Selasa, 11 September 2012

SISTEM STOGMATOGNATIK

Oklusi Definisi Oklusi Oklusi adalah kontak maksimum gigi di antara rahag atas dan rahang bawah. Oklusi adalah keadaan di mana gigi geligi tersusun secara pas (fit) satu dengan yang lainnya di dalam dan di antara rahang. Ada beberapa macam oklusi, yaitu: a. Oklusi normal adalah oklusi yang memiliki bentuk dan posisi gigi dan jaringan sekitar berada dalam batas-batas normal. b. Oklusi normal individu adalah oklusi yang terbentuk dari sedikit anomaly pada bentuk dan posisi gigi serta jaringan sekitar tampak normal untuk seseorang dan belum tentu normal pada individu lain. c. Oklusi ideal adalah bentuk dan posisi gigi serta kedudukan dengan jaringan sekitar harus normal sehingga jarang dijumpai.1 Klasifikasi Oklusi Klasifikasi oklusi dibagi menjadi: a. Oklusi statis yang mengacu pada posisi di mana gigi geligi atas dan gigi bawah saling berkontak. Pada saat oklusi statis, mandibula berada dalam dua posisi utama: 1. Posisi kontak retrusi (relasi sentrik) adalah letak ujung mandibula berada dalam posisi paling retrusi. 2. Posisi intercusp (oklusi sentrik) adalah posisi gigi yang memungkinkan terjadinya kontak maksimum ketika gigi beroklusi.2 b. Oklusi fungsional/dinamis mengacu pada gerak fungsional dari mandibula dan karena itu gigi geligi bawah berkontak dengan gigi geligi atas. Pada sebagian besar gigi geligi, gerak antero-posterior dan lateral dari posisi intercusp akan menyebabkan hilangnya kontak oklusal pada sebagian lengkung gigi. Pada gerak ke depan, gigi-gigi insisivus bawah akan overjet dan berkontak dengan bagian palatal gigi insisivus atas, menyebabkan gigi-gigi posterior keluar dari kontaknya. Pada saat pengunyahan normal, gigi-gigi harus berada pada posisi yang tepat agar bisa terjadi gerak fungsional tanpa halangan dari gigi yang malposisi. Jika terdapat beberapa gigi yang malposisi baik karena perkembangan, restorasi, ortodonsi, kontak gigi selama pengunyahan dapat menyebabkan kesalahan kontak, gangguan fungsi pengunyahan, penyakit periodontal dan gangguan TMJ.3 Kunci Oklusi Menurut Andrew, ada beberapa dasar oklusi normal (6 kunci oklusi): 1. Hubungan molar sebagai hubungan molar dan caninus kelas I. 2. Sudut mahkota gigi dibentuk oleh garis sepanjang sumbu gigi terhadap dataran oklusi. 3. Inklinasi gigi berada dalam arah labio lingual terhadap dataran oklusi. 4. Tidak terdapat rotasi. 5. Tidak terdapat diastema. 6. Curve of Spee relative datar.4 Maloklusi Definisi Maloklusi Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi atau malrelasi lengkung geligi (rahang) diluar rentang kewajaran yang dapat diterima.5 Klasifikasi Maloklusi • Klasifikasi Sistem Angel’s 1. Oklusi Kelas I Angle Neutro Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di groove bukal molar pertama mandibula. 2. Oklusi Kelas II Angle Disto Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di sebelah mesial groove bukal molar pertama mandibula.Dimana kedudukan posisi mandibula berada disebelah distal terhadap kranium. - Kelas II divisi 1 Insisiv atas proklinasi, meskipun insisiv atas inklinasinya normal tetapi terdapat jarak gigit dan tumpang gigit yang bertambah. - Kelas II divisi 2 Insisiv sentral atas retroklinasi. Kadang-kadang insisiv lateral proklinasi, miring ke mesial atau rotasi mesiolabial. Jarak gigit biasanya dalam batas normal tetapi terkadang sedikit bertambah. 3. Oklusi Kelas III Angle Mesio Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di sebelah distal groove bukal molar pertama mandibula. Dimana kedudukan posisi mandibula lebih ke mesial terhadap kranium. a. Kelas 1 Angle b. Kelas 2 Angle Divisi 1 c. Kelas 2 Angle Divisi 2 d. Kelas 3 Angle • Klasifikasi Dewey, yaitu modifikasi dari kelas I dan kelas III Angle. 1. Modifikasi Angle’s kelas I - Tipe 1: Angle kelas I dengan gigi anterior maksila crowding. - Tipe 2: Angle kelas I dengan gigi anterior maksila labio version. - Tipe 3: Angle kelas I dengan gigi Insisivus maksila lingual version terhadap Insisivus mandibula (anterior crossbite). - Tipe 4: Molar dan Premolar pada bucco atau linguo version, tapi Insisivus dan kaninus dalam jajaran normal (crossbite posterior). - Tipe 5: Molar ke arah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi tersebut (contohnya hilangnya molar dan premolar kedua desidui lebih awal). 