasi sel yang sedang berpoliferasi sehingga ukuran, bentuk
dan penampilan sel menjadi abnormal disertai gangguan pengaturan dalam sel.6
2.2 TULANG
2.2.1 Definisi Tulang
Tulang adalah kerangka penyangga tubuh, pelindung organ tubuh dari benturan, dan tempat terkaitnya otot sehingga memungkinkan otot melakukan pergerakan antara sambungan tulang yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, tulang merupakan penunjang utama aktivitas fisik.
Jangan dikira semakin bertambah tua, tulang akan tetap keras dan kuat. Tetapi seiring bertambahnya usia, apalagi nutrisi untuk tulang tidak dihiraukan, lambat laun massa tulang akan menipis hingga beresiko terkena osteoporosis.6
2.2.2 Fungsi Tulang
Fungsi Tulang yaitu:
1. mendukung tubuh dan memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk
karakteristik.
2. sebagai perlekatan otot dan ligamentum.
3. berfungsi sebagai pengungkil yang melalui geraknya pada sendi di bawah control otot, memungkinkan gerak lokomotor dan gerak tubuh lainya.
4. berfungsi melindungi organ vital seperti otak, bola mata, mekanisme auris media
dan isi cavum thoracis dan pelvis.
5. berperan penting pada pengaturan pertumbuhan tubuh.
6. berfungsi untuk penyimpan kalsium dan mineral lain yang digunakan untuk
metabolisme tubuh.
7. pelekatan gigi geligi melalui liga mentum periodontal (jaringan pendukung)
8. ossicula auditus ikut berperan pada konduksi suara.7
2.2.3 Struktur Mikroskopik Tulang
Jika tulang diiris secara melintang pada lapisan tulang yang padat maka terdapat lingkaran2. Dalam pusat tiap lingkaran terdapat kanal(saluran) Havers. Lempeng2 tulang atau lamella tersusun konsentris sekitar saluran dan diantara lempeng2 itu terdapat ruangan kecil2 yang disebut lakuna. ruangan2 ini mengandung sel2 tulang, saling bersambungan 1 dengn yang lain, dan juga disambungkan dengan saluran haves di tengah2 oleh saluran2 kecil bernama kanalikuli. sistim haves yang lengkap terdiri atas :
1. Saluran havers dipusatnya berisi urat saraf, pembuluh darah, dan aliran limfe.
2. Lamela yang tersusun konsentris
3. Lakuna yang mengandung sel tulang
4. Kanalikuli yang memancar diantara lakuna dan menggandengkanya dengan saluran havers.
Daerah diantara system-sistem havers ini terjadi atas lamela interstisiil, sedangkan kanalikuli tersusun agak berlainan. lamela dalam jaringan bentuk jala tersusun kurang teratur dan tidak mempunyai saluran havers, sedangkan pembuluh darah bercabang2 dalam ruangan interstisiil yang berisi sumsum untuk memberi persediaan darah kepada pembuluh darah yang lebih halus.
Permukaan dalam tulang ditutupi oleh lapisan sel-sel pembentuk tulang dan jaringan ikat yang disebut periosteum dan endosteum.
Periosteum adalah membran vaskuler fibrosa yang melapisi tulang, banyak pembuluh darah dan melekat erat pada tulang. Pada tulang yang sedang tumbuh terdapat lapisan sel pembentuk tulang diantara periosteum dan tulang.
Sedangkan endosteum adalah lapisan yang melapisi semua permukaan rongga di dalam tulang dan terdiri atas selapis sel osteoprogenitor gepeng dan sedikit sekali jaringan ikat.6,7
2.2.4 Komponen – Komponen Penyusun Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel, matriks ekstrakurikuler, dan jaringan tulang.
1. Sel-sel yang terdapat dalam tulang, yaitu:
a. Osteosit adalah sel-sel matang yang mengisi lacuna dalam matriks, berbentuk pipih dan punya penjaluran dengan kanalikuli sehinnga aliran ion dan molekul kecil antar sel. Sel ini dibentuk oleh osteoblas.
b. Osteoblas adalah sel pembentuk sel osteosit yang berbentuk pipih atau kubus, yang berfungsi untuk mensintesis unsure-unsur organic tulang dan membentuk tulang-tulang baru selama pertumbuhan, perbaikan, dan membentuk kembali tulang.
c. Osteoklas adalah sel raksasa berinti banyak yang berperan pada resorpsi, menghancurkan, dan membantu kembali jaringan tulang.
2. Matriks tulang, tersusun dari serat0serat kolagen organic yang tertanam pada substansi dasar dan garam-garam anorganik seperti fosfor dan kalsium.
a. substansi dasar tulang terdiri dari sejenis proteoglikan yang tersusun terutama dari kondroitin sulfat dan sejumlah kecil asam hialuronat yang bersenyawa dengan protein.
b. garam-garam tulang berada dalam bentuk kalsium fosfat membentuk suatu garam kristal ( hidroksiapatit ), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Kalsium merupakan zat Mineral penyusun tulang terbesar , 99 % Kalsium terdapat dalam tulang dan 1 % nya terdapat dalam darah .Penyusun utama tulang sesungguhnya adalah Mineral tulang yang mengandung Kalsium dan fosfor dan Protein yang di sebut kolagen . Zat Kalsium dan Zat fosfor membuat tulang keras dan kaku mirip Semen , sedangkan serat – serat kolagen membuat tulang mirip kawat baja pada tembok. Jadi, Kalsium itu seperti semen dan beton pada tubuh kita yang berfungsi membentuk tulang untuk menyangga tubuh.
3. Kedua jenis jaringan tulang, yaitu:
a. Tulang kompak adalah jaringan yang tersusun rapat dan ditemukan sebagai lapisan di atas jaringan tulang berongga. Porositasnya bergantung pada saluran kanalikuli yang mengandung pembuluh darah yang berhubungan dengan saluran Havers.
b. Tulang berongga adalah jaringan yang tersusun dari batang-batang tulang halus dan ireguler yang bercabang dan saling bertumpang tindih untuk membentuk jarring-jaring spikula tulang dengan rongga-rongga yang mengandung sumsum.1
2.2.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Tulang
Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk kondroblas.
Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago). Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH ( menjadi basa ) akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.
Kemudian akan terjadi degenerasi ( kemunduran bentuk dan fungsi ) dan pelarutan dari zat-zat interseluler ( termasuk zat kapur ) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.1
Pertumbuhan tulang biasanya berhubungan dengan resorpsi parsial jaringan yang telah di bentuk dan pembentukan tulang baru pada saat bersamaan. Ini memungkinkan di pertahankannya bentuk tulang tersebut ketika ia sedang tumbuh.
Tulang akan bertambah panjang akibat akifitas lempeng epifisis, juga bertambah lebar akibat aposisi tulang yang dibentuk oleh periosteum. Bila tulang rawan lempeng epifisis berhenti tumbuh, ia diganti oleh jaringan tulang melalui proses osifikasi. Penutupasn apifisis ini mengikuti suatu proses yang kondrogis di setiap tulang dan selesai pada usia sekitar 20 tahun. Sekali epifisis telah menutup, pertumbuhan tulang memanjang daritulang tidak mungkin lagi terjadi, meskipun pertumbuhan melebar masih dapat terjadi.
2.3 RANGKA
2.3.1 Definisi
Rangka adalah kumpulan tulang-tulang yang member bentuk tubuh pada manusia. System rangka adalah suatu system organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup.7
2.3.2 Fungsi
Rangka mempunyai beberapa fungsi antara lain:
• Sebagai alat gerak pasif
• Penyangga tubuh
• Pemberi bentuk tubuh
• Tempat pembentukan sel darah merah
• Melindungi organ-organ vital tubuh
• Tempat tersimpan Ca, fosfat dan vitamin D
• Tempat melekatnya otot-otot
• Menegakkan tubuh8
2.3.3 Tulang-Tulang Yang Terdapat Pada Sumbu Dan Pelengkap
Tulang -tulang pada sumbu (Axial)
1. Tengkorak (Cranium)
Os occipetale
Os parietale
Os frontale
Os temporale
Os sphenoidale
Os ethmoidale
2. Wajah
Maxilla
Mandibula
Pallatum
Nasale
Vomer
Inferior nasala
Zygomaticum
Lacrimale
Hyoid
3. Tulang Dada (Sternum)
Manubrium sterni
Corpus sterni (body)
Processus xipoideus
4. Tulang Rusuk (Costae)
Costae verae
Costae spuria
Fluktuantes
5. Vertebrae
V. servicalis
V. toraks
V. lumbales
V. sacrales
Tulang-tulang pelengkap (Apendikular)
1. Tulang bahu
Scapula
Klavikula
2. Coxae
Ileum
Pubis
Ichium
3. Ektrimitas superior
Humerus
Ulna
Radius
Os karpalia
Fallanges
4. Ektrimitas inferior
Femur
Tibia
Fibula
Patella
Os tarsalia
Fallanges9
2.4 SENDI
2.4.1 Definisi Sendi
Sendi adalah pertemuan dua buah tulang atau beberapa tulang dari kerangka baik berupa tulang maupun rawan.1,8
2.4.2 Fungsi sendi
Untuk mengatur pergerakan badan. Pergerakan dapat berupa gerakan:
1. Gerakan minim sekali perlu pada sendi tulang kepala dan sendi Simphysis.
2. Gerakan inteligen terdapat pada sendi menyeluruh pada lengan bawah,pergelangan tangan dan ruas jari.
3. Gerakan engsel terdapat pada lutut untuk menahan gerakan tubuh.
Gerakan luas terdapat pada sendi paha yang perlu mengatur gerak melangkah.8
2.4.3 Struktur Miroskopik
Pada persendian, ujung dari setiap tulang dilapisi oleh tulang rawan dan pada ujungnya dilumuri oleh cairan sinovial yang berfungsi untuk melancarkan gerak, mengurangi gesekan dan kerusakan antara tulang rawan.