2. Modifikasi Angle’s kelas III - Tipe 1: suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran yang normal, tetapi oklusi di anteriror terjadi edge to edge. - Tipe 2: Insisivus mandibula crowding dengan maksila (akibat insisivus maksila yang terletak ke arah lingual). - Tipe 3: lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi crossbite pada insisivus maksila yang crowding dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus. • Klasifikasi Lischers, modifikasi dengan klasifikasi Angle: 1. Neutroklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas I 2. Distoklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas II 3. Mesioklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas III Nomenklatur Lischer untuk malposisi perindividual gigi-geligi menyangkut penambahan “versi” pada sebuah kata untuk mengindikasikan penyimpangan dari posisi normal: 1. Mesioversi, lebih ke mesial dari posisi normal 2. Distoversi, lebih ke distal dari posisi normal 3. Linguoversi, lebih ke lingual dari posisi normal 4. Labioversi, lebih ke labial dari posisi normal 5. Infraversi, lebih rendah atau jauh dari garis oklusi 6. Supraversi, lebih tinggi atau panjang melewati garis oklusi 7. Axiversi, inklinasi aksial yang salah, tipped 8. Torsiversi, rotasi pada sumbunya yang panjang 9. Transversi, perubahan pada urutan posisi • Klasifikasi Bennette, klasifikasi ini berdasarkan etiologinya: 1. Kelas I : abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal. 2. Kelas II : abnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu lengkung sesuai kerusakan perkembangan tulang. 3. Kelas III : abnormal hubungan di antara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu lengkung dan kontur fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang. • Klasifikasi Simons Simons (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi terhadap wajah dan cranial dalam tiga bidang ruang: 1. FHP (Frankfort Horizontal Plane) FHP atau bidang mata-telinga ditentukan dengan menggambarkan garis lurus hingga margin tulang secara langsung di bawah pupil mata hingga ke margin atas meatus eksternal auditory. a. Attraksi: saat lengkung gigi atau bagian dari penutup bidang FHP menunjukkan suatu yang mendekati. b. Abstraksi: saat lengkung gigi atau bagian dari penutup bidang FHP menunjukkan suatu yang menjauhi. 2. Bidang Orbital Maloklusi menggambarkan penyimpangan antero-posterior berdasarkan jaraknya adalah: a. Protaksi: Gigi, satu atau dua, lengkung dental, atau rahang terlalu jauh ke depan. b. Retraksi: satu gigi atau lebih lengkung gigi dan atau rahang terlalu jauh ke depan. 3. Bidang Midsagital a. Kontraksi: sebagian atau seluruh lengkung dental digerakkan menuju bidang midsagital. b. Distraksi: sebagian atau seluruh lengkung gigi berada pada jarak yang lebih normal. Sistem Stogmatognatik Definisi Sistem stomatognatik adalah kesatuan system yang berbeda pada rongga mulut dan berfungsi dalam oklusi, mastikasi, bicara, artikulasi dan sebagainya. Bagian-Bagian Sistem Stogmatognatik Sistem stomatognati terdiri atas: a. Gigi a. Mahkota b. Akar b. Jaringan gigi a. Email b. Dentin c. Pulpa c. Jaringan periodontal a. Gingival b. Ligament periodontal c. Sementum d. Tulang alveolar d. Membrane mukosa e. Palatum f. TMJ a. Kondilus b. Fossa c. Disk g. Saliva a. Sekresi saliva b. Flow saliva h. Inervasi i. Vaskularisasi j. Otot-otot mastikasi7 Kewajiban Dan Kewenangan Dokter Gigi Definisi Kode Etik Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik profesi merupakan suatu pedoman untuk menjalankan profesi dalam rangka menjaga mutu moral dari profesi itu sendiri, sekaligus untuk menjaga kualitas dan independensi serta pandangan masyarakat terhadap profesi tersebut, termasuk juga terhadap profesi hukum.8 Etika Profesi Dokter Gigi Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupa¬kan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghin¬dari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat "built-in mechanism" berupa kode etik profesi diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999). Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya, terutama di bidang kesehatan. Oleh karena itu, dalam kedokteran gigi juga ada diatur tentang kode etik.9 ISI KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA (KODEKGI) (SK MENTERI KESEHATAN RI NO. 128/MENKES/SK/III/1981) 1. Menjadi kewajiban semua dokter gigi yang menjalankan praktek di Indonesia untuk mentaati dan mengamalkan petunjuk-petunjuk yang tertera dalam kode etik kedokteran gigi Indonesia. 2. Seorang dokter gigi berkewajiban untuk bekerja dengan penuh pengabdian bagi kepentingan pelayanan masyarakat, kemajuan ilmu kedokteran gigi, dan bagi martabat profesi kedokteran gigi. 3. Sebagai manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila dokter gigi berkewajiban menjunjung tinggi norma hidup yang luhur, dalam kehidupan pribadinya dan dalam menjalankan pekerjaannya. 4. Dalam menjalankan pekerjaannya, seorang dokter gigi janganlah melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan etik, misalnya : a. Melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri, baik yang menyangkut kepandaiannya, kecanggihan peralatannya, maupun cara pengobatannya. b. Melakukan usaha-usaha untuk menarik perhatian umum, melalui cara yang tidak wajar, supaya praktek lebih dikenal orang. c. Menjual obat di tempat praktek, bukan dengan maksud memberikan pertolongan pertama. d. Melakukan tindakan kedokteran gigi tanpa indikasi bahwa tindakan itu perlu dilakukan hanya dengan maksud mendapatkan keuntungan belaka dari tindakan itu. e. Meminta uang jasa atau menetapkan tarif pengobatan yang tidak wajar yang melampaui batas-batas yang tidak lazim. f. Mempergunakan gelar yang tidak menjadi haknya. g. Melakukan atau mencoba melakukan tindakan-tindakan yang bersifat asusila terhadap penderita di kamar prakteknya. h. Seorang dokter gigi hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.10 Orthodontik-Prosthodontik Orthodontik Orthodontik adalah cabang kedokteran gigi yang mempelajari pencegahan, interseptif, dan koreksi dari maloklusi dan keabnormalan yang lain pada regio dentofasial. Ruang lingkup Orthodontik : 1. Perubahan dalam posisi gigi Perawatan ortodonti dapat dilakukan dengan kenyataan bahwa gigi dapat digerakkan melalui tulang ke posisi yang diinginkan dengan cara memberikan kekuatan tertentu pada gigi yang selanjutnya kekuatan tersebut diteruskan ke tulang. Sebagian besar maloklusi yang hanya mengenai susunan gigi atau sistem dental dapat dirawat sempurna untuk mencapai oklusi normal. 2. Perubahan dalam pola skeletal Maloklusi dapat terjadi akibat disharmoni skeletal yang melibatkan tulang rahang (maksila dan mandibula). Penyimpangan dapat berupa ukuran, posisi dan hubungan antar komponen. Keadaan ini merupakan bidang spesialis ortodonti untuk mengaplikasikan gaya ortopedi yang tepat yang mampu menahan, mendorong atau mengubah pertumbuhan skeletal agar menjadi normal. Klasifikasi perawatan dalam orthodonti 1. Preventif orthodontik Meliputi prosedur yang dilakukan sebelum terjadinya maloklusi sebagai antisipasi dari berkembangnya maloklusi. 2. Interseptif orthodontik Meliputi prosedur yang dilakukan pada tahap awal maloklusi untuk menghilangkan atau mengurangi keparahan. 3. Korektif orthodontik Untuk mengoreksi maloklusi yang telah terjadi. 4. Surgical orthodontik Prosedur bedah yang dilakukan bersamaan dengan atau sebagai tambahan perawatan orthodonti. Biasanya untuk menghilangkan faktor etiologi atau untuk merawat kelainan dentofasial yang sangat parah yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi orthodonti saja.6 Tujuan Perawatan Ortodonti Tujuan perawatan dan sasaran terapi ortodonti telah diringkaskan oleh Jackson sebagai Jackson’s triad. Tiga sasaran utama dari perawatan ortodonti adalah : 2. Efisiensi fungsional Banyak maloklusi yang mempengaruhi fungsi normal dari sistem stomatognatik. Perawatan ortodonti sebaiknya bertujuan pada perbaikan fungsional dari bagian-bagian oro-fasial. 3. Keseimbangan struktural Regio oro-fasial terdiri dari sistem dento-alveolar, jaringan skeletal, jaringan lunak & otot. Perawatan ortodonti yang stabil dapat diperoleh hanya dengan mempertahankan suatu keseimbangan antara tiga sistem jaringan tersebut. 