Pada suatu persendian, tulang disatukan oleh bagian yang menyerupai kantung yang disebut ligament, berupa tali pengikat yang lentur dan kuat berbentuk kapsul sehingga membuat tulang bergerak, namum menahannya sehingga tidak terpisah atau bergerak terlalu jauh.
Dalam beberapa persendian, ada tulang rawan yang menutupi ujung-ujung tulang dan terdapat pula bantalan tulang rawan diantara tulang tersebut. Bantalan ini dinamakan cakram artikular. Kemudian, ada satu cakram di setiap persendian pada tulang punggung, dan antara tulang punggung, yang disebut vertebra. Dua tulang rawan tambahan ini disebut meniskus. Adanya meniskus membantu lutut terkunci, sehingga dapat berdiri tanpa kesusahan. 7
2.4.4 Jenis-jenis Sendi
a. Sendi Fibrosa
Sendi yang tidak dapat bergerak,misalnya persambungan tulang bergigi yang terdapat pada kepala antara tulang pipih yang menyatukan Os frontal, Os poriental, Os tempora dan Os etmodial.
b. Sendi Kartilaginosa
Sendi dengan gerakan sedikit,permukaan dipisahkan oleh bahan antara yang memungkinkan sedikit pergerakan. Misalnya : sendi pada simfisis pubis dipisahkan oleh tulan rawan. Sendi pada tulang rawan dijumpai pada epifis dan diafis tulang pipa.
c. Sendi Sinavial(diarthosis)
Persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak ragamnya dan semua mempunyai ciri yang sama.
Ciri-ciri sendi yang bergerak bebas:
1. Ujung tulang masuk dalam formasi persendian ditutup oleh tulang rawan hialin
2. Ligamen untuk mengikat tulang-tulangnya bersama
3. Sebuah rongga persendian terbungkus oleh sebuah kapsul dari jaringan fibrus dan diperkuat oleh ligamen
Sendi sinavial terdiri dari:
1. Sendi putar
Tongkol sendi tepat masuk tepat dalam mangkok sendi yang dapat memberikan seluruh arah. Misalnya: sendi panggul dan sendi bahu yang terdapat di bahu.
2. Sendi engsel
Satu permukaan bundar diterima oleh yang lain,sedemikian rupa sehingga gerakan hanya dalm satu bidang dan dua arah, misalnya: sendi siku dan sendi lutut
3. Sendi kondiloid
Seperti sendi engsel tetapi dapat bergerak dalam dua bidang dan empat arah lateral kebelakang dan kedepan,misalnya: pergerakan tangan
4. Sendi berporos atau sendi putar
Pergerakan sendi memutar seperti pergerakan kepala sendi dimana atlas berbentuk cincin berputar di sekitar prosesus odontoid. Contoh lain adalah gerakan radius di sekitar ulna pronasi dan supinasi.
5. Sendi pelana atau timbal balik
Misalnya sendi rahang dan tulang matavarpalia pertama(pergelangan tangan) yang dapat memberikan banyak kebebasan untuk bergerak ibu jari dapat berhadapan dengan jari lainnya.7,8
2.4.5 Macam – Macam Pergerakan Pada Sendi
Berikut ini jenis gerakan pada sendi:
1. Bergeser adalah Berupa pergeseran antara tulang, contohnya gerakan pada sendi-sendi di antara tulang-tulang carpalia dan tarsalia, terjadi pada sendi geser.
2. Extensi adalah Berupa gerakan pelurusan sendi. Extensi bisa terjadi pada sendi engsel, contohnya extensi sendi lutut.
3. Flexi adalah Berupa gerakan pembengkokan sendi. Flexi terjadi pada sendi engsel, contohnya flexi sendi jari-jari. Sedangkan flexi-extensi pada pergelangan tangan merupakan gerakan sendi ellipsoidal.
4. Abduksi adalah Berupa gerakan yang menjauhi sumbu tubuh. Terjadi pada sendi peluru, contohnya mengangkat lengan ke samping, atau gerakan ibu jari menjauhi telunjuk oleh sendi pelana di antara metacarpal 1 dan os. Carpal (trapezium)
5. Adduksi adalah Berupa gerakan yang mendekati sumbu tubuh, gerakan ini berlawanan dengan gerakan abduksi
6. Rotasi adalah Berupa gerakan berputar, terjadi pada sendi putar. Misalnya atlas (cervix 1) berputar terhadap processus odontoideus dari axis (cervix 2) sewaktu menggelengkan kepala.
7. Circumduksi adalah Berupa gerakan dimana ujung distal satu tulang membentuk 1 lingkaran, sedangkan ujung proksimalnya tetap. Contohnya gerakan memutar lengan 1 lingkaran mengitari sendi bahu, terjadi pada sendi peluru dengan arah gerakan 3 poros
8. Pronasi adalah Gerakan memutar lengan bawah untuk membalikkan telapak tangan, sehingga telapak tangan menghadap ke bawah bila lengan bawah ditaru diatas meja
9. Supinas adalah Gerakan berlawanan dengan pronasi
10. Protaksi adalah Gerakan mendorong mendibula ke luar
11. Retraksi adalah Gerakan menarik mandibula ke dalam.7,8
2.5 TULANG RAWAN
2.5.1 Definisi
Tulang rawan adalah suatu jaringan penunjang yang liat dan lentur yang bahan dasar dan kandungannya terdiri dari bahan yang kental dan bening yang mengandung Glikosaminoglikans, yaitu kompleks Protein Kondromukoid , asam kondrin sulfat, dan asam Hialuronat. sel nya di sebut kondrosit pinggiran berbentuk elips makin ke dalam semakin menjadi bundar.7
2.5.2 Fungsi Tulang Rawan
Tulang rawan berfungsi melapisi ujung tulang yang membentuk sendi, sehingga sendi dapat bergerak bebas tanpa menimbulkan rasa sakit. Fungsi tulang rawan ini dapat diibaratkan dengan fungsi ban yang melapisi velg kendaraan, sehingga mobil dapat bebas bergerak tanpa hambatan. Apabila tulang rawan sendi rusak dan menipis, ujung tulang pembentuk sendi akan saling bertemu dan bergesekan secara langsung tanpa pelapis tulang rawan, sehingga gerakan sendi menjadi terbatas (kaku) dan menimbulkan rasa nyeri.7
2.5.3 Struktur Mikroskopik Tulang Rawan
Tulang rawan berkembang dari mesenkim membentuk sel yg disebut kondrosit
Kondrosit menempati rongga kecil (lakuna) di dalam matriks dgn substansi dasar seperti gel (berupa proteoglikans) yg basofilik. Kondrosit dibentuk oleh sel tulang rawan yang masih muda yang dinamakan kondroblas. Kemudian tulang tersebut dibungkus oleh sebuah lapisan yang disebut Perikondrium.
Kalsifikasi menyebabkan tulang rawan tumbuh menjadi tulang (keras).9
2.5.4 Jenis-Jenis Tulang Rawan
1. Tulang rawan hialin
Pada kartilago hialin dalam keadaan segar tampak sebagai massa bening putih kebiruan . Sel – sel nya berbentuk bulat lonjong dengan inti bulat besar terletak di tengah dengan satu atau lebih anak inti ( nucleolus ).
2. Tulang Rawan Elastis
Warnanya kekuningan.Kandungannya selain serat kolagen.banyak terdapat serat Elastis yang menjadikaqnnya lebih kenyal dari tulang rawan lain.matriks mengandung serat kolagen dan jaringan- jaringan serat elastis yang luas.
3. Tulang Rawan Fibrosa
Mengandung jalinan serat kolagen yang padat dan keras, sebagai perantara antara jaringan pengikat rapat dari tulang rawan hialin.fibrokartilago terdiri dari berkas- berkas jaringan ikat kolagen dan di antaranya terdapat daerah – daerah kecil dengan matriks tulang rawan hialin yang tidak mempunyai perikondrium.6
2.5.5 Pertumbuhan Tulang Rawan
Ada 2 cara yaitu :
1. Appositional growth; tumbuh dari luar ® sel pembentuk kartilago di dlm perikondrium menyekresi matriks baru ke permukaan luar kartilago yang sudah ada
2. Interstisial growth; tumbuh dari dalam ® kondrosit yg berikatan dg lakuna di dlm kartilago membelah & menyekresi matriks baru & memperluas kartilago dari dalam
Pertumbuhan tulang rawan berakhir selama periode dewasa.10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem gerak pada manusia meliputi tulang dan otot. Tulang disebut alat gerak pasif dan otot disebut alat gerak aktif. Salah satu fungsi tulang adalah menegakkan tubuh. Susunan tulang-tulang akan membentuk sistem rangka. Manusia dan hewan vertebrata memiliki sistem rangka endoskeleton. Pembentukan tulang dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk kondroblas. Kondroblas inilah yang akan memebentuk tulang rawan.
Tulang rawan ada 3 jenis, yaitu tulang rawan hialin, elastis, dan fibrosa. Ketiga tulang rawan tersebut mempunyai banyak perbedaan. Tulang rawan berfungsi melapisi ujung tulang yang membentuk sendi, sehingga sendi dapat bergerak bebas tanpa menimbulkan rasa sakit.
Sendi terbentuk karena adanya dua tulang yang berhubungan. Pada persendian dapat terjadi pergerakan karena didukung oleh, minyak sinovial, kapsul sendi, dan ligament. Sendi ada 3 jenis, yaitu Sendi Fibrosa, Sendi Kartilaginosa, dan Sendi Sinavial.
Otot manusia meliputi 3 jenis, yaitu otot polos, lurik, dan otot jantung. Ketiga otot tersebut mempunyai perbedaan dan persamaan.untuk menggerakkan tubuh, otot melakukan kontraksi. Kontraksi otot terjadi mengikuti teori model geseran (luncuran filament).