4. Estetis yang harmonis Sebagian besar alasan pasien yang datang mencari perawatan ortodonti adalah untuk memperbaiki penampilan gigi dan wajah. Sebagian besar maloklusi menyebabkan penampilan gigi yang tidak menarik dan karena itu mempengaruhi cerminan diri seseorang, kesejahteraan dan kesuksesan dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, perawatan ortodonti bertujuan untuk memperbaiki estetis pada individu. Prosthodontik Prosthodontik merupakan cabang ilmu pengetahuan dan seni kedokteran gigi yang berhubungan dengan penggantian gigi yang hilang dan jaringan mulut untuk merestorasi dan memelihara bentuk mulut, fungsi, penampilan dan kesehatan. Cabang- cabang Prosthodontik: Ada 3 divisi utama dari prosthodontik: 1. Prosthodontik cekat ( Fixed Prosthodontic ) Adalah cabang prostodontik yang berhubungan dengan penggantian dan restorasi gigi dengan penggantian artifisiat ( buatan )yang tidak bias dilepas dari mulut. 2. Prosthodontik lepasan ( Removoble Prosthodontic ) Adalah penggantian gigi yang hilang dan jaringan yang berkontak dengan prostesis yang didesain untuk bias dilepas oleh pemakai. 3. Maxilafasial Prosthodontik Adalah cabang prostodonti yang meliputi restorasi dan atau penggantian system stomatognatik dan berhubungan dengan struktur fasial ( wajah ) yang telah terkena oleh penyakit, luka, bedah, atau defek kongenital.11 Integrasi ortho-prostho Indikasi upaya pelestarian kolaboratif ortho-prosto meliputi integritas dari lengkung gigi, faktor biomekanik, keterbatasan dalam desain prostesis, penampilan estetik, pertimbangan periodontal, pencegahan maloklusi, dan retensi lebih baik dari posisi gigi. Contoh, pada pasien yang telah lama kehilangan gigi dan ingin dipakaian fixed implant, maka sebelumnya harus dipakaikan pesawat othodontik untuk mengembalikan posisi oklusi yang normal. Setelah itu baru dilakukan perawatan prosto. Sistem Mastikasi Mastikasi atau pengunyahan adalah fungsi yang meliputi oklusi dan artikulasi gigi heligi untuk pengunyahan, mengigit dan menelan. Gigi-gigi juga terlibat dalam fungsi respirasi, membentuk penutupan bibir, bicara dan eksperi wajah, walaupun tidak dalam keadaan berkontak. Walaupun fungsi ini dapat mempengaruhi atau di pengaruhi oleh relasi oklusal atau artikular, patut diketahui gerakan yang menimbulkan relasi tersebut dan apa yang terjadi jika hal ini berubah. Tatalaksana klinis dalam pengembalian fungsi mastikasi Kriteria untuk fungsi oklusal yang baik : 1. Mastikasi bilateral yang bergantian 2. Kontak ringan pada posisi intercusp ketika menelan 3. Gerak mengunyah kedalam dan keluar yang bebas dari kontak defleksi pada sisi kerja maupu non kerja 4. Tidak ada gerak mengerot atau kebiasaan para fungsi lain 5. Tidak ada gerak adaptasi dagu atau bibir pada saat menelan 6. Tidak ada bunyi saat mastikasi maupum membuka mulut lebar 7. Tidak ada deviasi mandibula waktu mulut di buka lebar 8. Tidak ada kontak gigi pada saat berbicara atau melakukan ekspresi wajah 9. Penampilan yang baik12 Kesimpulan Salah satu komponen penting dalam sistem dan fungsi sistem stogmatognatik yang memiliki peran yang sangat besar adalah gigi-geligi, khususnya pada proses mastikasi, berbicara, dan juga estetika wajah. Susunan gigi yang baik dan benar tidak hanya berperan terhadap kesehatan rongga mulut tetapi juga berpengaruh kepada rasa percaya diri dan kepribadian. Koreksi posisi gigi yang tidak normal merupakan suatu faktor penting untuk mendapatkan fungsi dan estetis serta untuk pemeliharaan dan perbaikan kesehatan gigi yang optimal. Maloklusi berupa posisi gigi yang tidak baik atau relasi rahang yang tidak normal tidak saja merugikan terhadap kesehatan individu, namun dapat menyebabkan fungsi yang tidak baik serta estetis yang kurang menyenangkan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu perawatan untuk kasus-kasus seperti ini. Ortodonti adalah ilmu yang mempelajari kelainan pertumbuhan dan perkembangan kraniodentofasial yang berhubungan dengan fungsi sistem stomatognatik dan estetika dengan upaya ortodonti preventif, interseptif dan kuratif baik secara nonbedah maupun bedah sesuai dengan proses tumbuh-kembang untuk mengembalikan fungsi sistem stomatognasi dan estetika secara optimal. Sementara prostodonsia adalah cabang ilmu kedokteran kigi yang dimaksudkan untuk merestorasi dan mempertahankan fungsi rongga mulut, kenyamanan, estetika dan kesehatan pasien dengan cara merestorasi gigi geligi asli dan atau mengganti gigi-gigi yang sudah tanggal dan jaringan rongga mulut serta maksilofasial yang sudah rusak dengan pengganti tiruan.

SISTEM STOMATOGNATI

Oklusi Definisi Oklusi
Oklusi adalah kontak maksimum gigi di antara rahag atas dan rahang bawah. Oklusi adalah keadaan di mana gigi geligi tersusun secara pas (fit) satu dengan yang lainnya di dalam dan di antara rahang. Ada beberapa macam oklusi, yaitu: a. Oklusi normal adalah oklusi yang memiliki bentuk dan posisi gigi dan jaringan sekitar berada dalam batas-batas normal. b. Oklusi normal individu adalah oklusi yang terbentuk dari sedikit anomaly pada bentuk dan posisi gigi serta jaringan sekitar tampak normal untuk seseorang dan belum tentu normal pada individu lain. c. Oklusi ideal adalah bentuk dan posisi gigi serta kedudukan dengan jaringan sekitar harus normal sehingga jarang dijumpai.1 2.1.2 Klasifikasi Oklusi Klasifikasi oklusi dibagi menjadi: a. Oklusi statis yang mengacu pada posisi di mana gigi geligi atas dan gigi bawah saling berkontak. Pada saat oklusi statis, mandibula berada dalam dua posisi utama: 1. Posisi kontak retrusi (relasi sentrik) adalah letak ujung mandibula berada dalam posisi paling retrusi. 2. Posisi intercusp (oklusi sentrik) adalah posisi gigi yang memungkinkan terjadinya kontak maksimum ketika gigi beroklusi.2 b. Oklusi fungsional/dinamis mengacu pada gerak fungsional dari mandibula dan karena itu gigi geligi bawah berkontak dengan gigi geligi atas. Pada sebagian besar gigi geligi, gerak antero-posterior dan lateral dari posisi intercusp akan menyebabkan hilangnya kontak oklusal pada sebagian lengkung gigi. Pada gerak ke depan, gigi-gigi insisivus bawah akan overjet dan berkontak dengan bagian palatal gigi insisivus atas, menyebabkan gigi-gigi posterior keluar dari kontaknya. Pada saat pengunyahan normal, gigi-gigi harus berada pada posisi yang tepat agar bisa terjadi gerak fungsional tanpa halangan dari gigi yang malposisi. Jika terdapat beberapa gigi yang malposisi baik karena perkembangan, restorasi, ortodonsi, kontak gigi selama pengunyahan dapat menyebabkan kesalahan kontak, gangguan fungsi pengunyahan, penyakit periodontal dan gangguan TMJ.3 2.1.3 Kunci Oklusi Menurut Andrew, ada beberapa dasar oklusi normal (6 kunci oklusi): 1. Hubungan molar sebagai hubungan molar dan caninus kelas I. 2. Sudut mahkota gigi dibentuk oleh garis sepanjang sumbu gigi terhadap dataran oklusi. 3. Inklinasi gigi berada dalam arah labio lingual terhadap dataran oklusi. 4. Tidak terdapat rotasi. 5. Tidak terdapat diastema. 6. Curve of Spee relative datar.4 2.2 Maloklusi 2.2.1 Definisi Maloklusi Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi atau malrelasi lengkung geligi (rahang) diluar rentang kewajaran yang dapat diterima.5 2.2.2 Klasifikasi Maloklusi6 • Klasifikasi Sistem Angel’s 1. Oklusi Kelas I Angle Neutro Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di groove bukal molar pertama mandibula. 2. Oklusi Kelas II Angle Disto Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di sebelah mesial groove bukal molar pertama mandibula.Dimana kedudukan posisi mandibula berada disebelah distal terhadap kranium. - Kelas II divisi 1 Insisiv atas proklinasi, meskipun insisiv atas inklinasinya normal tetapi terdapat jarak gigit dan tumpang gigit yang bertambah. - Kelas II divisi 2 Insisiv sentral atas retroklinasi. Kadang-kadang insisiv lateral proklinasi, miring ke mesial atau rotasi mesiolabial. Jarak gigit biasanya dalam batas normal tetapi terkadang sedikit bertambah. 3. Oklusi Kelas III Angle Mesio Oklusi adalah kedudukan tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila berada di sebelah distal groove bukal molar pertama mandibula. Dimana kedudukan posisi mandibula lebih ke mesial terhadap kranium. • Klasifikasi Dewey, yaitu modifikasi dari kelas I dan kelas III Angle. 1. Modifikasi Angle’s kelas I - Tipe 1: Angle kelas I dengan gigi anterior maksila crowding. - Tipe 2: Angle kelas I dengan gigi anterior maksila labio version. - Tipe 3: Angle kelas I dengan gigi Insisivus maksila lingual version terhadap Insisivus mandibula (anterior crossbite). - Tipe 4: Molar dan Premolar pada bucco atau linguo version, tapi Insisivus dan kaninus dalam jajaran normal (crossbite posterior). - Tipe 5: Molar ke arah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi tersebut (contohnya hilangnya molar dan premolar kedua desidui lebih awal). 