Sistem gerak tersusun dari jaringan-jaringan, dan jaringan tersusun dari sel-sel. Dalam merespon perubahan lingkungan, sel perlu beradaptasi. Adaptasi sel meliputi atrofi, hipertrofi, hyperplasia, metaplasia, dan dysplasia. Adaptasi mengakibatkan bentuk sel berubah dari bentuk yang normalnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Leeson. 1996. Buku Ajar histology Dasar. Jakarta: EGC.
2. Ganong, William. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
3. Tambayong, Jan. 1995. Synopsis Histologi. Jakarta: EGC.
4. http://www.medicalmnemonics.com/, diunduh 1 Maret 2010 pukul 15.20 WIB.
5. Puzt dan Pobst. 2006. Sobotta, Atlas Anatomi Manusia.jakarta: EGC.
6. Tobing dan Sitohang. 1996. Dasar Histologi. Jakarta: EGC.
7. Junquiera, dkk. 1998. Histology Dasar. Jakarta: EGC.
8. Carneiro,dkk. 1998. Histology Dasar. Jakarta: EGC.
9. Carter, Michael. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
10. Cambridge, Ltd. 1999. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menjaga kesehatan, kita membutuhkan kegiatan yang membuat tubuh mengeluarkan keringat. Orang yang berolahraga biasanya akan berkeringat. Keringat yang keluar merupakan sisa pembakaran zat berguna dalam otot. Gerakan tubuh dapat terjadi karena otot berkontraksi. Kontraksi tersebut mengakibatkan anggota tubuh dapat melakukan gerakan sesuai dengan yang kita inginkan. Anggota tubuh yang bergerak itulah yang dinamakan dengan sistem gerak, yang terdiri dari tulang, tulang rawan, sendi, dan otot yang saling bekerja sama dalam mekanisme pergerakan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dihadapi dalam makalah ini adalah:
• Definisi, fungsi, jenis, struktur, mekanisme kontraksi dan relaksasi otot, penamaan otot, otot pada wajah dan penguyahan, dan proses adaptasi jaringan.
• Definisi, fungsi, bagian dan pertumbuhan serta perkembangan tulang.
• Definisi, fungsi, tulang pada axial dan apendikular pada rangka.
• Definisi, fungsi, jenis, dan komponen sendi.
• Definisi, fungsi, jenis,pertumbuhan dan perkembangan tulang rawan.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Mampu menjelaskan definisi, fungsi, jenis, struktur, mekanisme kontraksi dan relaksasi otot, penamaan otot, otot pada wajah dan penguyahan dan proses adaptasi jaringan.
2. Mengetahui definisi, fungsi, bagian dan pertumbuhan serta perkembangan tulang.
3. Mengetahui definisi, fungsi, tulang pada axial dan apendikular pada rangka.
4. Menjelaskan definisi, fungsi, jenis, dan komponen sendi.
5. Menjelaskan definisi, fungsi, jenis,pertumbuhan dan perkembangan tulang rawan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 OTOT
2.1.1 Definisi Otot
Otot adalah daging tubuh yang tersusun dari banyak dinding organ berongga dan pembuluh-pembuluh tubuh. Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya.1
2.1.2 Fungsi Otot
Fungsi otot antara lain:
1. Sebagai alat penggerak tubuh termasuk anggota badan, usus paru-paru dan lain-lain.
2. Menentukan postur tubuh.
3. Menyimpan glikogen.
4. Sebagai gerak aktif disebabkan oleh komponen sel-sel otot berkontraksi karena ada satu rangsangan baik panas atau dingin.
5. Mempertahankan sikap & posisi tubuh.
6. Menyokong jaringan lunak.
7. Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dala sistem tubuh.
8. Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot:energi ® panas1
2.1.3 Jenis - Jenis Otot
Secara garis besar otot dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Otot Polos
Jenis otot ini disebut juga sebagai otot tidak lurik atau otot involunteer. Otot polos terutama terdapat di bagian viseral, membentuk bagian kontraktil pada dinding saluran cerna sejak pertengahan esofagus sampai ke anus, termasuk saluran keluar kelenjar yang berhubungan dengan sistem ini. Otot ini terdapat pada system pernapasan, system reproduksi, arteri, vena, pembuluh limfe yang besar, dermis, iris, dan korpus siliaris pada mata. Pada tempat-tempat ini otot polos berfungsi mengatur dan mempertahankan garis tengah lumendarivisera berongga.Sel-sel otot polos dapat tersusun tersebar atau membentuk berkas memanjang atau sebagai lembaran. Sel otot polos berbentuk gelendong, meruncing di kedua ujungnya, dan mempunyai bagian tengah yang lebih lebar, tempat letak intinya. Ukuran tergantung tempatnya, sekitar 15-20 μm pada pembuluh darah kecil sampai 0,2 mm dengan tebal 6μm. Pada dinding rahim yang sedang mengandung sel-sel otot membesar dan memanjang sampai 0,5 mm.
Sitoplasma untuk sel otot disebut sarkoplasma mengandung sepasang sentriol. Dalam sitoplasma terdapat butir-butir glikogen yang penting sebagai sumber energi. Seperti sel–sel lainnya, sel otot diselubungi oleh membran plasma yang dinamakan sarkolema. Untuk nutrisi jaringan otot diperlukan pembuluh darah yang bercabang-cabang masuk di antara berkas-berkasnya.
Agar dapat berkontraksi maka jaringan otot membutuhkan rangsangan dari ujung-ujung saraf. Oleh Bozler dibedakan 2 tipe:
1. Tipe multi unit
Apabila tiap otot polos mendapatkan rangsangan dari ujung-ujung saraf yang berasal dari sebatang serabut saraf sehingga setiap sel otot mendapat impuls dalam waktu bersamaan, akibatnya kontraksi dapat berlangsung bersamaan. Misalnya terdapat pada iris, arteri besar, dan duktus deferens.
2. Tipe viseral
Dalam seberkas otot tidak semuanya mendapatkan ujung saraf tetapi rangsangan akan diteruskan ke otot-otot yang berdekatan melalui hubungan yang mirip gap junction.
Struktur Halus Sel Otot
Sarkoplasma di dekat inti mengandung sejumlah mitokondria halus, mikrotubuli, granular endoplasmic reticulum dan kelompok-kelompok ribosom bebas. Kompleks golgi menempati didekat salah satu ujung inti. Dalam sarkoplasma terdapat berkas-berkas filamen yang membentuk miofibril.
Ada 2 jenis miofilamen, yaitu:
1. Miofilamen halus
2. Miofilamen kasar
Kedua jenis miofilamen ini berjalan sejajar sumbu sel otot polos. Diantara berkas-berkas miofilamen terlihat mitokondria. Apabila dilihat berkas-berkas gabungan miofilamen halus dan miofilamen kasar maka mereka tidak membentuk pola yang teratur namun tersebar di seluruh sel. Sarkolema menunjukkan lekukan ke dalam yang dinamakan kaveola pada pengamatan dengan M.E.
Asal, pertumbuhan, dan regenerasi
Sebagian besar otot polos dibentuk melalui perkembangan sel-sel mesenkim. Dalam hubungannya dengan beberapa kelenjar dan saluran keluarnya seperti kelenjar-kelenjar liur, kelenjar keringat, dan kelenjar lakrimal ada sel dengan banyak ciri khas otot polos yang berkembang dari ektoderm dan disebut sel mioepitel. Sel otot polos dapat bertambah ukurannya akibat rangsangan fisiologis (misalnya dalam rahim selama kehamilan) dan akibat rangsangan patologis (misalnya dalam arteriol pada hipertensi). Pada keadaan dewasa dianggap bahwa sel otot polos berasal dari jaringan pengikat yang belum mengalami diferensiasi lanjut.
2. Otot Rangka / Seran Lintang
Otot rangka terdiri atas serat-serat otot, berkas sel yang sangat panjang sampai 30 cm, silindris, dan berinti banyak dengan garis tengah 10-100μm. Inti lonjong umumnya terletak pada tepi sel di bawah membran sel. Lokasi yang khas ini membantu dalam membedakan otot rangka dari otot jantung dan otot polos yang keduanya memiliki inti di tengah. Otot ini ditemukan di lidah, diafragma, dinding pangkal esophagus, dan sebagian otot wajah.
Sebagian besar dari sel otot rangka yang berbentuk serabut membentuk berkas-berkas yang digabungkan oleh jaringan pengikat. Jaringan pengikat tipis yang melapisi setiap serabut otot melanjutkan diri sebagai pembungkus berkas yang terdiri atas beberapa serabut otot mengandung pembuluh darah kecil. Selubung jaringan pengikat tersebut dinamakan endomisium. Berkas otot tersebut digabungkan lagi menjadi berkas yang lebih besar oleh jaringan pengikat yang lebih tebal dinamakan perimisium. Berkas-berkas tingkat kedua tersebut digabungkan lagi menjadi berkas yang lebih besar oleh jaringan pengikat dinamakan epimisium.
Apabila otot seran lintang diperiksa tanpa alat pembesar, kadang-kadang tampak adanya perbedaan warna pada serabut-serabutnya. Dengan pembesaran tampak bahwa serabut-serabut otot yang berwarna merah berkelompok diantara serabut otot yang berwarna putih (pucat) yang berukuran lebih besar.
Gautier membedakan 3 jenis serabut otot dengan pewarnaan khusus :
• serabut otot merah,
• serabut otot putih,
• serabut otot peralihan
Serabut otot merah yang lebih kecil ternyata lebih banyak mengandung mitokhondria, mioglobin, dan banyak pembuluh darah diantara serabut-serabutnya.
Pada tingkat pengamatan dengan M.E., serabut otot merah ternyata memiliki lempeng Z lebih tebal, lebih kompleksnya struktur sarcoplasmic reticulum pada daerah lempeng Z, mitokondria berukuran lebih besar dan terletak berderet-deret diantara miofibril kalau dibandingkan serabut otot putih. Serabut otot peralihan memiliki sifat-sifat diantara serabut otot merah dan serabut otot putih.
Macam-macam serat otot seran lintang:
1. Serat merah, serat ini berdiameter relatif kecil, dengan banyak sarkosom besar yang penuh krista. Sarkosom-sarkosom itu terkumpul di bawah sarkolema dan berderet-deret memanjang diantara miofibril.
2. Serat putih, merupakan bagian terbesar dari otot ”putih” dan seratnya lebih besar. Sarkosom-sarkosom yang lebih kecil terdapat berpasangan sekitar garis Z, dan garis Z disini hanya setengah lebarnya garis Z pada serat merah.
3. Serat menengah, serupa serat merah, terdapat pada otot merah, tetapi sarkosomnya lebih kecil dan garis Z-nya lebih tipis. ”Myoneural junction” (taut mioneural) bersifat lebih kompleks pada serat putih, dan penyebaran berbagai jenis serat didalam suatu otot agaknya dipengaruhi oleh sistem saraf. Serat merah berkontraksi lebih lambat jika dibandingkan dengan serat putih dan lebih tahan berkontraksi lama, walaupun sebenarnya ada 2 jenis serat merah, dan salah satunya berkontraksi lumayan cepat. Serat menengah yang secara morfologi mirip serat merah, lebih mirip serat putih dalam hal kecepatan kontraksinya.
Struktur mikroskopis
Sel otot seran lintang merupakan sel panjang yang berinti banyak dengan ketebalan yang sama di seluruh panjangnya yang berukuran sekitar 10-100 μm.
Sangat khas adalah gambaran pada potongan membujur terhadap sumbu panjang serabutnya oleh karena segera tampak gambaran garis-garis melintang yang dipisahkan oleh garis-garis pucat di sepanjang serabut. Gambaran ini disebabkan oleh adanya miofibril-miofibril dalam sarkoplasma yang bersifat membias kembar silih berganti dengan yang biasa, seluruhnya sejajar memenuhi serabut.
Ketebalan miofibril bervariasi namun tidak akan melebihi ukuran 2-3 μm. Penyebaran miofibril dalam sarkoplasma akan jelas pada potongan melintangnya. Biasanya membentuk kelompok-kelompok yang pada potongan melintang tampak sebagai kelompok titik-titik yang dinamakan sebagai Area Cohneim.
Di bawah sarkolema sepanjang serabut otot tampak inti yang berbentuk sebagai kumparan, sehingga apabila serabut tersebut terpotong membujur sebagian besar inti tampak tersebar di tepi dibawah sarkolema.
Struktur halus otot seran lintang
Pada pengamatan secara seksama dengan M.E., ternyata apa yang dimaksudkan dengan sarkolema oleh para pengamat dengan mikroskop cahaya sebenarnya terdiri atas:
a. Plasmalemma yang strukturnya sebagai unit membrane.
b. Lapisan pembungkus ekstraseluler yang bahannya seperti lamina basalis
c. Anyaman halus serabut-serabut retikuler
Serabut otot seran lintang sebagaimana dengan sel lain, dalam sitoplasmanya mengandung berbagai macam organela, namun kesemuanya disesuaikan dengan fungsi serabut otot yang mampu berkontraksi. Mithokondria berukuran besar dengan banyak sekat-sekat di dalamnya, terletak memanjang berderet-deret sepanjang serabut dibawah sarkolema dan diantara miofibril. Kompleks Golgi terdapat lebih dari satu menempati di dekat setiap inti.
Miofibril merupakan seberkas komponen berbentuk filamen yang lebih halus dan panjang dari filamen itu sendiri tidak sepanjang miofibrilnya.
Filamen tersebut seperti halnya dalam otot polos terdiri atas 2 jenis yang berbeda dalam ketebalan dan ukuran panjangnya yaitu:
1. Miofilamen tebal : Ketebalan 100Ǻ dan panjang 1,5μm
2. Mikrofilamen halus : Ketebalan 50Ǻ dan panjang 2μm
Garis melintang tidak lain berbentuk cakram atau lempeng, oleh karena garis-garis melintang yang terlihat pada potongan memanjang serabut otot menempati seluruh ketebalan serabut. Oleh karena itu istilah garis sering diganti dengan lempeng atau cakram.
Dibedakan 2 macam lempeng yaitu:
1. Lempeng A
Lempeng A dapat membias kembar sinar polarisasi. Sediaan otot dengan pewarnaan H.E memperlihatkan warna merah. Ditengah-tengah lempeng A terdapat sebuah lempeng yang lebih sempit yang jernih, yaitu lempeng H dan lempeng ini terbagi lagi oleh lempeng yang gelap, yaitu lempeng M.
2. Lempeng I
Lempeng I sendiri hanya terbagi oleh sebuah lempeng yang lebih tipis dan berwarna gelap ditengah sebagai lempeng Z. Kadang-kadang pada lempeng I didekat perbatasan dengan lempeng A terlihat sebuah lempeng N dilihat sepanjang serabut otot yang dihubungkan dengan kemampuan kontraksinya, maka selama kontraksi lempeng Z relatif tidak mengalami perubahan. Oleh karena itu miofibril dibagi-bagi menjadi satuan kontraksi yang disebut sarkomer yang dibatasi oleh lempeng Z.
Didalam sebuah miofibril, sejumlah miofilamen halus yang panjangnya 2 μm berpangkal pada lempeng Z dan meluas kesetengah lempeng I dan sebagian dari lempeng A sampai batas lempeng H. Dengan demikian lempeng H dibatasi oleh ujung-ujung miofilamen halus dari kedua belah pihak. Sedangkan miofilamen tebal yang berada sebagian diantara miofilamen halus, perluasannya dalam satu sarkomer mulai dari batas lempeng I disatu pihak sampai batas lempeng I di pihak lain.
Hubungan antara miofilamen halus dengan miofilamen tebal dapat lebih dipahami pada potongan melintang melalui lempeng A dekat perbatasan dengan lempeng I. Pada potongan tersebut terlihat bahwa sepotong miofilamen tebal dikelilingi secara teratur oleh 6 batang miofilmen halus dan sebaliknya setiap batang miofilamen halus sendiri dikelilingi oleh 3 batang miofilamen tebal lainnya.diantara kedua miofilamen tersebut dihubungkan oleh molekul-molekul berbentuk batang pendek yang merupakan bagian dari miofilamen tebal sebagai kait-kait yang dinamakan cross bridge.
Organela lain dalam sitoplasma yang terlibat dalam proses kontraksi yaitu sarcoplasmic reticulum yang tidak lain adalah smooth reticulum pada sel-sel biasa. Sarcoplasmic reticulum merupakan anyaman rongga pipih yang dibatasi membran yang mengelilingi miofibril.
Komponen lain dalam sarkoplasma
Dalam sarkoplasma ditemukan glikogen dalam jumlah yang banyak dalam bentuk butir-butir kasar. Bahan ini dipergunakan sebagai persediaan energi.
Komponen lain yaitu mioglobin yang merupakan pigmen seperti hemoglobin dalam eritrosit yang digunakan untuk mengikat oksigen.
Regenerasi otot seran lintang
Sesudah mengalami kerusakan, serat otot memiliki kapasitas terbatas untuk melakukan regenerasi, tetapi kerusakan berat akan diperbaiki dengan pembentukan jaringan ikat fibrosa, dengan meninggalkan parut. Demikian pula halnya bila saraf atau pembuluh darahnya terganggu alirannya, serat-serat otot akan berdegenerasi dan diganti oleh jaringan ikat fibrosa. Walaupun demikian pada otot dewasa terdapat sel-sel satelit. Sel-sel kecil dengan inti tunggal ini terdapat diantara sarkolema dan endomisium dan rupa-rupanya merupakan cadangan sel-sel mioblas embrional.
Histogenesis otot seran lintang
Diawali pembentukan mioblas yang pada mulanya berinti satu yang terletak ditengah sel tanpa miofibril. Mioblas ini akan mengadakan fusi satu sama lain sehingga terbentuk sinsitium yang diikuti pembentukan miofibril. Dengan penambahan miofibril, inti akan terdesak ke tepi sehingga terletak dibawah sarkolema.
3. Otot Jantung
Otot jantung bersifat lurik dan involunteer, berkontraksi secara ritmis dan automatis. Mereka hanya terdapat pada miokard (lapisan otot pada jantung) dan pada dinding pembuluh darah besar yang langsung berhubungan dengan jantung. Suatu serat otot jantung terlihat dibawah mikroskop cahaya sebagai suatu satuan linier terdiri atas sejumlah sel otot jantung yang terikat ”end to end” (ujung-ujung) pada daerah-daerah ikatan khusus yang disebut diskus interkalaris.
Serat otot jantung dibungkus suatu sarkolema tipis mirip yang terdapat pada otot rangka, dan sarkoplasma yang mirip mithokondria. Miofibril-miofibril terpisah-pisah oleh deretan mithokondria, yang mengakibatkan gambaran gurat-gurat memanjang yang nyata.
Otot jantung terdiri atas serabut-serabut otot yang bergaris-garis melintang seperti halnya otot kerangka.
Namun demikian kedua jenis serabut otot tersebut terdapat perbedaan:
1. Serabut otot jantung tidak merupakan sinsitium, melainkan merupakan rangkaian sel-sel tunggal yang berderet-deret ujung ketemu ujung dengan perantara suatu bangunan yang dinamakan : discus intercalaris.
2. Sel otot jantung tidak berbentuk silindris biasa, melainkan bercabang-cabang sehingga memberikan kesan adanya anyaman 3 dimensional.