2. Modifikasi Angle’s kelas III - Tipe 1: suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran yang normal, tetapi oklusi di anteriror terjadi edge to edge. - Tipe 2: Insisivus mandibula crowding dengan maksila (akibat insisivus maksila yang terletak ke arah lingual). - Tipe 3: lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi crossbite pada insisivus maksila yang crowding dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus. • Klasifikasi Lischers, modifikasi dengan klasifikasi Angle: 1. Neutroklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas I 2. Distoklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas II 3. Mesioklusi, sama halnya dengan klasifikasi Angle kelas III Nomenklatur Lischer untuk malposisi perindividual gigi-geligi menyangkut penambahan “versi” pada sebuah kata untuk mengindikasikan penyimpangan dari posisi normal: 1. Mesioversi, lebih ke mesial dari posisi normal 2. Distoversi, lebih ke distal dari posisi normal 3. Linguoversi, lebih ke lingual dari posisi normal 4. Labioversi, lebih ke labial dari posisi normal 5. Infraversi, lebih rendah atau jauh dari garis oklusi 6. Supraversi, lebih tinggi atau panjang melewati garis oklusi 7. Axiversi, inklinasi aksial yang salah, tipped 8. Torsiversi, rotasi pada sumbunya yang panjang 9. Transversi, perubahan pada urutan posisi • Klasifikasi Bennette, klasifikasi ini berdasarkan etiologinya: 1. Kelas I : abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal. 2. Kelas II : abnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu lengkung sesuai kerusakan perkembangan tulang. 3. Kelas III : abnormal hubungan di antara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu lengkung dan kontur fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang. • Klasifikasi Simons Simons (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi terhadap wajah dan cranial dalam tiga bidang ruang: 1. FHP (Frankfort Horizontal Plane) FHP atau bidang mata-telinga ditentukan dengan menggambarkan garis lurus hingga margin tulang secara langsung di bawah pupil mata hingga ke margin atas meatus eksternal auditory. a. Attraksi: saat lengkung gigi atau bagian dari penutup bidang FHP menunjukkan suatu yang mendekati. b. Abstraksi: saat lengkung gigi atau bagian dari penutup bidang FHP menunjukkan suatu yang menjauhi. 2. Bidang Orbital Maloklusi menggambarkan penyimpangan antero-posterior berdasarkan jaraknya adalah: a. Protaksi: Gigi, satu atau dua, lengkung dental, atau rahang terlalu jauh ke depan. b. Retraksi: satu gigi atau lebih lengkung gigi dan atau rahang terlalu jauh ke depan. 3. Bidang Midsagital a. Kontraksi: sebagian atau seluruh lengkung dental digerakkan menuju bidang midsagital. b. Distraksi: sebagian atau seluruh lengkung gigi berada pada jarak yang lebih normal. 2.3 Sistem Stogmatognatik 2.3.1 Definisi Sistem stomatognatik adalah kesatuan system yang berbeda pada rongga mulut dan berfungsi dalam oklusi, mastikasi, bicara, artikulasi dan sebagainya. 2.3.2 Bagian-Bagian Sistem Stogmatognatik Sistem stomatognati terdiri atas: a. Gigi a. Mahkota b. Akar b. Jaringan gigi a. Email b. Dentin c. Pulpa c. Jaringan periodontal a. Gingival b. Ligament periodontal c. Sementum d. Tulang alveolar d. Membrane mukosa e. Palatum f. TMJ a. Kondilus b. Fossa c. Disk g. Saliva a. Sekresi saliva b. Flow saliva h. Inervasi i. Vaskularisasi j. Otot-otot mastikasi7 2.4 Kewajiban Dan Kewenangan Dokter Gigi 2.4.1 Definisi Kode Etik Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik profesi merupakan suatu pedoman untuk menjalankan profesi dalam rangka menjaga mutu moral dari profesi itu sendiri, sekaligus untuk menjaga kualitas dan independensi serta pandangan masyarakat terhadap profesi tersebut, termasuk juga terhadap profesi hukum.8 2.4.2 Etika Profesi Dokter Gigi Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupa¬kan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghin¬dari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat "built-in mechanism" berupa kode etik profesi diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999). Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya, terutama di bidang kesehatan. Oleh karena itu, dalam kedokteran gigi juga ada diatur tentang kode etik.9 2.4.3 ISI KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA (KODEKGI) (SK MENTERI KESEHATAN RI NO. 128/MENKES/SK/III/1981) 1. Menjadi kewajiban semua dokter gigi yang menjalankan praktek di Indonesia untuk mentaati dan mengamalkan petunjuk-petunjuk yang tertera dalam kode etik kedokteran gigi Indonesia. 2. Seorang dokter gigi berkewajiban untuk bekerja dengan penuh pengabdian bagi kepentingan pelayanan masyarakat, kemajuan ilmu kedokteran gigi, dan bagi martabat profesi kedokteran gigi. 3. Sebagai manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila dokter gigi berkewajiban menjunjung tinggi norma hidup yang luhur, dalam kehidupan pribadinya dan dalam menjalankan pekerjaannya. 4. Dalam menjalankan pekerjaannya, seorang dokter gigi janganlah melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan etik, misalnya : a. Melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri, baik yang menyangkut kepandaiannya, kecanggihan peralatannya, maupun cara pengobatannya. b. Melakukan usaha-usaha untuk menarik perhatian umum, melalui cara yang tidak wajar, supaya praktek lebih dikenal orang. c. Menjual obat di tempat praktek, bukan dengan maksud memberikan pertolongan pertama. d. Melakukan tindakan kedokteran gigi tanpa indikasi bahwa tindakan itu perlu dilakukan hanya dengan maksud mendapatkan keuntungan belaka dari tindakan itu. e. Meminta uang jasa atau menetapkan tarif pengobatan yang tidak wajar yang melampaui batas-batas yang tidak lazim. f. Mempergunakan gelar yang tidak menjadi haknya. g. Melakukan atau mencoba melakukan tindakan-tindakan yang bersifat asusila terhadap penderita di kamar prakteknya. h. Seorang dokter gigi hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.10 2.5 Orthodontik-Prosthodontik 2.5.1 Orthodontik Orthodontik adalah cabang kedokteran gigi yang mempelajari pencegahan, interseptif, dan koreksi dari maloklusi dan keabnormalan yang lain pada regio dentofasial. Ruang lingkup Orthodontik : 1. Perubahan dalam posisi gigi Perawatan ortodonti dapat dilakukan dengan kenyataan bahwa gigi dapat digerakkan melalui tulang ke posisi yang diinginkan dengan cara memberikan kekuatan tertentu pada gigi yang selanjutnya kekuatan tersebut diteruskan ke tulang. Sebagian besar maloklusi yang hanya mengenai susunan gigi atau sistem dental dapat dirawat sempurna untuk mencapai oklusi normal. 2. Perubahan dalam pola skeletal Maloklusi dapat terjadi akibat disharmoni skeletal yang melibatkan tulang rahang (maksila dan mandibula). Penyimpangan dapat berupa ukuran, posisi dan hubungan antar komponen. Keadaan ini merupakan bidang spesialis ortodonti untuk mengaplikasikan gaya ortopedi yang tepat yang mampu menahan, mendorong atau mengubah pertumbuhan skeletal agar menjadi normal. Klasifikasi perawatan dalam orthodonti: 1. Preventif orthodontik Meliputi prosedur yang dilakukan sebelum terjadinya maloklusi sebagai antisipasi dari berkembangnya maloklusi. 2. Interseptif orthodontik Meliputi prosedur yang dilakukan pada tahap awal maloklusi untuk menghilangkan atau mengurangi keparahan. 3. Korektif orthodontik Untuk mengoreksi maloklusi yang telah terjadi. 4. Surgical orthodontik Prosedur bedah yang dilakukan bersamaan dengan atau sebagai tambahan perawatan orthodonti. Biasanya untuk menghilangkan faktor etiologi atau untuk merawat kelainan dentofasial yang sangat parah yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi orthodonti saja.6 Tujuan Perawatan Ortodonti Tujuan perawatan dan sasaran terapi ortodonti telah diringkaskan oleh Jackson sebagai Jackson’s triad. Tiga sasaran utama dari perawatan ortodonti adalah : 2. Efisiensi fungsional Banyak maloklusi yang mempengaruhi fungsi normal dari sistem stomatognatik. Perawatan ortodonti sebaiknya bertujuan pada perbaikan fungsional dari bagian-bagian oro-fasial. 3. Keseimbangan struktural Regio oro-fasial terdiri dari sistem dento-alveolar, jaringan skeletal, jaringan lunak & otot. Perawatan ortodonti yang stabil dapat diperoleh hanya dengan mempertahankan suatu keseimbangan antara tiga sistem jaringan tersebut. 4. Estetis yang harmonis Sebagian besar alasan pasien yang datang mencari perawatan ortodonti adalah untuk memperbaiki penampilan gigi dan wajah. Sebagian besar maloklusi menyebabkan penampilan gigi yang tidak menarik dan karena itu mempengaruhi cerminan diri seseorang, kesejahteraan dan kesuksesan dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, perawatan ortodonti bertujuan untuk memperbaiki estetis pada individu. 