3. Inti sel otot jantung tidak terletak dibawah sarkolema,melainkan ditengah sel.
4. Kontraksi otot jantung diluar pengaruh kehendak kita.
Celah-celah diantara anyaman serabut-serabut otot jantung diisi oleh jaringan pengikat sebagai endomisium.
Struktur halus otot jantung
Dalam beberapa hal struktur halus otot jantung sama dengan otot kerangka, khususnya mengenai hubungan antara miofilamen halus dengan miofilamen tebal, sehingga lempeng-lempeng yang tampak pada miofibril tidak berbeda pula.
Perbedaan yang tampak pada pengamatan dengan M.E yaitu: susunan sarcoplasmic reticulum dan mithokondria yang tidak teratur sehingga berkas-berkas miofilamen membentuk miofibril tidak disusun secara teratur sehingga batas-batas miofibril tidak tegas. Selain itu mitokondria lebih panjang dan lebih banyak jumlahnya serta sekat-sekat dalam mithokondria juga lebih banyak. Kadang-kadang mithokondria menempati satu sarkomer (2,5 μm). Butir-butir glikogen banyak terdapat didaerah lempeng I.
Invaginasi tubuler dari sarkoma yang membentuk tubul T pada otot jantung berukuran lebih besar daripada otot kerangka dan terdapat pada daerah setiap lempeng Z.
Discus intercalaris yang biasanya terdapat pada daerah lempeng Z, ternyata merupakan batas sel yang berbentuk berigi-rigi antara sel-sel otot jantung yang berdekatan. Apabila diamati dengan M.E, discus intercalaris dibedakan menjadi 2 bagian utama yaitu:
Pars transvelaris, yang menempati bagian yang berjalan melintang terhadap serabut otot.
Pars lateralis yang menempati bagian yang sejajar dengan serabut otot.
Pars transvelaris yang tampak sebagai garis berkelok-kelok dibedakan dalam 2 daerah yang berlainan strukturnya. Perbedaan struktur tersebut khususnya dalam aspek hubungan antara 2 sel yang berdekatan.
Struktur pertama mirip struktur desmosom yaitu adanya gambaran pemadatan sarkoplasma didaerah itu. Struktur ini meliputi daerah yang cukup luas, maka dinamakan fascia adhaerens. Fungsi struktur ini diduga keras sebagai usaha mengikat sel otot jantung satu dengan yang lain.
Diantara struktur pertama tersebut, disana-sini terdapat struktur jenis kedua yang mirip struktur gap junction dengan celah yang memisahkan 2 sarkolema sebesar 20Ǻ. Pada daerah ini tidak ada pemadatan sitoplasma.mengingat struktur yang demikian diduga keras hubungan ini berfungsi untuk merambatkan impuls dari satu sel otot jantung ke sel otot jantung di dekatnya.
Regenerasi otot jantung
Otot jantung lebih tahan terhadap trauma bila dibandingkan dengan otot jenis lainnya, tetapi hampir tidak ada tanda-tanda regenerasi setelah terjadinya suatu cedera. Otot jantung yang rusak diperbaiki dengan meninggalkan suatu jaringan parut.
Histogenesis otot jantung
Dapat diikuti sejak embrio sebagai perkembangan dari splanchnopleura yang terdapat diluar endotil primordium jantung. Sejak awalnya telah terbentuk struktur desmososm antar sel-sel otot. Terbentuknya sel otot jantung definitif yaitu pada saat pembuluh darah bersama jaringan pengikat menembus endotil jantung.
Dan ada juga jenis – jenis sebagai berikut :
1. Secara fungsional.
Otot diklasifikasi menjadi otot volunteer ( dikontrol sesuai keinginan ) atau otot involunter ( bawah sadar )
2. Secara structural.
otot diklasifikasi menjadi otot lurik ( dengan garis-garis menyilang ) dan polos ( tidak bergaris ) lurik-lurik tersebut akan terlihat dalam pemeriksaan potongan mikroskopik serabut.
3. Berdasarkan struktur dan fungsinya,
jaringan otot diklasifikasi kedalam golongan berikut :
Otot polos adalah otot involunterdan otot berlurik
Distribusi, otot polos terbentuk pada area berikut:
- dinding organ berongga
- dinding duktus dan pembuluh
- organ seperti kulit limpa dan penis
Struktur
- Sel berbentuk spindel sangat bervariasi panjangnya, tetapi panjangnya tetap lebih pendek dan diameter juga lebih dari pada sel otot rangka.
- Setiap sel mengandung satu nukleus sentral
- Serabut tersebut disatukan dalam unit atau lembar ( lapisan )
Otot rangka merupakan alat volunter dan otot lurik
Distribusi
Serabut individual akan bergabung menjadiberkas untuk membentuk kelompok fungsional yang disebut otot, yang melekat pada rangka dan bertanggungjawab untuk pergerakan.
Struktur
Satu serabut panjangnya berkisar antara 10 mm sampai 40 mm
Serabut yang banyak memiliki nukleus ditemukan dibawah sarkolemapada bagian perifer sel.
Otot jantung adalah otot involunter dan otot lurik.
Distribusi, otot jenis ini hanya terdapat di jantung.
Struktur
a) serabut otot jantung bercabang dan membentuk jaringan
b) Nukleusnya tunggal dan terletak di sentral.
c) Lurik menyilang saling berdekatan dan tidak terlihat sejelas di otot rangka.
d) Diskus interkalasi, yang terlihat dibawah mikroskop sebagai pita tebal bersilang, merupakan ciri khas otot jantung. Diskus ini merupakan sambungan antara sel otot jantungdan area yang tahanan listriknya rendah untuk memperluas kontraksi.1,2
2.1.4 Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot
Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamenfilamen aktin dan miosin. Selama kontraksi otot, filamen-filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak.Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H.
Selain itu filamen myosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk komplek aktin-miosin.
Kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa detik. Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi ion Ca2+ di dalam serabut otot yang meningkatkan aktivitas miofibril.
2. Summasi, berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi dengan kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan (summasi unit motor berganda dan summasi bergelombang).
3. Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri.
4. Tetani adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak ada peningkatan tegangan kontraksi.
5. Rigor terjadi bila sebagian terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan, sehingga kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke RS melalui mekanisme pemompaan.
Metode pergeseran filamen dijelaskan melalui mekanisme kontraksi pencampuran aktin dan miosin membentuk kompleks akto-miosin yang dipengaruhi oleh ATP. Miosin merupakan produk, dan proses tersebut mempunyai ikatan dengan ATP. Selanjutnya ATP yang terikat dengan miosin terhidrolisis membentuk kompleks miosin ADP-Pi dan akan berikatan dengan aktin. Selanjutnya tahap relaksasi konformasional kompleks aktin, miosin, ADP-pi secara bertahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP, proses terkait dan terlepasnya aktin menghasilkan gaya fektorial.
• Kontraksi
Kontraksi otot terjadi akibat impuls saraf yang bersifat elektrik, di hantar ke sel-sel otot secara kimiawi dan hal ini dilakukan oleh sambungan otot saraf. Yang mengandung gelembung – gelembung Asetilkolin. Asetilkolin dilepas kedalam ruang antara saraf dan otot ( celah sinops )dan ketika asetilkolin menempel pada sel otot, ia akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan aktivitas listrik akan menyebar keseluruh sel otot, sehimgga timbul kontraksi. Untuk bisa berkontraksi, serabut otot memerlukan energy yang didapat dari oksidasi makanan, terutama karbohidrat.
Potensial aksi berjalan sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujung serat
saraf
Setiap ujung saraf, mensekresi supstansi neurotransmiter yaitu aseltikolin dalam jumlah sedikit
Asetilkolin bekerja untuk area setempat pada membran. Otot guna membuka
saluran asetilkolin melalui molekul-molekul protein dalam membran serat otot
Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium mengalir ke bagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini menimbulkan potensial aksi serat saraf
• Relaksasi
Pada keadaan relaksasi otot ujung – ujung filament aktin yang berasal dari disrus yang berurutan hamper tidak overlap satu sama lainnya. Sedangkan pada waktu yang sama beroverlap dengan filamen miosin secara sempurna.1,3
2.1.5 Penamaan Otot
Berdasarkan Ukuran:
M. vastus (besar), maximus (besar), longus (lama), minimus (kecil), brevis (pendek).
Berdasarkan Bentuk:
Deltoideus (segitiga), latisimus (lebar), teres (bulat), trapezius (trapesium), belah ketupat (jajaran genjang)
Berdasarkan Arah serat:
Rektus (lurus), miring (horizontal), melintang (melintasi), Orbicularis (round)
Berdasarkan Lokasi:
Pectoralis (dada), gluteus (pantat), brachii (lengan), supra-(di atas), infra-(di bawah), sub-(di bawah, di bawah), lateralis (lateral)
Berdasarkan Jumlah asal:
Bisep (dua kepala), Triceps (tiga kepala), kuadrisep (empat kepala)
Berdasarkan Asal dan penyisipan:
Sternokleidomastoid (asal pada tulang dada dan tulang selangka, penyisipan pada proses mastoideus), brakioradialis (asal di brachium atau lengan, penyisipan pada jari-jari)
Berdasarkan Aksi:
Penculik (untuk menculik struktur), adduktor (untuk adduksi struktur), fleksor (untuk flex struktur), ekstensor (untuk memperpanjang struktur), m. levator (untuk mengangkat atau meningkatkan struktur), masseter (a chewer).4
2.1.6 Otot Pada Wajah
Sebenarnya hanya beberapa bagian otot wajah yang berorigo di sekitar tulang . semua berinsersi ke dalam kulit.
a. Dahi, puncak kepala, pelipis
- M. occipitofrontalis
(bersama M. occipitofrontalis dan M. temporoparietalis disebut sebagai M. epicranius)
O:Venter frontalis:kulit alis mata dan Glabella, membentuk lapisan otot bersama M. procerus, corrugators supercilii, depressor supercilii et orbicularis oculi.
Venter occipitalis:Linea nuchalis suprema.
I:Galea aponeurotica.
F:Menggerakkan kulit kepala, menciptakan kerut miring di dahi.
- M. temporoparietalis
O:Kulit temporal, fascia temporalis.
I:Galea aponeurotica.
F:Menggerakkan kulit kepala.
b. Rima palpebrarum
- M. orbicullaris oculi (terletak di sekitar Aditus orbitae yang berfungsi semacam sphincter).
- O:pars orbitalis:proc frontalis,maxillae,os lacrimale,lig.palpebrale mediale.pars palpebralis:lig.palpebrale mediale.saccus lacrimalis.pars lacrimalis posterior of the os lacrimale,saccus lacrimalis.pars lacrimalis:crista lacrimalis posterior of the os lacrimale,saccus lacrimalis.
I:Pars orbitalis: lig.palpebrale lateral,transisi menjadi suatu otot melingkar membentuk cincin di lateral. Pars palberalis: Lig. Palpebrale laterale. Pars lacrimalis:Canaculi lacrimalis, tepi-tepi kelopak mata.
F:menutup mata, menekan saccus lacrimalis, menggerakkan alis mata.
- M. depressor supercilii (cabang pars orbitalis musculi orbicularis oculi).
O:pars nasalis ossis frontalis, punggung hidung.
I:sepertiga medial kulit mata.
F:Menarik turun kulit dahi dan alis, menciptakan kerutan miring tepat di atas hidung.
- M. corrugator supercilii
O:pars nasalis ossis frontalis
I:segitiga medial (lateral) kulit alis mata, Gale aponeurotica.
F:Menggerakkan kulit dahi dan alis mata kea rah pangkal hidung, menciptakan kerut hidung, menciptakan kerut vertical tepat di atas pangkal hidung.
- M. procerus
O:os nasale, cartilage nasi lateralis.
I:kulit Glabella.
F:Menarik turun kulit dahi dan alis mata.
c. Hidung
- M. nasalis
O:pars alaris:Jugum alveolare dentist insivil lateralis. Pars transversa:Jugum alveolare dentist canini.
I:pars alaris:ala nasi, pinggir cuping hidung. Pars transversa:Cartilago nasi lateralis, membran tendodorsum nasi.
F:Menggerakkan cuping hidung dan hidungnya sendiri. Pars alaris:Membuka lebar cuping hidung. Pars transversa:Mengecilkan lubang hidung.
- M. depressor septi nasi
O:Jugum alveorale dentis insicivi medialis.
I:Cartilago alaris major, cartilago septi nasi.
F:Menggerakkan cuping hidung dan hidungnya sendiri.
d. Mulut
- M. orbicularis oris
O:Pars marginalis dan pars labialis:sebelah lateral Angulusoris.
I:kulit bibir.
F:Menutup bibir, sehingga juga menggerakkan cuping hidung, pipi dan juga kulit dagu.
- M. buccinators
O:Bagian posterior Proc. Alveoralis maxillae, raphe pterygomandibularis, bagian posterior proc. Alveolaris mandibulae.
- M. levator labii superioris
O:Margo infraorbitalis dan bagian Proc. Zygomaticum maxilla di dekatnya; berasal dari massa otot M. orbicularis oculi.
I:Bibir atas.
F:Menarik bibir atas ke lateral dan atas.
- M. depressor labii inferioris
O:Basis mandibulae sebelah medial Foramen mentale.
I:Bibir bawah, dagu, serabut dalam ke mukosa.
F:Menarik bibir ke lateral bawah.
- M. mentalis
O:Jugum alveorale dentis incisive lateralis bawah
I:Kulit dagu.
F:Membentuk lekuk di dagu, eversi bibir bawah (bersama dengan M. orbicularis oris)
- M. transverses menti
O:cabang oblik dari M. mentalis.
I:Kulit dagu.
F:Menggerakkan kulit dagu.
- M. depressor anguli oris
O:Basis mandibulae tepat di bawah foramen mentale
I:Bibir bawah, pipi di sebelah lateral sudut mulut, bibir atas.
F:Menarik sudut mjulut ke bawah.
- M. risiorus (seringkali merupakan bagian dari Platysma atau M. depressor anguli oris)
O:Fascia paratoidea, Fascia masetecicae
I:Bibir atas, sudut mulut.
F:Menarik sudut mulut ke lateral atas, membentuk lesung pipi.
- M. levator anguli oris
O:Fossa canina maxillae
I:Sudut mulut
F:Menarik mulut ke arah atas dan medial
- M. zygomaticus mayor
O:Os zygomaticum di dekat sutura Zygomaticotemporalis
I:Bibir atas sudut mulut
F:Menarik sudut mulut di atas lateral dan ke atas.
- M. Zygomaticus minor
O:Os zygomaticus di dekat sutura Zygomaticomaxillaris
I:Bibir atas, sudut mulut
F:Menggerakkan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu, memperdalam sulcus nasolabialis.
- M. levator labii superioris alaeque nasi
O:Proc. Frontalis maxillae; berasal dari massa otot, M. orbicularis oculi
I:Cuping hidung, sudut mulut, bibir atas, serabut dalam bagian lateral posterior cuping hidung
F:Menggerakkan bibir, alae nasi, pipi dan kulit dagu.5
2.1.7 Otot Pada Penguyahan
- M. temporalis
O:Os temporal di bawah linea temporalis inferior, lapisan dalam fascia temporalis
I:Apeks dan pembukaan medial Proc. Coronoideus mandibulae
F:Serabut anterior menutup mulut, serabut posterior menarik mandibula (=retrusi)
- M. masseter
O:Pars supercilialis: dua pertiga anterior margo inferior Arcus Zygomaticus (tendo). Pars profunda: sepertiga posterior permukaan dalam Arcus Zygomaticus.
I:Pars supercilialis: Angula mandibulae, tuberositas masseterica. Pars profunda:Margo inferior mandibulae
F:Menutup mulut
- M. ptrygoideus medialis
O:Fossa pterygoidea permukaan medial Lamina lateris Proc. Pterygoidei, Proc. Pyramidalis ossis palatine
I:Margo inferior mandibulae, tuberositas pterygoidea
F:Menutup mulut
- M. pteryguideus lateralis
O:Caput superius:permukaan luar Lamina lateralis Proc. Ptrygoidei, tubermaxillae (accesorius). Caput inferius: facies temporalis alae majoris ossis sphenoidalis.
I:Caput superius: discus et capsula articulation temporomandibularis. Caput inferius: Fofea pterygoidea Proc. Conclylaeis mandibulae.
F:Caput inferius:menarik mandibula kea rah dalam (=prostusi).5
2.1.8 Adaptasi Jaringan
1. Atrofi
Organ yang dalam perkembangannya mencapai ukuran defentif dan kemudian secara sekunder menyusut.
Contoh :
• Atrofi endokrin yang terjadi jika pengaruh hormone terhadap jaringan seperti
kelenjar mamae terhenti
• Disuse atrofi yaitu menyerang otot rangka
Jika tungkai yang patah di letakkan dalam jangka waktu beberapa minggu
atau bulan, maka masa ekstrimitas tersebut akan berkurang di sebabkan oleh
otot-otot atrofi yang tidak di gunakan
2. Hipertrofi
Pembesaran jaringan atau organ karena pembesaran setiap sel
Hipertrofi terjadi karena rangsangan sehingga cenderung mengalami regresi paling sedikit sampai tertentu sehingga beban kerja yang abnormal hilang
Contoh : Penonjolan otot pada atlet angkat besi
3. Hyperplasia
Kenaikan jumlah sel yang nyata dalam jaringan yang mengakibatkan pembesaran jaringan / organ tersebut terjadi pada jaringan yang melakukan pembelahan sel.
Contoh :
• Hyperplasia fisiologis : rangsangan hormone pada kehamilan
• Hyperplasia non fisiologis : pembesaran kelenjar prostat pada lansia
4. Metaplasia
Jika system diferensiasi sel ini berada dalam lingkungan yang tidak cocok, maka pada deferensiasinya dapat berubah sehingga sel yang membelah berdeferensiasi menjadi sel yang biasanya tidak ditemukan pada daerah itu.
Contoh : Lap. Serviks ateri mengalami iritasi kronik maka bagian epitel kolumnas diganti dengan epitel skuamosa yang mirip epidermis.
5. Dysplasia
Kelainan deferensiasi sel yang sedang berpoliferasi sehingga ukuran, bentuk
dan penampilan sel menjadi abnormal disertai gangguan pengaturan dalam sel.6
2.2 TULANG
2.2.1 Definisi Tulang
Tulang adalah kerangka penyangga tubuh, pelindung organ tubuh dari benturan, dan tempat terkaitnya otot sehingga memungkinkan otot melakukan pergerakan antara sambungan tulang yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, tulang merupakan penunjang utama aktivitas fisik.
Jangan dikira semakin bertambah tua, tulang akan tetap keras dan kuat. Tetapi seiring bertambahnya usia, apalagi nutrisi untuk tulang tidak dihiraukan, lambat laun massa tulang akan menipis hingga beresiko terkena osteoporosis.6
2.2.2 Fungsi Tulang
Fungsi Tulang yaitu:
1. mendukung tubuh dan memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk
karakteristik.
2. sebagai perlekatan otot dan ligamentum.
3. berfungsi sebagai pengungkil yang melalui geraknya pada sendi di bawah control otot, memungkinkan gerak lokomotor dan gerak tubuh lainya.
4. berfungsi melindungi organ vital seperti otak, bola mata, mekanisme auris media
dan isi cavum thoracis dan pelvis.
5. berperan penting pada pengaturan pertumbuhan tubuh.