2.5.2 Prosthodontik Prosthodontik merupakan cabang ilmu pengetahuan dan seni kedokteran gigi yang berhubungan dengan penggantian gigi yang hilang dan jaringan mulut untuk merestorasi dan memelihara bentuk mulut, fungsi, penampilan dan kesehatan. Cabang- cabang Prosthodontik: Ada 3 divisi utama dari prosthodontik: 1. Prosthodontik cekat ( Fixed Prosthodontic ) Adalah cabang prostodontik yang berhubungan dengan penggantian dan restorasi gigi dengan penggantian artifisiat ( buatan )yang tidak bias dilepas dari mulut. 2. Prosthodontik lepasan ( Removoble Prosthodontic ) Adalah penggantian gigi yang hilang dan jaringan yang berkontak dengan prostesis yang didesain untuk bias dilepas oleh pemakai. 3. Maxilafasial Prosthodontik Adalah cabang prostodonti yang meliputi restorasi dan atau penggantian system stomatognatik dan berhubungan dengan struktur fasial ( wajah ) yang telah terkena oleh penyakit, luka, bedah, atau defek kongenital.11 Intrgrasi ortho-prostho : Indikasi upaya pelestarian kolaboratif ortho-prosto meliputi integritas dari lengkung gigi, faktor biomekanik, keterbatasan dalam desain prostesis, penampilan estetik, pertimbangan periodontal, pencegahan maloklusi, dan retensi lebih baik dari posisi gigi. Contoh, pada pasien yang telah lama kehilangan gigi dan ingin dipakaian fixed implant, maka sebelumnya harus dipakaikan pesawat othodontik untuk mengembalikan posisi oklusi yang normal. Setelah itu baru dilakukan perawatan prosto. 2.6 Sistem Mastikasi Mastikasi atau pengunyahan adalah fungsi yang meliputi oklusi dan artikulasi gigi heligi untuk pengunyahan, mengigit dan menelan. Gigi-gigi juga terlibat dalam fungsi respirasi, membentuk penutupan bibir, bicara dan eksperi wajah, walaupun tidak dalam keadaan berkontak. Walaupun fungsi ini dapat mempengaruhi atau di pengaruhi oleh relasi oklusal atau artikular, patut diketahui gerakan yang menimbulkan relasi tersebut dan apa yang terjadi jika hal ini berubah. Tatalaksana klinis dalam pengembalian fungsi mastikasi. Kriteria untuk fungsi oklusal yang baik : 1. Mastikasi bilateral yang bergantian 2. Kontak ringan pada posisi intercusp ketika menelan 3. Gerak mengunyah kedalam dan keluar yang bebas dari kontak defleksi pada sisi kerja maupu non kerja 4. Tidak ada gerak mengerot atau kebiasaan para fungsi lain 5. Tidak ada gerak adaptasi dagu atau bibir pada saat menelan 6. Tidak ada bunyi saat mastikasi maupum membuka mulut lebar 7. Tidak ada deviasi mandibula waktu mulut di buka lebar 8. Tidak ada kontak gigi pada saat berbicara atau melakukan ekspresi wajah 9. Penampilan yang baik12 Kesimpulan Salah satu komponen penting dalam sistem dan fungsi sistem stogmatognatik yang memiliki peran yang sangat besar adalah gigi-geligi, khususnya pada proses mastikasi, berbicara, dan juga estetika wajah. Susunan gigi yang baik dan benar tidak hanya berperan terhadap kesehatan rongga mulut tetapi juga berpengaruh kepada rasa percaya diri dan kepribadian. Koreksi posisi gigi yang tidak normal merupakan suatu faktor penting untuk mendapatkan fungsi dan estetis serta untuk pemeliharaan dan perbaikan kesehatan gigi yang optimal. Maloklusi berupa posisi gigi yang tidak baik atau relasi rahang yang tidak normal tidak saja merugikan terhadap kesehatan individu, namun dapat menyebabkan fungsi yang tidak baik serta estetis yang kurang menyenangkan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu perawatan untuk kasus-kasus seperti ini. Ortodonti adalah ilmu yang mempelajari kelainan pertumbuhan dan perkembangan kraniodentofasial yang berhubungan dengan fungsi sistem stomatognatik dan estetika dengan upaya ortodonti preventif, interseptif dan kuratif baik secara nonbedah maupun bedah sesuai dengan proses tumbuh-kembang untuk mengembalikan fungsi sistem stomatognasi dan estetika secara optimal. Sementara prostodonsia adalah cabang ilmu kedokteran kigi yang dimaksudkan untuk merestorasi dan mempertahankan fungsi rongga mulut, kenyamanan, estetika dan kesehatan pasien dengan cara merestorasi gigi geligi asli dan atau mengganti gigi-gigi yang sudah tanggal dan jaringan rongga mulut serta maksilofasial yang sudah rusak dengan pengganti tiruan.