6. berfungsi untuk penyimpan kalsium dan mineral lain yang digunakan untuk
metabolisme tubuh.
7. pelekatan gigi geligi melalui liga mentum periodontal (jaringan pendukung)
8. ossicula auditus ikut berperan pada konduksi suara.7
2.2.3 Struktur Mikroskopik Tulang
Jika tulang diiris secara melintang pada lapisan tulang yang padat maka terdapat lingkaran2. Dalam pusat tiap lingkaran terdapat kanal(saluran) Havers. Lempeng2 tulang atau lamella tersusun konsentris sekitar saluran dan diantara lempeng2 itu terdapat ruangan kecil2 yang disebut lakuna. ruangan2 ini mengandung sel2 tulang, saling bersambungan 1 dengn yang lain, dan juga disambungkan dengan saluran haves di tengah2 oleh saluran2 kecil bernama kanalikuli. sistim haves yang lengkap terdiri atas :
1. Saluran havers dipusatnya berisi urat saraf, pembuluh darah, dan aliran limfe.
2. Lamela yang tersusun konsentris
3. Lakuna yang mengandung sel tulang
4. Kanalikuli yang memancar diantara lakuna dan menggandengkanya dengan saluran havers.
Daerah diantara system-sistem havers ini terjadi atas lamela interstisiil, sedangkan kanalikuli tersusun agak berlainan. lamela dalam jaringan bentuk jala tersusun kurang teratur dan tidak mempunyai saluran havers, sedangkan pembuluh darah bercabang2 dalam ruangan interstisiil yang berisi sumsum untuk memberi persediaan darah kepada pembuluh darah yang lebih halus.
Permukaan dalam tulang ditutupi oleh lapisan sel-sel pembentuk tulang dan jaringan ikat yang disebut periosteum dan endosteum.
Periosteum adalah membran vaskuler fibrosa yang melapisi tulang, banyak pembuluh darah dan melekat erat pada tulang. Pada tulang yang sedang tumbuh terdapat lapisan sel pembentuk tulang diantara periosteum dan tulang.
Sedangkan endosteum adalah lapisan yang melapisi semua permukaan rongga di dalam tulang dan terdiri atas selapis sel osteoprogenitor gepeng dan sedikit sekali jaringan ikat.6,7
2.2.4 Komponen – Komponen Penyusun Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel, matriks ekstrakurikuler, dan jaringan tulang.
1. Sel-sel yang terdapat dalam tulang, yaitu:
a. Osteosit adalah sel-sel matang yang mengisi lacuna dalam matriks, berbentuk pipih dan punya penjaluran dengan kanalikuli sehinnga aliran ion dan molekul kecil antar sel. Sel ini dibentuk oleh osteoblas.
b. Osteoblas adalah sel pembentuk sel osteosit yang berbentuk pipih atau kubus, yang berfungsi untuk mensintesis unsure-unsur organic tulang dan membentuk tulang-tulang baru selama pertumbuhan, perbaikan, dan membentuk kembali tulang.
c. Osteoklas adalah sel raksasa berinti banyak yang berperan pada resorpsi, menghancurkan, dan membantu kembali jaringan tulang.
2. Matriks tulang, tersusun dari serat0serat kolagen organic yang tertanam pada substansi dasar dan garam-garam anorganik seperti fosfor dan kalsium.
a. substansi dasar tulang terdiri dari sejenis proteoglikan yang tersusun terutama dari kondroitin sulfat dan sejumlah kecil asam hialuronat yang bersenyawa dengan protein.
b. garam-garam tulang berada dalam bentuk kalsium fosfat membentuk suatu garam kristal ( hidroksiapatit ), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Kalsium merupakan zat Mineral penyusun tulang terbesar , 99 % Kalsium terdapat dalam tulang dan 1 % nya terdapat dalam darah .Penyusun utama tulang sesungguhnya adalah Mineral tulang yang mengandung Kalsium dan fosfor dan Protein yang di sebut kolagen . Zat Kalsium dan Zat fosfor membuat tulang keras dan kaku mirip Semen , sedangkan serat – serat kolagen membuat tulang mirip kawat baja pada tembok. Jadi, Kalsium itu seperti semen dan beton pada tubuh kita yang berfungsi membentuk tulang untuk menyangga tubuh.
3. Kedua jenis jaringan tulang, yaitu:
a. Tulang kompak adalah jaringan yang tersusun rapat dan ditemukan sebagai lapisan di atas jaringan tulang berongga. Porositasnya bergantung pada saluran kanalikuli yang mengandung pembuluh darah yang berhubungan dengan saluran Havers.
b. Tulang berongga adalah jaringan yang tersusun dari batang-batang tulang halus dan ireguler yang bercabang dan saling bertumpang tindih untuk membentuk jarring-jaring spikula tulang dengan rongga-rongga yang mengandung sumsum.1
2.2.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Tulang
Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk kondroblas.
Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago). Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH ( menjadi basa ) akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.
Kemudian akan terjadi degenerasi ( kemunduran bentuk dan fungsi ) dan pelarutan dari zat-zat interseluler ( termasuk zat kapur ) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.1
Pertumbuhan tulang biasanya berhubungan dengan resorpsi parsial jaringan yang telah di bentuk dan pembentukan tulang baru pada saat bersamaan. Ini memungkinkan di pertahankannya bentuk tulang tersebut ketika ia sedang tumbuh.
Tulang akan bertambah panjang akibat akifitas lempeng epifisis, juga bertambah lebar akibat aposisi tulang yang dibentuk oleh periosteum. Bila tulang rawan lempeng epifisis berhenti tumbuh, ia diganti oleh jaringan tulang melalui proses osifikasi. Penutupasn apifisis ini mengikuti suatu proses yang kondrogis di setiap tulang dan selesai pada usia sekitar 20 tahun. Sekali epifisis telah menutup, pertumbuhan tulang memanjang daritulang tidak mungkin lagi terjadi, meskipun pertumbuhan melebar masih dapat terjadi.
2.3 RANGKA
2.3.1 Definisi
Rangka adalah kumpulan tulang-tulang yang member bentuk tubuh pada manusia. System rangka adalah suatu system organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup.7
2.3.2 Fungsi
Rangka mempunyai beberapa fungsi antara lain:
• Sebagai alat gerak pasif
• Penyangga tubuh
• Pemberi bentuk tubuh
• Tempat pembentukan sel darah merah
• Melindungi organ-organ vital tubuh
• Tempat tersimpan Ca, fosfat dan vitamin D
• Tempat melekatnya otot-otot
• Menegakkan tubuh8
2.3.3 Tulang-Tulang Yang Terdapat Pada Sumbu Dan Pelengkap
Tulang -tulang pada sumbu (Axial)
1. Tengkorak (Cranium)
Os occipetale
Os parietale
Os frontale
Os temporale
Os sphenoidale
Os ethmoidale
2. Wajah
Maxilla
Mandibula
Pallatum
Nasale
Vomer
Inferior nasala
Zygomaticum
Lacrimale
Hyoid
3. Tulang Dada (Sternum)
Manubrium sterni
Corpus sterni (body)
Processus xipoideus
4. Tulang Rusuk (Costae)
Costae verae
Costae spuria
Fluktuantes
5. Vertebrae
V. servicalis
V. toraks
V. lumbales
V. sacrales
Tulang-tulang pelengkap (Apendikular)
1. Tulang bahu
Scapula
Klavikula
2. Coxae
Ileum
Pubis
Ichium
3. Ektrimitas superior
Humerus
Ulna
Radius
Os karpalia
Fallanges
4. Ektrimitas inferior
Femur
Tibia
Fibula
Patella
Os tarsalia
Fallanges9
2.4 SENDI
2.4.1 Definisi Sendi
Sendi adalah pertemuan dua buah tulang atau beberapa tulang dari kerangka baik berupa tulang maupun rawan.1,8
2.4.2 Fungsi sendi
Untuk mengatur pergerakan badan. Pergerakan dapat berupa gerakan:
1. Gerakan minim sekali perlu pada sendi tulang kepala dan sendi Simphysis.
2. Gerakan inteligen terdapat pada sendi menyeluruh pada lengan bawah,pergelangan tangan dan ruas jari.
3. Gerakan engsel terdapat pada lutut untuk menahan gerakan tubuh.
Gerakan luas terdapat pada sendi paha yang perlu mengatur gerak melangkah.8
2.4.3 Struktur Miroskopik
Pada persendian, ujung dari setiap tulang dilapisi oleh tulang rawan dan pada ujungnya dilumuri oleh cairan sinovial yang berfungsi untuk melancarkan gerak, mengurangi gesekan dan kerusakan antara tulang rawan.
Pada suatu persendian, tulang disatukan oleh bagian yang menyerupai kantung yang disebut ligament, berupa tali pengikat yang lentur dan kuat berbentuk kapsul sehingga membuat tulang bergerak, namum menahannya sehingga tidak terpisah atau bergerak terlalu jauh.
Dalam beberapa persendian, ada tulang rawan yang menutupi ujung-ujung tulang dan terdapat pula bantalan tulang rawan diantara tulang tersebut. Bantalan ini dinamakan cakram artikular. Kemudian, ada satu cakram di setiap persendian pada tulang punggung, dan antara tulang punggung, yang disebut vertebra. Dua tulang rawan tambahan ini disebut meniskus. Adanya meniskus membantu lutut terkunci, sehingga dapat berdiri tanpa kesusahan. 7
2.4.4 Jenis-jenis Sendi
a. Sendi Fibrosa
Sendi yang tidak dapat bergerak,misalnya persambungan tulang bergigi yang terdapat pada kepala antara tulang pipih yang menyatukan Os frontal, Os poriental, Os tempora dan Os etmodial.
b. Sendi Kartilaginosa
Sendi dengan gerakan sedikit,permukaan dipisahkan oleh bahan antara yang memungkinkan sedikit pergerakan. Misalnya : sendi pada simfisis pubis dipisahkan oleh tulan rawan. Sendi pada tulang rawan dijumpai pada epifis dan diafis tulang pipa.
c. Sendi Sinavial(diarthosis)
Persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak ragamnya dan semua mempunyai ciri yang sama.
Ciri-ciri sendi yang bergerak bebas:
1. Ujung tulang masuk dalam formasi persendian ditutup oleh tulang rawan hialin
2. Ligamen untuk mengikat tulang-tulangnya bersama
3. Sebuah rongga persendian terbungkus oleh sebuah kapsul dari jaringan fibrus dan diperkuat oleh ligamen
Sendi sinavial terdiri dari:
1. Sendi putar
Tongkol sendi tepat masuk tepat dalam mangkok sendi yang dapat memberikan seluruh arah. Misalnya: sendi panggul dan sendi bahu yang terdapat di bahu.
2. Sendi engsel
Satu permukaan bundar diterima oleh yang lain,sedemikian rupa sehingga gerakan hanya dalm satu bidang dan dua arah, misalnya: sendi siku dan sendi lutut
3. Sendi kondiloid
Seperti sendi engsel tetapi dapat bergerak dalam dua bidang dan empat arah lateral kebelakang dan kedepan,misalnya: pergerakan tangan
4. Sendi berporos atau sendi putar
Pergerakan sendi memutar seperti pergerakan kepala sendi dimana atlas berbentuk cincin berputar di sekitar prosesus odontoid. Contoh lain adalah gerakan radius di sekitar ulna pronasi dan supinasi.
5. Sendi pelana atau timbal balik
Misalnya sendi rahang dan tulang matavarpalia pertama(pergelangan tangan) yang dapat memberikan banyak kebebasan untuk bergerak ibu jari dapat berhadapan dengan jari lainnya.7,8
2.4.5 Macam – Macam Pergerakan Pada Sendi
Berikut ini jenis gerakan pada sendi:
1. Bergeser adalah Berupa pergeseran antara tulang, contohnya gerakan pada sendi-sendi di antara tulang-tulang carpalia dan tarsalia, terjadi pada sendi geser.
2. Extensi adalah Berupa gerakan pelurusan sendi. Extensi bisa terjadi pada sendi engsel, contohnya extensi sendi lutut.
3. Flexi adalah Berupa gerakan pembengkokan sendi. Flexi terjadi pada sendi engsel, contohnya flexi sendi jari-jari. Sedangkan flexi-extensi pada pergelangan tangan merupakan gerakan sendi ellipsoidal.
4. Abduksi adalah Berupa gerakan yang menjauhi sumbu tubuh. Terjadi pada sendi peluru, contohnya mengangkat lengan ke samping, atau gerakan ibu jari menjauhi telunjuk oleh sendi pelana di antara metacarpal 1 dan os. Carpal (trapezium)
5. Adduksi adalah Berupa gerakan yang mendekati sumbu tubuh, gerakan ini berlawanan dengan gerakan abduksi
6. Rotasi adalah Berupa gerakan berputar, terjadi pada sendi putar. Misalnya atlas (cervix 1) berputar terhadap processus odontoideus dari axis (cervix 2) sewaktu menggelengkan kepala.
7. Circumduksi adalah Berupa gerakan dimana ujung distal satu tulang membentuk 1 lingkaran, sedangkan ujung proksimalnya tetap. Contohnya gerakan memutar lengan 1 lingkaran mengitari sendi bahu, terjadi pada sendi peluru dengan arah gerakan 3 poros
8. Pronasi adalah Gerakan memutar lengan bawah untuk membalikkan telapak tangan, sehingga telapak tangan menghadap ke bawah bila lengan bawah ditaru diatas meja
9. Supinas adalah Gerakan berlawanan dengan pronasi
10. Protaksi adalah Gerakan mendorong mendibula ke luar
11. Retraksi adalah Gerakan menarik mandibula ke dalam.7,8
2.5 TULANG RAWAN
2.5.1 Definisi
Tulang rawan adalah suatu jaringan penunjang yang liat dan lentur yang bahan dasar dan kandungannya terdiri dari bahan yang kental dan bening yang mengandung Glikosaminoglikans, yaitu kompleks Protein Kondromukoid , asam kondrin sulfat, dan asam Hialuronat. sel nya di sebut kondrosit pinggiran berbentuk elips makin ke dalam semakin menjadi bundar.7
2.5.2 Fungsi Tulang Rawan
Tulang rawan berfungsi melapisi ujung tulang yang membentuk sendi, sehingga sendi dapat bergerak bebas tanpa menimbulkan rasa sakit. Fungsi tulang rawan ini dapat diibaratkan dengan fungsi ban yang melapisi velg kendaraan, sehingga mobil dapat bebas bergerak tanpa hambatan. Apabila tulang rawan sendi rusak dan menipis, ujung tulang pembentuk sendi akan saling bertemu dan bergesekan secara langsung tanpa pelapis tulang rawan, sehingga gerakan sendi menjadi terbatas (kaku) dan menimbulkan rasa nyeri.7
2.5.3 Struktur Mikroskopik Tulang Rawan
Tulang rawan berkembang dari mesenkim membentuk sel yg disebut kondrosit
Kondrosit menempati rongga kecil (lakuna) di dalam matriks dgn substansi dasar seperti gel (berupa proteoglikans) yg basofilik. Kondrosit dibentuk oleh sel tulang rawan yang masih muda yang dinamakan kondroblas. Kemudian tulang tersebut dibungkus oleh sebuah lapisan yang disebut Perikondrium.
Kalsifikasi menyebabkan tulang rawan tumbuh menjadi tulang (keras).9
2.5.4 Jenis-Jenis Tulang Rawan
1. Tulang rawan hialin
Pada kartilago hialin dalam keadaan segar tampak sebagai massa bening putih kebiruan . Sel – sel nya berbentuk bulat lonjong dengan inti bulat besar terletak di tengah dengan satu atau lebih anak inti ( nucleolus ).
2. Tulang Rawan Elastis
Warnanya kekuningan.Kandungannya selain serat kolagen.banyak terdapat serat Elastis yang menjadikaqnnya lebih kenyal dari tulang rawan lain.matriks mengandung serat kolagen dan jaringan- jaringan serat elastis yang luas.
3. Tulang Rawan Fibrosa
Mengandung jalinan serat kolagen yang padat dan keras, sebagai perantara antara jaringan pengikat rapat dari tulang rawan hialin.fibrokartilago terdiri dari berkas- berkas jaringan ikat kolagen dan di antaranya terdapat daerah – daerah kecil dengan matriks tulang rawan hialin yang tidak mempunyai perikondrium.6
2.5.5 Pertumbuhan Tulang Rawan
Ada 2 cara yaitu :
1. Appositional growth; tumbuh dari luar ® sel pembentuk kartilago di dlm perikondrium menyekresi matriks baru ke permukaan luar kartilago yang sudah ada
2. Interstisial growth; tumbuh dari dalam ® kondrosit yg berikatan dg lakuna di dlm kartilago membelah & menyekresi matriks baru & memperluas kartilago dari dalam
Pertumbuhan tulang rawan berakhir selama periode dewasa.10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem gerak pada manusia meliputi tulang dan otot. Tulang disebut alat gerak pasif dan otot disebut alat gerak aktif. Salah satu fungsi tulang adalah menegakkan tubuh. Susunan tulang-tulang akan membentuk sistem rangka. Manusia dan hewan vertebrata memiliki sistem rangka endoskeleton. Pembentukan tulang dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk kondroblas. Kondroblas inilah yang akan memebentuk tulang rawan.
Tulang rawan ada 3 jenis, yaitu tulang rawan hialin, elastis, dan fibrosa. Ketiga tulang rawan tersebut mempunyai banyak perbedaan. Tulang rawan berfungsi melapisi ujung tulang yang membentuk sendi, sehingga sendi dapat bergerak bebas tanpa menimbulkan rasa sakit.
Sendi terbentuk karena adanya dua tulang yang berhubungan. Pada persendian dapat terjadi pergerakan karena didukung oleh, minyak sinovial, kapsul sendi, dan ligament. Sendi ada 3 jenis, yaitu Sendi Fibrosa, Sendi Kartilaginosa, dan Sendi Sinavial.
Otot manusia meliputi 3 jenis, yaitu otot polos, lurik, dan otot jantung. Ketiga otot tersebut mempunyai perbedaan dan persamaan.untuk menggerakkan tubuh, otot melakukan kontraksi. Kontraksi otot terjadi mengikuti teori model geseran (luncuran filament).
Sistem gerak tersusun dari jaringan-jaringan, dan jaringan tersusun dari sel-sel. Dalam merespon perubahan lingkungan, sel perlu beradaptasi. Adaptasi sel meliputi atrofi, hipertrofi, hyperplasia, metaplasia, dan dysplasia. Adaptasi mengakibatkan bentuk sel berubah dari bentuk yang normalnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Leeson. 1996. Buku Ajar histology Dasar. Jakarta: EGC.
2. Ganong, William. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
3. Tambayong, Jan. 1995. Synopsis Histologi. Jakarta: EGC.
4. http://www.medicalmnemonics.com/, diunduh 1 Maret 2010 pukul 15.20 WIB.
5. Puzt dan Pobst. 2006. Sobotta, Atlas Anatomi Manusia.jakarta: EGC.
6. Tobing dan Sitohang. 1996. Dasar Histologi. Jakarta: EGC.
7. Junquiera, dkk. 1998. Histology Dasar. Jakarta: EGC.
8. Carneiro,dkk. 1998. Histology Dasar. Jakarta: EGC.
9. Carter, Michael. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
10. Cambridge, Ltd. 1999. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.
Langganan:
Postingan (Atom)